Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Rabu, 29 September 2010

SILABUS

SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : I
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengekspresikan karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar






















Bintik, garis, dan bidang 1. siswa menyanyikan lagu ‘ hujan rintik-rintik’
2. menggambar rintik-rintik hujan di bawah mega.
3. menyanyi lagu bintang kecil
4. menggambar bintang
5. menyambung bintik-bintik menjadi garis lurus.
6. menyambung bintik-bintik menjadi garis lengkung
7. menyambung bintik-bintik menjadi huruf, gambar.
8. menggabungkan titik-titik menjadi bidang. 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai jenis: bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
Praktek 5 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1 hal….
1.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsur rupa pada benda di alam sekitar
Benda di sekitarku, benda yang indah, 1. mengemukakan pendapat tentang rumah dengan kebun yang luas, dan pohon-pohon yang banyak.
2. mengemukakan pendapat tentang benda-benda di sekitar anak.
3. membaca bacaan kebun yang luas.
4. mengemukakan pendapat tentang keindahan.
5. memilih benda-benda di sekitar yang menurut siswa indah. Kemudian mengekspresikan lewat tulisan. 1. Siswa dapat mengungkapkan perasaan tentang objek imajinatif yang diamati dariberbagai unsure rupa pada benda di alam sekitar.








Praktek 3 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1 hal….












Benda-benda yang menurut siswa indah 1. memilih benda-benda yang indah menurut siswa.
2. memperindah gambar benda dengan menambah gambar agar tampak lebih menarik.
2. siswa dapat menghargai unsure rupa pada benda di alam sekitar
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1 hal….


SILABUS 2
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : I
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif Gambar ekspresif 1. mengamati gambar Ino yang sedang menggambar.
2. menggambar ayam jantang.
3. menggambar ayam betina.
4. menggambar rumput.
5. menggambar anak perempuan.
6. menggambar anak laki-laki.
7. menggambar pohon.
8. membuat gambar dengan bantuan titik-titik. 1. siwa dapat membuat gambar ekspresi berbagai objek imajinatif melalui unsure-unsur rupa dari alam sekitar.
Praktek 3 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1







Gambar ekspresif berbagai tema 1. menggambungkan berbagai gambar tunggal menjadi sebuah gambar yang bertema tertentu
1. Siswa dapat membuat gambar ekspresi berbagai tema imajinatif dengan unsure rupa.
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
2.2 Mengekspresikan diri melalui teknik menggunting / menyobek Kolase dan bahan-bahannya 1. mengamati kolase dan memahami makna kolase.
2. mengamati bahan-bahan kolase.
1. membuat kolase dengan gagasan yang dikembangkan dari berbagai objek dan bahan di alam sekitar.
Praktek 3 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
Kartu ucapan kolase 1. mempelajari kolase dari bahan plastik, logam, kayu, dan bahan lainnya.
2. membuat kartu ucapan kolase dari bahan bekas. 1. membuat kolase dengan gagasan yang dikembangkan dari berbagai objek di alam sekitar menggunakan bahan daur ulang.
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1



















SILABUS 3
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : I
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 7. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
7.1 Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar Warna, alat-alat menggambar. 1. Mengenal warna pelangi dan warna-warna yang lainnya.
2. menyebutkan bahan atau zat pewarna.
3. menyebutkan warna benda disekitar.
4. menemukan warna baru dari gabungan dua warna.
5. mewarnai gambar benda-benda. 1. menyebutkan bahan / zat pewarna.
Praktek 3 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
Bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk 1. megabungkan titik-titik menjadi sebuah gambar.
2. menjojohkan gambar jadi dan gambar buatan sendiri.
3. menebalkan gambar yang berbentuk bidang segi empat, segi tiga, lingkaran, setengah lingkaran, elipse. 1. Siswa dapat mengelompokkan berbagai jenis dan ukuran: bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk pada hasil karya seni rupa dua dan tiga dimensi.
2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
7.2 Menyatakan sikap apresiatif terhadap unsur rupa pada benda di alam Gambar yang indah menurut siswa 1. mengamati gambar Ino.
2. mengemukakan pendapat tentang gambar Ino.
3. membuat gambar wajah siswa sendiri.
4. mengemukakan gambar wajahnya sendiri.
5. mengemukakan perasaan senang, bangga, kurang puas dengan memberi tanda v pada kolom.
1. siswa dapat mengungkapkan perasaan tentang objek imajinatif yang diamati dari berbagai unsure rupa pada karya seni buatan sendiri dan orang lain.
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
Karya seni yang indah.










1. menentukan benda yang indah menurut siwa sendiri.
2. memilih benda-benda yang menurut siswa indah dan menyebutkan alasannya mengapa memilih itu. 1. siswa dapat memilih keindahan unsure-unsur supa dari karya seni rupa buatan sendiri dan orang lain.
2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
Sikap apresiatif terhadap benda di alam sekitar 1. memilih gambar hewan yang siswa sukai dan menyebutkan alasan.
2. memilih gambar tumbuhan yang siswa sukai dan menyebutkan alasan.
3. memilih gambar angkutan yang siswa sukai dan menyebutkan alasan.
4. menulis alasan mengapa suka benda yang dia sukai. 1. siswa dapat menyatakan sikap apresiatif terhadap unsure rupa pada benda di alam sekitar.
Observasi 1 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1



















SILABUS 4
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : I
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 8. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
8.1 Mengekspresikan diri melalui karya seni gambar ekspresif
Gambar cetak ekspresi 1. membaca bacaan tentang ino yang sedang membuat gambar cetak.
2. mengamati beberapa gambar cetak 1. Siswa dapat membuat karya gambar cetak ekspresi dengan berbagai motif imajinatif.
Observasi 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
membuat gambar cetak 1. mempelajari langkah-langkah membuat gambar cetak.
2. membuat gambar cetak dengan bahan balimbing dan zat perwarna
3. membuat pola sesuai dengan keinginan siswa. 2. Siswa dapat membuat karya gambar cetak ekspresi dengan berbagai cetakan dari bahan alam.
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
membuat gambar cetak dengan bahan campuran 1. mengamati gambar cetak campuran.
2. membuat gambar cetak dengan bahan campuran. 3. Siswa dapat membuat karya gambar cetak ekspresi dengan berbagai tema. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1
8.2 Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa dua dimensi dengan teknik menempel
Membuat kolase 1. siswa menyiapkan bahan dan alat untuk membuat kolase jerapah.
2. siswa membuat kolase jerapah.
1. membuat kolase jerapah.
Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls 1






























SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : II
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Mengenai unsure rupa pada karya seni rupa.
Unsure rupa, bintik, garis, garis lurus, garis lengkung 1. membaca cerita tentang bintik.
2. mengenal bintik dalam gambar pantai, bintang di tengah malam, bintik pada tubuh macan tutul.
3. membaca cerita tentang garis.
4. mengenal bahwa garis terjadi dari gabungan bintik-bintik.
5. membuat garis lurus dan lengkung.
6. membuat garis yang hilang pada gambar pemandangan laut.
7. mengurutkan beberapa bintik untuk menemukan gambar binatang dalam hutan. 1. mengelompokkan berbagai ukuran: bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk pada benda dua dimensi dan tiga dimensi di alam sekitar.


Lesan, Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls II hal….
Bidang 1. mengenal bidang
2. menggabungkan dua garis atau lebih untuk membuat bidang.
3. mencari berbagai bidang yang ada di dalam gambar.
4. mencari contoh benda yang bentuknya seperti bidang tertentu seperti segi tiga, persegi, persegi panjang, jajaran genjang, lingkaran, dll. 2. mengelompokkan berbagai jenis bidang, tekstur dan bentuk, ritme, keseimbangan dan kesatuan. Lesan, Praktek 2 X 35 menit

















bentuk 1. mengenal bentuk.
2. mencari benda yang bentuknya seperti bola, kubus, balok, silinder, kerucut, dll.
3. mencari bentuk-bentuk tertentu di lingkungan sekolah.
4. membuat gambar dengan bentuk-bentuk tertentu. 3. mengelompokkan berbagai jenis dan sifat: bidang, tekstur dan bentuk, ritme, keseimbangan dan kesatuan.
Lesan, praktek. 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls II hal….
1.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsure rupa pada karya seni rupa.
Sikap apresiatif 1. mengemukakan pendapat tentang hasil karya seseorang.
2. menambah binti-bintik untuk menghias gambar.
3. mencari gambar yang sudah tidak terpakai kemudian merawatnya kembali dengan cara membersihkan.
4. mengemukakan pendapat tentang gambar untuk menunjukkan ungkapan apresiasi. 1. menunjukkan sikap apresiasi pada karya seni rupa.
Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls II hal….




















SILABUS 2

SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : II
SEMESTER : 1 (gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
2.1 Mengekspresikan diri melalui gabar ekspresif

Gambar ekspresi, objek alam, objek anusia, objek binatang, tanaman, bangunan. 1. mengamati gambar objek alam yang menarik.
2. menentukan warna dan tekstur dalam gambar.
3. menggambar bentuk dasarmanusia.
4. menggambar bentuk dasar binatang.
5. menggambar bentuk dasar tanaman.
6. menggabar bentuk dasar bangunan. 1. mengungkapkan perasaan ketertarikan pada objek imajinatif yang diamati dari berbagai unsur rupa pada benda di alam sekitar.
2. memilih objek benda alam yang menarik. Lesan, praktek. 5 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
2.2 mengekspresikan diri melalui teknik cetak tunggal. Gambar cetak tunggal 1. mengamati gambar cetak pada sampul buku, majalah, surat kabar.
2. menyebutkan barang-barang di kelas yang dibuat dengan cara cetak.
3. mencetak dengan tangan dan kaki.
4. membuat gambar cetak ikan pelangi.
5. membuat gambar cetak kepiting. 1. membuat karya gambar cetak ekspresi denganberbagai motif imajinatif.
2. membuat karya gambar cetakekspresi dengan berbagai tema. Praktek 5 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..


































SILABUS 3

SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : II
SEMESTER : 2 (genap)
STANDAR KOMPETENSI : 8. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
8.1 mengidentifikasi unsure rupapada karya seni rupa. Unsure rupa 1. mempelajari makna tekstur.
2. meraba benda yang bertekstur halus.
3. meraba benda yang bertekstur kasar.
4. mencari benda-benda bertekstur kasar yang ada di sekolah.
5. mencari benda-benda bertekstur halus yang ada di sekolah.
6. menentukan benda yang bertekstur halus dan yang bertekstur kasar. 1. menyebutkan tekstur sebuah benda.
Lesan, praktek. 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
Warna pelangi, warna dasar. 1. menyebutkan tujuh warna pelangi.
2. menyebutkan warna dasar (warna yang tidak bias dibuat dengan mencampur warna lain)
3. mencari benda yang memiliki warna yang telah ditentukan.
4. mewarnai gambar benda di alam sekitar. 2. menyebutkan warna-warna benda di alam sekitar.
Praktek 3 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
8.2. menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsure rupa pada karya seni rupa tiga dimensi. Sikap apresiatif 1. memilih sebuah karya seni.
2. mewarnai gambar dengan menggunakan krayon.
3. menentukan kapan dan di mana siswa menggunakan benda karya seni yang sudah ditentukan oleh guru. 1. menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsure rupa pada karya seni rupa tiga dimensi.
Lesan, praktek. 3 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
























SILABUS 4

SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : II
SEMESTER : 2 (genap)
STANDAR KOMPETENSI : 9. Mengekspresikan diri melalui seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
9.1 mengekspresikan diri melalui gambar ekspresi. Gambar ekspresi. 1. mengamati gambar kubisme karya Paul Klee.
2. menemukan berbagai bidang dalam gambar kubisme.
3. membuat gambar ekspresi (kubisme) dengan objek manusia.
1. membuat gambar ekspresi berbagai objek imajinatif melalui unsure rupa dan perpaduannya dari alam sekitar.
Lesan, praktek. 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
1. membuat gambar ekspresi dengan tema malam berbintang.
2. menata benda-benda bekas dalam kotak hias untuk membuat karya seni rupa. 2. membuat gambar ekspresi berbagai tema imajinatif dengan unsure-unsur rupa dan perpaduannya.
Praktek 2 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..
9.2 menggunakan klise cetak timbul.
9.3 mengekspresikan diri melalui teknik cetak timbul. Cetak timbul 1. mengenal bahan-bahan alam yang dapat digunakan untuk mencetak.
2. menyiapkan bahan-bahan dan alat untuk mencetak.
3. membuat gambar cetak dari bahan kentang dengan objek burung-burung yang bertengger di ranting pohon. 1. membuat karya gambar cetak ekspresi dengan berbagai cetakan dari bahan alam.
Lesan, praktek. 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. II. Hal…..






















SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : III
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Menjelaskan symbol dalam karya seni rupa dua dimensi
Pola, pola dalam seni 9. mengenal arti pola.
10. mengamati pola ciptaan Tuhan dan pola ciptaan manusia.
11. mencari pola ciptaan Tuhan dan manusia.
12. mengamati ragam hias kain daari daerah nusantara.
13. menemukan pola bentuk, bidang, tumbuhan, hewan. 1. Mengelompokkan berbagai jenis simbul dari ragam hias pada karya seni rupa di lingkungan sekitar.
2. mengelompokkan berbagai jenis perpaduan symbol rupa berdasarkan unsure-unsur rupa pada karya seni rupa.
Lesan, Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III hal….
Symbol yang ada di sekitar kita. 1. mengenal arti symbol.
2. menyebutkan arti symbol pada symbol lalu lintas dan symbol yang lain.
3. membuat symbol seendiri dan memberi makna. 1. menjelaskan makna perpaduan berbagai symbol unsure-unsur rupa pada karya seni rupa.
2. membuat tulisan tentang perasaannya atas berbagai makna symbol karya seni rupa.
3. menyampaikan secara lesan tentang cerminan perasaannya atas berbagai makna symbol pada karya seni rupa. Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III hal….


























Symbol warna 5. mengenal warna.
6. mengenal makna symbol warna.
7. memberi makna pada symbol warna.
8. membuat tulisan perasaan terhadap warna yang dilihatnya.
9. menyampaikan perasaannya terhadap berbagai symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa. 2. menjelaskan berbagai makna symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi di lingkungan sekitar.
3. membuat tulisan tentang perasaannya atas berbagai jenis simbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa.
4. menyampaikan secara lisan tentang perasaannya terhadap berbagai makna symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa. Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III hal….
1.2 menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam karya seni rupa dua dimensi
Sikap apresiatif, makna symbol. 6. menjawab pertanyaan dari guru tentang symbol.
7. menulis respon pada saat melihat symbol yang ada di sekitar siswa.
8. membaca tulisan respon di depan kelas.
1. siswa dapat menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam karya seni rupa dua dimensi.
Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III hal….
1. menyebutkan makna symbol yang tersedia.
2. memberi makna symbol yang siswa ketahui. 1. siswa dapat menyebutkan makna symbol.
lesan 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III hal….





















SILABUS 2
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : III
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
2.3 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif mengenai diri sendiri Gambar imajinatif 9. menggambar wajah siswa sendiri.
10. membandingkan gambar wajah sendiri dengan wajah yang sebenarnya.
11. mewarnai gambar wajah sendiri.
12. membandingkan gambar wajah sendiri dengan foto yang sudah jadi. 1. membuat gambar imajinatif mengenai diri sendiri.
2. mewarnai gambar wajahnya sendiri. Praktek 5 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
2.4 Mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dari motif hias daerah setempat.
Gambar dekoratif 1. membuat pola untuk membuat gambar dekoratif.
2. menjiplak pola buatan sendiri pada kertas gambar.
3. mewarnai pola hias buatan sendiri.
4. mencari motif hias daerah sendiri / di Indonesia yang diperoleh dari jarit, kain, selendang, dll. 1. membuat pola untuk membuat gambar dekoratif.
2. membuat gambar dekoratif dari pola buatan sendiri.
3. membuat gambar dekoratif dari motif hias daerah setempat. Praktek 5 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III

SILABUS 3
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : III
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 8. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
8.1 Menjelaskan simbol dalam karya seni rupa tiga dimensi
Symbol, makna symbol, ragam hias. 6. mempelajari makna sebuah warna.
7. mengungkapkan perasaan saat melihat karya seni yang berwarna-warni.
8. membuat tulisan tentang perasaannya atas berbagai symbol warna.
9. mengungkapkan secara lisan tentang perasaannya terhadap makan symbol warna dan ragam hias.
10. menyebutkan warna-warna yang sering dipakai dalam pakaian adat di lingkungan siswa.
11. mengamati penggunaan warna pada selendang dari minangkabau. Selimut / mantel dari Sumba. 1. Menjelaskan berbagai makna symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi di lingkungan sekitar.
2. membuat tulisan tentang perasaannya atas berbagai jenis symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa.
3. menyampaikan secara lisan tentang perasaannya terhadap berbagai makna symbol warna dan ragam hias pada karya seni rupa.
Lisan, Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
Pola ragam hias 4. mengamati berbagai pola ragam hias.
5. membuat pola dasar.
6. menggabungkan beberapa pola dasar menjadi pola baru. 1. Membuat gambar pola ragam hias.
praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III




















Gambar dekoratif 1. membuat gambar dekoratif.
2. menempelkan gambar dekoratif pada benda hias.
3. membuat tempat pensil.
4. membuat pembatas buku.
5. membuat kartu ucapan. 1. membuat komposisi warna dari berbagai perpaduan symbol warna pada pola ragam hias.
2. membuat gambar dekoratif dari berbagai pola ragam hias yang dikembangkan dari symbol warna dan ragam hias berdasarkan unsure rupa dan prosedur perpaduannya. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
8.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam karya seni rupa tiga dimensi.
Sikap apresiatif 3. mengamati beberapa symbol.
4. menulis tindakan siswa ketika melihat symbol tertentu.
5. menyebutkan makna beberrapa symbol yang telah tersedia.
6. menggambar symbol-simbol yang siswa ketahui.
7. menulis makna symbol. 1. menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam karya seni rupa tiga dimensi.
Observasi, lesan. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III


























SILABUS 4
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : III
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 9. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
9.1. Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif mengenai alam semesta.

Gambar imajinatif 3. mengamati gambar benda-benda alam.
4. menggabungkan gambar-gambar alam menjadi gambar pemandangan alam.
5. menggambar benda buatan manusia dari bahan ciptaan Tuhan.
6. membuat gambar imajinatif mengenai alam semesta. 1. membuat gambar imajinatif mengenai alam sekitar.
Observasi, praktek. 5 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
9.2. Memberi hiasan atau warna pada benda tiga dimensi Warna, benda tiga dimensi. 1. membawa benda tiga dimensi yang sudah tidak terawat dan warnanya sudah pudar serta tidak terpakai.
2. mengecat kembali benda-benda yang tidak terpakai.
3. mencari kendi bekas atau alas sambal / cowek (bhs. Jawa) dari tanah liat bekas.
4. menghias kendi atau alas sambal / cowek dengan perca, kertas, atau cat. 1. memberi warna pada benda tiga dimensi.
2. memberi hiasan pada benda tiga dimensi. Praktek 5 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III





























SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : IV
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Menjelaskan makna seni rupa terapan.
Seni rupa terapan, cirri-ciri berbagai jenis objek. 14. mengamati gambar rumah adat di nusantara.
15. mengenal cirri-ciri rumah adat tertentu.
16. menyebutkan cirri-ciri hasil karya: gerabah, patung dayak, konde.
17. mencari gambar karya seni di daerah siswa atau daerah lain
18. menyebutkan cirri-cirinya. 1. Menyebutkan cirri-ciri berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.
Lesan, Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV hal….
1.2 mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan yang ada di daerah setempat.




Jenis-jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa. 4. mempelajari persamaan dan perbedaan dua karya seni nusantara.
5. mencari persamaan dan perbedaan dari karya seni kain batik.
6. mencari persamaan dan perbedaan dari karya seni keris dan clurit.
7. mencari persamaan dan perbedaan dari karya seni wayang golek dan wayang kulit.
8. mencari persamaan dan perbedaan dari karya seni kalung kalimantan dan kalung maluku. 4. menjelaskan persamaan dan perbedaan berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.
5. mengelompokkan karya seni rupa nusantara dari segi persamaan dan perbedaan jenis objek, tema, dan symbol. Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV hal….
1.3 menunjukkan sikap apresiatif terhadap kesesuaian fungsi karya seni rupa terapan.









Sikap apresiatif terhadap karya seni rupa terapan. 10. mengamati karya seni terapan daerah setempat.
11. menunjukkan sikap apresiatif dengan cara menghargai, merawat dan melestarikan. 5. menunjukkan sikap apresiatif terhadap karya seni rupa terapan yang ada di daerahnya. Lesan, praktek. 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV hal….
1.4 menunjukkan sikap apresiatif terhadap keartistikan karya seni rupa terapan.
Sikap apresiatif terhadap keindahan karya seni rupa terapan. 1. mengamati karya seni terapan nusantara
2. menunjukkan sikap apresiatif dengan cara menghargai, merawat dan melestarikan.
3. menunjukkan sikap apresiatif terhadap karya seni rupa terapan yang ada di nusantara.
Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV hal….

























SILABUS 2
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : IV
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
2.5 Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema benda alam: buah-buahan, tangkai, kerang, dsb.
Gambar ilustrasi 13. membaca cerita ‘Malin Kundang’.
14. mengamati gambar ilustrasi yang menyertai cerita.
15. mengemukakan pendapatnya tentang cerita yang dibacanya.
16. membaca cerita ‘Patin’
17. mengemukakan pendapat tentang cerita ‘Patin’.
18. mengungkapkan ekspresi manusia menurut gambar ilustrasi yang tersedia.
19. membuat gambar ilustrasi binatang, tumbuhan dan rumah.
20. membuat gambar ilustrasi dalam cerita ‘Bawang Merah Bawang Putih’ 3. menjelaskan karakter tokoh cerita rakyat nusantara dari hasil tanggapan kumpulan gambar ilustrasi.
4. membuat tanggapan cerita secara tertulis tentang karakter tokoh cerita rakyat Nusantara dari karya-karya gambar ilustrasi. Lesan, Praktek 6 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV Hal…..
2.6 Memamerkan hasil gambar ilustrasi dengan tema benda alam: buah-buahan, tangkai, kerang, dsb di depan kelas.
Pameran, gambar ilustrasi. 5. membuat koleksi tentang berbagai gambar ilustrasi.
6. memamerkan gambar-gambar ilustrasi milik sendiri dan milik teman-temannya. 4. memamerkan hasil karyanya dan teman-temannya. Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan kls IV Hal…..


























SILABUS 3

SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : IV
SEMESTER : 2 (genap)
STANDAR KOMPETENSI : 9. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
9.1 Menjelaskan makna seni rupa murni. Karya seni rupa murni, objek, tema, symbol. 7. Menulis nama-nama karya seni.
8. Mengelompokkan karya seni dilihat dari bahan, manfaat, kegunaan.
3. Mengelompokkan berbagai jeni objek, tema, dan symbol dalam kaa seni rupa nusantara. Lesan, praktek. 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
9.2 Mengidentifikasi jenis karya seni rupa murni yang ada di daerah setempat. Jenis objek karya seni rupa 6. Mengamati jenis objek dalam karya seni rupa seperti manusia, hewan, atau tumbuhan.
7. Menyebutkan jenis objek yang digunakan dalam karya seni rupa nusantara.
8. Menentukan objek yang terdapat pada karya seni tertentu. 1. Menyebutkan jeni objek pada karya seni rupa nusantara. Praktek 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
9.3 Menampilkan sikap apresiatif terhadap karya seni rupa murni. Sikap apresiatif 1. Mencar karya seni rupa yang berobjek manusa.
2. Mencari karya seni rpa yang berobjek hewan.
3. Mencari karya seni rupa yang berobjek tumbuhan. 1. Menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya seni rupa murni. 2 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
SILABUS 4

SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : IV
SEMESTER : 2 (genap)
STANDAR KOMPETENSI : 10. Mengekspresikan diri melalui karya sen rupa

Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
10.1 Membuat relief dari bahan plastis dengan pola motif hias.
Relief, pola motif hias. 7. Tanya jawab tentang relief.
8. mengamati gambar relief.
9. berdiskusi tentang relief dengan beberapa pertanyaan. 1. Membuat koleksi tentang karya relief dari berbagai teknik dengan pola ragam hias nusantara.
Lesan, praktek. 2 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
Pola ragam hias 5. mengamati pola ragam hias sederhana dari Jawa, Bengkulu, Toraja, Flores, Batak, Bali.
6. Membuat pola ragam hias.
7. Membuat relief dengan menggunakan pola ragam hias buatan sendiri dari bahan lunak.
8. membuat relief dengan teknik pilin.
9. membuat relief dengan teknik cungkil.
10. mengemukakan pendapat tentang relief. 2. Membuat pola ragam hias geometris dan natural.
3. menerapkan pola agam hias geometris dan natural ke dalam relief.
Praktek 4 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
10.2 Menyiapkan karya sen rupa yang dibuat untuk pameran kelas. Persiapan pelaksanaan pameran. 4. Tanya jawab tentang persiapan pameran.
5. mempelajari hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pameran. 1. merancang dan menata pameran.
Lesan, praktek. 2 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..
10.3 Menata karya seni rupa yang dibuat dalam bentuk pameran kelas. Menata karya seni rupa. 1. membuat dekorasi panggung
2. membuat hiasan dengan kertas marmer.
3. Membuat laporan pameran. 1. membuat dekorasi panggung dalam rangka menata pameran.
2. membuat laporan tertulis untuk pameran. Praktek 2 X 35 mnt Kreasi Seni dan Kerejinan tangan Kls. IV. Hal…..




















SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 menjelaskan makna motif hias.
Makna motif hias. 19. mengenal seni rupa nusantara dan motif pada kostum, dan perhiasan yang dipakai dalam pentas seni tari.
1. menyebutkan cirri-ciri berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.
2. mengelompokkan berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara. Lesan, Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V hal….
1.2 mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa Nusantara daerah setempat.
Jenis motif hias. Bentuk objek 9. mengidentifikasi jenis motif hias.
10. mencari motif hias pada kostum yang dipakai para penari nusantara.
11. mengenal tiga macam objek: manusia, hewan, dan tumbuhan.
12. menemukan jenis objek yang ada pada karya seni yang terdapat pada costum penari. 6. mengidentifikasi jenis motif hias. Lesan, praktek. 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V hal….
1.3 menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias karya seni rupa nusantara daerah setempat.
Sikap apresiasi 12. mencari beberapa motif hias pada buku, majalah, surat kabar, kain, lukisan, dll.
13. menggunakan motif yang ada sebagai model untuk membuat motif-motif yang baru. 6. siswa dapat membuat motif baru berdasarkan motif-motif daerah yang ada. Lesan, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V hal….



























SILABUS 2
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
a. Mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dengan motif hias nusantara.
Gambar dekoratif, motif-motif dekoratif. 21. mempelajari contoh-contoh motif hias.
22. membuat motif dasar sesuai dengan kreatifitas siswa.
23. membuat gambar dekoratif dengan cara menggabungkan beberapa motif dasar sesuai dengan kreatifitas siswa. 5. Membuat gambar dekoratif dengan motif hias nusantara. Lesan, Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls IV Hal…..
b. mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema hewan dan kehidupannya.
Gambar ilustrasi. 7. mendengarkan cerita guru tentang ciptaan Tuhan.
8. mengamati gambar binatang.
9. tanya jawab tentang binatang.
10. mengetahui manfaat hewan bagi manusia.
11. menggambar hewan. 5. membuat gambar ilustrasi dengan tema hewan dan kehidupannya. Lesan,
Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan kls IV Hal…..
c. membuat motif hias dasar jumputan kain.
Motif hias. 1. mengenal celup ikat.
2. membuat tisu celup ikat.
3. membuat kain celup ikat. 1. membuat kumpulan tentang berbagai jenis karakter ragam hias dan berbagai jenis teknik pembuatan celup ikat.
2. membuat tulisan berbagai jenis pembuatan dan karakter ragam hias teknik celup ikat. praktek 2 X 35 menit




















SILABUS 3
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 9. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
9.1 mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah setempat. Jenis motif hias. 12. mengamati gambar tari Hudog Kita dari Kalimantan dan sendratari Berutuk dari Bali.
13. menulis persamaan dan perbedaan tari Pajaga dari Bugis dengan tari Serimpi dari Jawa Tengah.
14. Menulis persamaan dan perbedaan Gong Gamelan Jawa dengan Kendang Belek dari Lombok. 1. menjelaskan persamaan berbagai jenis objek, tema dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.
2. menjelaskan perbedaan jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara. Lisan, 4 X 35 menit






4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
9.2 menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias karya seni rupa nusantara daerah setempat. Sikap apresiatif. 7. mengamati gambar tari Kanjet Teweq dari Kalimantan Timur, tari Ngremo dari Jawa Timur, tari Merak dari Jawa Barat, tari Tifa dari Maluku.
8. mencari contoh gambar karya seni bermotif hias yang menarik bagi siswa.
9. mengoleksi gambar karya seni bermotif hias yang menarik bagi siswa. 1. mengoleksi gambar-gambar karya seni bermotif hias yang menarik bagi siswa.
praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III























SILABUS 4
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 10. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
10.1 Membuat topeng secara kreatif dalam hal teknik dan bahan.
Topeng. 7. membaca bacaan tentang topeng dan topi.
8. mengamati gambar anak menggunakan topeng di hari ulang tahun.
9. membuat topi pawai.
10. membuat topeng. 1. membuat topeng dengan teknik merangkai / menyusun menggunakan bahan daur ulang (kemasan kertas, bahan alam)
Observasi, praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
10.2 Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi manusia dan kehidupannya.










Gambar ilustrasi. 5. mengamati gambar wajah anak dan orang dewasa.
6. mengamati gambar manusia dengan tema keramaian di pantai.
7. membuat gambar manusia dengan tema keramaian di pasar. 3. membuat gambar ilustrasi manusia dan kehidupannya. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
10.3 Menyiapkan karya seni rupa yang diciptakan untuk pameran kelas. Persiapan pameran. 1. mendengarkan guru tentang persiapan pameran.
2. mempelajari hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mengadakan pameran.
3. membentuk kepanitiaan. 1. merancang dan menata pameran.
Lesan, Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
10.4 Menata karya seni rupa yang diciptakan dalam bentuk pameran kelas / sekolah. Dekorasi, kelengkapan pameran, penataan ruang. 1. mendiskusikan kelengkapan pameran seperti label karya, papan panel, meja, karya seni.
2. merancang tema pameran.
3. menata ruangan bersama-sama. 1. menata ruangan bersama-sama.
Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
Laporan pameran. 1. mendengarkan penjelasan guru tentang pelaksanaan pameran.
2. melaksanakan pameran kelas.
3. membuat laporan pameran. 1. melaksanakan pameran kelas.
2. membuat laporan tertulis tentang pameran. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..




SILABUS 1
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V I
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 1. Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah lain.
Jenis karya seni rupa, cirri-ciri karya seni rupa. 3. mendengarkan penjelasan tentang jenis karya seni rupa: dua dimensi dan tiga dimensi.
4. mengamati karya seni dua dimensi.
5. mengamati karya seni tiga dimensi.
6. menyebutkan ciri-ciri dari karya seni rupa.
7. Mengelompokkan berbagai tekni dan bahan berkarya seni rupa. 1. Menyebutkan ciri-ciri berbagai jenis objek, tema, symbol dan teknik berkarya seni rupa.
2. Mengelompokkan berbagai teknik dan bahan berkarya seni rupa. Lesan, Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls VI hal….
1.2 Menjelaskan cara membatik.
Batik 13. Bertanya jawab tentang batik dan asal batik.
14. Mengenal ciri-ciri batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon.
15. mengumpulkan berbagai ragam hias batik.
16. Mencari tulisan tentang jenis pembuatan batik, kemudian menulisnya.
7. Membuat kumpulan tentang berbagai jenis karakter ragam hias dan berbagai jenis teknik pembuatan pada batik.
8. membuat tulisan berbagai jenis pembuatan dan karakter ragam hias teknik batik. Lesan, praktek. 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls VI hal….
1.3 Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias karya seni rupa nusantara daerah lain. Sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias. 14. Mendengarkan penjelasan guru tentang pemanfaatan motif hias untuk membuat gambar batik di kertas gambar.
15. Membuat gambar batik di kertas gambar.
7. Memanfaatkan keunikan motif hias untuk membuat batik di kertas gambar. Lesan, praktek. 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls VI hal….





















SILABUS 2
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : V I
SEMESTER : 1 (Gasal)
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
a. Membatik dengan teknik sederhana.
Teknik membatik sederhana 1. Mengenal bentuk dasar motif batik.
2. Menciptakan motif batik.
3. Menjiplak motif batik.
4. Menjiplak pola dengan teknik lurus.
5. Menjiplak pola dengan teknik bersimpangan.
6. Mewarnai desain motif batik.
1. Merancang pola ragam hias batik di atas bahan kertas tisu dan bahan kain.
2. Mewarnai batik dengan perpaduan warna pada bahan kertas dan bahan kain. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls VI Hal…..
b. Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi dengan tema suasana di sekitar sekolah.
Gambar ilustrasi. 12. Memperhatikan penjelasan guru tentang keindahan lingkungan sekolah siwa.
13. Menyebutkan kebiasaan baik yang siswa lakukan di sekolah.
14. Mempelajari contoh gambar ilustrasi yang telah tersedia.
15. Membuat gambar ilustrasi dengan tema suasana di sekitar sekolah kita. 6. Siswa dapat membuat gambar ilustrasi. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan kls VI Hal…..
c. Merancang boneka.
Boneka. 1. Mengenal boneka.
2. menyebutkan bahan dan teknik pembuatannya.
3. Membuat sketsa boneka.
4. Mengumpulkan berbagai jenis karakter boneka.
5. menulis karakter boneka yang siswa bawa.
1. Membuat kumpulan gambar bentuk karakter boneka.
2. Membuat kumpulan tentang berbagai jenis karakter dan teknik pembuatan boneka.
3. Membuat tulisan tentang berbagai symbol bentuk dari karakter. Praktek 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan kls VI Hal…..
d. Membuat boneka berdasarkan rancangan.
Membuat boneka. 1. Memperhatikan penjelasan guru tentang bahan, alat dan cara membuat boneka telur.
2. Mengamati contoh boneka telur yang sudah jadi.
3. Membuat boneka telur.
4. Memperhatikan penjelasan guru tentang bahan, alat dan cara membuat boneka tangan bentuk burung.
5. Mengamati contoh boneka tangan bentuk burung.
6. Membuat boneka tangan bentuk burung. 1. Membuat berbagai sketsa pengembangan dari jenis symbol-simbol boneka.
2. Membuat berbagai gambar bentuk dari komposisi berbagai karakter boneka.
3. Membuat rancangan gambar boneka kreatif.
4. Membuat boneka dengan berbagai bahan dan teknik. Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan kls VI Hal…..



























SILABUS 3
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : VI
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 9. Mengapresiasikan karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
9.1 Mengidentifikasi jeni motif hias pada karya seni rupa nusantara daerah lain. Jenis motif hias. 15. Mendengarkan penjelasan guru tentang karya seni rupa nusantara dan manca negara.
16. Mengidentifikasi karya seni rupa dengan cara menulis persamaan dan perbedaan dari dua karya seni rupa.
17. Mencari persamaan dan perbedaan karya-karya seni rupa yang lain. 3. Mengidentifikasi karya senir rupa nusantara dan mancanegara.
Lisan, praktek. 6 X 35 menit






Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III
9.2 Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias karya seni rupa nusantara daerah lain. Sikap apresiatif terhadap keunikan motif hias. 10. Mengamati karya seni rupa nusantara yang ada di daerah lain.
11. menulis hal-hal yang menarik pada karya seni rupa yang telah diamati.
12. Menggambar hal-hal yang unik pada karya seni rupa. 1. Menghargai keunikan motif hias karya seni rupa nusantara daerah lain.
Observasi, praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls III


































SILABUS 4
SEKOLAH : ……………………
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
KELAS : VI
SEMESTER : 2 (Genap)
STANDAR KOMPETENSI : 10. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

Kompetensi Dasar Materi Pokok / Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
10.1 Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi suasana alam sekitar. Gambar ilustrasi. 11. Tanya jawab tentang keindahan alam.
12. menulis benda-benda yang pernah siswa lihat pada saat tamasya.
13. Mengamati contoh gambar ilustrasi.
14. Membuat gamabr ilustrasi dengan tema suasana di alam sekitar. 1. Membuat gambar ilustrasi suasana alam sekitar.
Praktek. 2 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
10.2 Menyiapkan karya seni rupa yang dibuat untuk pameran kelas.






Menyiapkan karya seni untuk pameran 8. Memperhatikan penjelasan guru tentang pameran
9. Melakukan persiapan pameran.
10. Membentuk kepanitiaan.
11. Mempelajari tugas panitia inti dan seksi-seki. 4. Merancang dan menata pameran.
Observasi, Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..
10.3 Menata karya seni rupa yang dibuat untuk pameran kelas. Penataan, pelaksanaan, dan laporan pameran. 4. Menata semua karya seni yang dimiliki siswa.
5. Melaksanakan pameran.
6. Menulis laporan pameran. 1. Melaksanakan pameran kelas.
2. Membuat laporan tertulis tentang pameran. Observasi, Praktek 4 X 35 menit Kreasi Seni dan Kerajinan Tangan Kls V Hal…..

Proses dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Model Manajemen Mutu Terpadu

Proses dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Model Manajemen Mutu Terpadu

I. Pendahuluan

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan merupakan kegiatan universal yang ada dalam kehidupan manusia. Di manapun di dunia terdapat masyarakat, disanalah terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan[1].

Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis. Hal ini dimengerti karena pendidikan harus selalu disesuaikan dengan semangat zaman agar selalu sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu mengalami perkembangan[2]. Reformasi pendidikan merupakan respon – baik secara proaktif maupun reaktif – sekaligus suatu keniscayaan terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Undang – undang sisdiknas tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak, sehat beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[3].

Salah satu aspek penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Aspek ini seringkali memang menjadi fokus penting dalam pendidikan. Bahkan pendidikan, walaupun memiliki makna yang luas, lebih cenderung dimaknai sebagai proses pembelajaran an sich. Namun demikian, pembelajaran yang selama ini sudah dan sedang dilakukan, belum menyentuh substansi serta harapan yang ingin dicapai. Pembelajaran yang dilakukan hanya merupakan pembelajaran asal-asalan yang tidak mempunyai dasar pijakan yang kuat, sehingga pembelajaran tidak memenuhi harapan stake holder pendidikan karena dipandang tidak memiliki mutu yang baik dan menghasilkan output dengan mutu yang tidak baik pula. Dalam konteks inilah, Manajemen Mutu Terpadu (MMT) memiliki signifikansi implementasi dalam ranah pembelajaran.

II. Tentang Pembelajaran

a) Definisi Pembelajaran

Interaksi antarmanusia dapat terjadi dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat disekitar lingkungannya.

Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Corey (1986 ) dalam Syaiful Sagala dikatakan bahwa[4] :

“ Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”

Selanjutnya Syaiful Sagala , menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu[5] :

“ Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua , dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. “

Dari uraian diatas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.

Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.

b) Pergeseran Paradigma Pembelajaran

Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak telah mengalami suatu pergeseran dari behaviorisme ke konstruktivisme yang menuntut guru dilapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif serta menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati[6].

Sebelumnya, paradigma pembelajaran yang berkembang merupakan paradigma yang memandang pembelajaran sebagai transformasi pengetahuan an sich. Dalam istilah lain, pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered). Oleh karena guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototipe manusia ideal yang harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Freire menyebut pendidikan semacam itu menciptakan “nekrofili” dan bukannya melahirkan “biofili”[7].

Implikasinya lebih jauh adalah bahwa pada saatnya nanti murid-murid akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia-manusia penindas. Jeka diantara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian terjadi seterusnya. Sistem pendidikan, karena itu, menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status-quo sepanjang masa, bukan menjadi kekuatan penggugah (subversive force) ke arah perubahan dan pembaharuan. Bagi Freire, sistem pendidikan sebaliknya justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia. Sistem pendidikan mapan selama ini telah menjadikan anak-didik sebagai manusia-manusia yang terasing dan tercerabut (disinherited masses) dari realita dirinya sendiri dan realitas dunia sekitarnya, karena ia telah mendidik mereka menjadi ada dalam artian menjadi seperti yang berarti menjadi seperti orang lain, bukan menjadi dirinya sendiri[8].

Dalam bidang pembelajaran, filsafat konstruktivisme sangat mempengaruhi profesi guru sebagai pengajar dan pendidik. Filsafat konstruktivisme secara kuat mengubah paradigma pembelajaran baik bagi siswa maupun guru. Secara singkat, siswa hanya dapat mengerti bila mereka sendiri belajar dan membangun pengetahuan mereka (konstruksi). Maka tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar siswa sendiri belajar dan menekuni bahan. Maka ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, dari model guru aktif dan siswa pasif, menajadi siswa aktif belajar dan guru sebagai fasilitator yang membantu[9].

Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan dilapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah peristiwa pembelajaran dapat berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid. Praktek pembalajaran masih didominasi teori belajar asosiasi dan behavioristik. Yang ditandai dengan konsepsi bahwa pikiran terbentuk oleh asosiasi stimulus-respon, belajar merupakan akumulasi butiran atomistik pengetahuan, belajar melalui urutan yang ketat, setiap tujuan pembelajaran dinyatakan secara eksplisit, test-teach-test sebagai pola umum jaminan belajar, tes isomorfis dengan belajar, dan motivasi didasarkan reinforcement positif tiap tahapan belajar[10].

Dari uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak guru yang masih melakukan cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan melihat akibat yang timbul pada peserta didik, kita akan sering menjumpai siswa belajar hanya untuk memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, siswa merasa terkekang, membenci guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena tidak dihargai pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara , terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan.

Dari permasalahan yang ada , sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stake holders mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah terutama guru sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) karena bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran .

c) Implementasi dan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu dalam Proses Pembelajaran

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utama TQM, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap qualities, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan kerkesinambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, dan ketertiban serta pemberdayaan karyawan Ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu : kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan[11].

Edward Sallis (1993), sebagaimana dikutip Syafaruddin menyatakan bahwa Management is a philosophy and a methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures. Pendapat ini menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal[12].

Pengertian mengenai TQM bisa dibagi ke dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan TQM sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) focus pada pelanggan (internal & eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja sama tim, (f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan[13].

Mutu (quality) adalah sebuah filsosofi dan metodologi, tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Peningkatan mutu pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar target sekolah (pendidikan) dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut. Birmingham City Council menyatakan bahwa peningkatan mutu sejatinya adalah: Quality development is essentially a process. It is a strategy, a way of working that facilitates changes and supports development. Quality development makes a difference to learning and teaching by providing the stimulus and practical support for colleagues to build monitoring and evaluation to their work[14].

Proses peningkatan mutu berakar dari ruang kelas. Guru mengatur pembelajaran, dan peningkatan harus melibatkan guru dalam prosesnya. Ilustrasi di bawah ini menggambarkan bagaimana guru bertindak dalam peningkatan mutu di raung kelas dan bagaimana guru berinteraksi dengan stake holders pendidikan di luar kelas.

PEMBELAJARAN

BAB 11

HAKEKAT PEMBELAJARAN



Pendidikan : Bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral atau budi pekerti.

Pengajaran : Bantuan kepada anak didik terutama pada aspek intelektual dan keterampilan.

Pembelajaran : Seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik tersebut memperoleh kemudahan.

Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang sama. Perbedaannya, pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup pengajaran dan pembelajaran. Dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.

Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Sedangkan teori pembelajaran merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran.



KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN

1. Tujuan

2. Subyek belajar

3. Materi pelajaran

4. Strategi pembelajaran

5. Media pembelajaran

6. Penunjang (fasilitas belajar)



PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

1. Prinsip pembelajaran teori behavioristik (Hartley & Davies)

Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar yang baik apabila:

- Peserta didik berpartisipasi secara aktif.

- Materi disusun dalam unit-unit kecil secara sistematis dan logis.

- Tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan.

2. Prinsip pembelajaran teori kognitif (Reilley & Lewis)

Pembelajaran akan lebih bermakna apabila:

- Menekankan makna dan pemahaman.

- Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tapi perlu disertai proses transfer secara lebih luas.

- Menekankan adanya pola hubungan.

- Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep.

- Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif.

- Obyek pembelajaran seperti apa adanya.

- Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi.

- Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna.

3. Prinsip pembelajaran teori humanisme

Belajar adalah memanusiakan manusia. Anak yang berhasil dalam belajar apabila dapat mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan. Pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip penting.

4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan

* Prinsip pengaturan kegiatan kognitif

Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien.

* Prinsip pengaturan kegiatan afektif

Pembelajaran hendaknya memperhatikan dan mengaplikasikan tiga pengaturan kegiatan afektif, yaitu:

- Faktor conditioning=> perilaku pendidik yang berpengaruh terhadap rasa senang atau benci peserta didik terhadap pendidik.

- Faktor behavior modification=> pemberian penguatan seketika.

- Faktor human model=> contoh berupa orang yang dikagumi atau dipercayai peserta didik.

* Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik

Pembelajaran hendaknya memntingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik, dan prosedur koordinasi anggota badan.

5. Prinsip pembelajaran teori kontruktivisme

Belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkontruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip dalam pembelajaran teori kontruktivisme adalah:

- Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.

- Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta didik.

- Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator.

- Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik.

- Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif.

6. Prinsip pembelajaran bersumber dari asas mengajar

* Mandigers

Agar anak mudah dan behasil dalam belajar pendidik perlu memperhatikan:

- Prinsip aktivitas mental=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan aktivitas mental bagi siswa.

- Prinsip menarik perhatian=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan hal yang menarik perhatian siswa.

- Prinsip penyesuaian perkembangan=> Bahan pengajarannya disesuaikan dengan perkembangan siswa.

- Prinsip appersepsi=> Mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui.

- Prinsip peragaan=> Pendidik menggunakan alat peraga dalam mengajar.

- Prinsip aktivitas motorik=> Pembelajaran hendaknya menimbulkan aktivitas motorik bagi siswa.

- Prinsip motivasi=> Pendidik memberikan dorongan kepada siswa dalam pembelajaran

* Marsell

Pembelajaran yang sukses perlu memperhatikan:

- Prinsip konteks=> Pendidik menciptakan bermacam-macam hubungan dngan bahan pengajaran.

- Prinsip fokus=> Dalam membahas materi perlu memakai pokok bahasan senagai pusat bahasan.

- Prinsip sekuens=> Materi pengajaran disusun secara urut sistematis dan logis.

- Prinsip evaluasi=> Pendidik dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan evaluasi.

- Prinsip individualisasi=> Pendidik memperhatikan adanya individu dari diri peserta didik.

- Prinsip sosialisasi=> Pendidik menciptakan suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerjasama antara peserta didik.



Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press





BAB 12

TEORI PEMBELAJARAN



PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK

Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.

Teori pembelajaran perilaku:

- Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar.

- Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).

- Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi perlu hati-hati.

- Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.

- Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.



PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN KOGNITIF

1. Jean Piaget

Piaget mengemukakan 3 prinsip pembelajaran yaitu:

- Belajar aktif=> Menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.

- Belajar lewat interaksi sosial=> Menciptakan suasana yang memungkinkan adanya interaksi antar siswa.

- Belajar lewat pengalaman sendiri=> Didasarkan pada pengalaman nyata.

2. JA Brunner

Menurut Brunner dalam pengajaran di sekolah hendaknya mencakup:

- Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar.

Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik agar memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.

- Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal.

Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.

- Perincian urutan penyajian materi pelajaran.

Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta didik dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah, dan menstranfer apa yang telah dipelajari.

- Cara pemberian penguatan

Pujian atau hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar.

3. David Ausubel

Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Belajar bermakna timbul apabila: - Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.

- Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.

Ausubel mengajukan empat prinsip pembelajaran, yaitu:

- Kerangka cantolan=> pendidik menggunakan bahan pengait untuk mengkaitkan konsep lama dengan konsep baru.

- Diferensiasi progresif=> proses pembelajaran dimulai dari hal umum ke hal khusus.

- Belajar superordinat=> proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi.

- Penyesuaian integratif=> Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.



PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN HUMANISTIK

Pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Aliran ini mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia mampu mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai teori belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai. Peran pendidik dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar, yang tugasnya:

- Menciptakan iklim belajar.

- Memenui kebutuhan belajar peserta didik.

- Membantu mengungkapkan emosi peserta didik.

- Membantu belajar peserta didik.

Bentuk pembelajaran melalui pendekatan humanistik adalah bahwa peserta didik dituntut untuk selalu memotivasi diri. Untuk mencapai ke arah itu kegiatan belajar hendaknya mendorong peserta didik untuk belajar cara-cara belajar dan menilai belajarnya sendiri. Program pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan humanistik umumnya menggunakan kegiatan terbuka di mana peserta didik harus menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah dan membuat produk sendiri. Dalam pendidikan humanistik, peserta didik tidak memiliki tempat duduk yang tetap seperti halnya pendidikan konvensional. Peserta didik dapat belajar mandiri atau belajar dengan kelompok.



PEMBELAJARAN MENURUT TEORI KONTEMPORER

Pembelajaran teori kontemporer yang dimaksudkan di sini adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh. Dalam pembelajaran model ini pendidik dan peserta didik sama-sama aktif. Strategi pembejaran tersebut dinamakan student centered learning strategies, yang wujudnya bisa berupa belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif & kolaboratif, generative learning dan problem based learning.

Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori kontrukivisme yang terkenal samapi sekarang adalah pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu pembelajaran yang mengorkestrasikan (mengubah, menyelaraskan, memberdayakan) berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan cara menyingkirkan hambatan belajar melalui cara dan alat yang tepat sehingga kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi kemampuan aktual.



Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

BAB 13

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL



PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME

Kontruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran kontruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentranfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran kontruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka:

- Suasana lingkungan belajar harus demokratis.

- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif dan berpusat pada peserta didik.

- Pendidik mendorong peserta didik agar belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya.



Asumsi dalam pembelajaran kontruktivistik:

1. Mengenai peserta didik

- Peserta didik adalah individu yang bersifat unik. Mereka memiliki latar belakang dan kebutuhan yang unik pula.

- Kontruktivisme sosial mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan atau pandangan tentang dunianya sendiri.

- Peserta didik perlu didorong untuk memiliki tanggung jawab belajarnya sendiri.

- Motivasi belajar peserta didik tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap potensi belajarnya.

2. Mengenai pendidik

- Pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik.

- Tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pembelajaran.

- Karena pendidik sebagai fasilitator, maka peserta didik yang berperan aktif dalam pembelajaran.

3. Mengenai proses belajar

- Belajar merupakan proses aktif di mana peserta didik belajar menemukan prinsip, konsep dan fakta untuk dirinya sendiri.

- Tercipta interaksi yang dinamik antara tugas-pendidik-peserta didik.

4. Mengenai kolaborasi peserta didik

- Peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakangnya, hendaknya berkolaborasi dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang kebenaran.

- Konteks merupakan pusat belajar. Pengetahuan yang tidak sesuai konteks tidak memberikan ketrampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang bersifat autentik.

5. Mengenai asesmen

- Holt dan Willard-Holt menekankan konsep asesmen dinamik, yaitu cara menilai peserta didik yang berbeda dari penilaian konvensional. Belajar interaktif diperluas dengan proses asesmen.

- Pendidik hendaknya memandang asesmen sebagai proses interaksi dan kontinyu untuk mengukur prestasi belajar dan kualitas pengalaman belajar. Balikan yang dibuat melalui proses asesmen itu digunakan sebagai dasar pengembangan kegiatan berikutnya.

6. Mengenai pemilihan, cakupan dan urutan materi pelajaran

- Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.

- Agar peserta didik benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran, maka tugas dan lingkungan belajarnya hendaknya merefleksikan kompleksitas lingkungan, sehingga peserta didik mampu memfungsikan diri sampai akhir kegiatan belajar.

- Semakin terstruktur lingkungan belajar, semakin tidak mampu peserta didik membangun makna berdasarkan pemahaman konseptualnya. Fasilitator hendaknya menstrukturkan pengalaman belajar cukup untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh bimbingan yang jelas sehingga mampu mencapai tujuan belajar.

Pendekatan pembelajaran kontruktivistik menekankan pembelajaran dari atas ke bawah (top-down intruction). Peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.



Pembelajaran yang memakai prinsip kontruktivisme adalah:

1. Diskaveri (discovery learning)

Dikembangkan oleh Jerome Brunner. Dalam pembelajaran diskaveri, pembelajaran harus mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Keuntungan pembelajaran ini adalah:

- Mampu memunculkan hasrat ingin tahu peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul.

- Peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.

2. Penangkapan (reception learning)

Dikembangkan oleh David Ausubel. Dalam pembelajaran penangkapan, peserta didik tidak mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri, sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan di sekolah. Inti pendekatan belajar penangkapan adalah pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori ini terdiri atas tiga tahap, yaitu:

- Penyajian Advance organizer

Merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran.

- Penyajian materi atau tugas belajar

Merupakan penyajian materi pembelajaran baru dengan metode ceramah, diskusi, film atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik.

- Memperkuat organisasi kognitif

Caranya dengan mengkaitkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.

3. Belajar terbimbing (scaffolding)

Dikembangkan oleh Vgotsky. Scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan secara perlahan-lahan mengurangi batas-batas tersebut karena peserta didik telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks tersebut.



PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu peserta didik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata serta memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.

Karakteristik pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:

- Proses pembelajarannya mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata.

- Tujuan pembelajarannya berbasis pada:

* Standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau lokal oleh asosiasi profesi.

* Pengetahuan & keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu.

* Keterampilan berpikir tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembuatan keputusan.

- Pengalaman belajarnya mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan eksternal.

- Integrasi pendidikan akademik dan karier akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.



Komponen pembelajaran kontekstual meliputi:

1. Kontruktivisme

2. Inkuiri (menemukan)

Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasisi CTL (Contextual Teaching and Learning). Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah: - merumuskan masalah

- mengamati atau melakukan observasi

- menganalisis

- mengkomunikasikan atau menyajikan hasil

3. Questioning (bertanya)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL

4. Masyarakat belajar

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu ke yang belum tahu.

5. Modeling (pemodelan)

Pendidik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Ada model yang bisa ditiru dan diamati peserta didik sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.

6. Refleksi

Adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.

7. Penilaian autentik

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.



Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi:

- Prinsip saling ketergantungan

Prinsip ini mengajak peserta didik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam.

- Prinsip diferensiasi

Prinsip ini mengembangkan kreativitas dan mendorong keragaman dan keunikan antara peserta didik untuk bekerjasama dalam bentuk yang disebut simbiosis.

- Prinsip pengaturan diri

Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri dan disadari sendiri oleh peserta didik.



Pendekatan pada pembelajaran kontekstual meliputi:

1. Pembelajaran berbasis masalah

Merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran.

2. Penggunaan keragaman konteks

Pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan di berbagai lingkungan .

3. Pengelompokan peserta didik

Tujuannya adalah agar mereka mapu berbagi pengalaman dan informasi. Dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam konteks dan latar belakang agar mereka memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah.

4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri

Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini mereka mapu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.

5. Pembentukan kelompok belajar saling ketergantungan

Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar dibangun untuk berbagi pengetahuan dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan.

6. Menggunakan asesmen autentik

Asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.



Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

BAB 14

ASESMEN HASIL BELAJAR



Asesmen merupakan proses mendokumentasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan peserta didik untuk memperoleh informasi tentang apa yang diketahui, dilakukan dan dikerjakan peserta didik. Metode dan alat asesmen meliputi:

- observasi - skala penilaian

- proyek - asesmen mandiri oleh peserta didik

- laporan tertulis - tes tertulis

- review kinerja - asesmen portofolio

Evaluasi memiliki kesamaan dengan asesmen, dan kadang-kadang kedua istilah itu digunakan secara bergantian. Isi evaluasi dipandang lebih luas dibandingkan dengan asesmen. Asesmen dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik tertentu, seperti deskripsi tujuan. Sedangkan evaluasi dipandang sebagai proses pengukuran terhadap suatu karakteristik dan penentuan nilai atau harga suatu obyek.

Kegiatan asesmen pertama kali muncul di China pada tahun 206 SM ketika dinasti Han memperkenalkan ujian untuk membantu proses seleksi pegawai kerajaan.



Jenis-jenis asesmen, yaitu:

1. Asesmen formatif dan sumatif

Asesmen sumatif=> Dilaksanakan di akhir pembelajaran dan digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.

Asesmen formatif=> Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Wujudnya berupa pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik dan tidak dijadikan dasar penentuan kenaikan kelas.

Dalam konteks belajar asesmen sumatif dan normatif disebut dengan asesmen belajar.

2. Asesmen obyektif dan subyektif

Asesmen obyektif=> Bentuk pertanyaan yang memiliki satu jawaban benar.

Asesmen subyektif=> Bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban benar.

3. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif

Asesmen acuan patokan=> Asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya menggunakan tes acuan patokan.

Asesmen acuan normatif=> Asesmen yang menggunakan tes acuan normatif dan tidak digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen ini dikenal dengan penentuan rangking berdasarkan kurve normal.

4. Asesmen formal dan informal

Asesmen formal=> Diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis dan diberikan skor dalam bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan kinerja peserta didik.

Asesmen informal=> Dilakukan dengan cara yang lebih terbuka seperti observasi, inventori, diskusi yang tidak dimaksudkan untuk menentukan rangking.

5. Asesmen autentik (Asesmen kineja)

Asesmen berbasis kinerja merupakan bentuk ujian di mana peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau membuat produk dan mendemonstrasikan ketrampilan atau menampilkan kemampuan/pengetahuan. Wujudnya antara lain:

- tugas membuat proyek secara individual atau kelompok - eksperimen ilmiah

- contoh tulisan atau karangan - portofolio

- memecahkan masalah terbuka - simulasi komputer

- pertanyaan yang membutuhkan konstruksi jawaban - wawancara atau presentasi lisan

Tahap-tahap asesmen kinerja adalah:

- Mengidentifikasi hasil pembelajaran.

- Mengembangkan tugas-tugas untuk menemukan tujuan pembelajaran.

- Mengidentifikasi hasil belajar tambahan yang di dukung oleh tugas.

- Merumuskan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik.

6. Asesmen portofolio

Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling populer. Biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya peserta didik.

Tahap-tahap asesmen portofolio adalah:

a. Perencanaan dan pengorganisasian

- Mengembangkan perencanaan portofolio yang bersifat fleksibel.

- Merencanakan waktu secukupnya agar peserta didik mempersiapkan dan mendiskusikan aspek-aspek portofolio.

- Dimulai dengan satu aspek belajar dan hasil belajar peserta didik, kemudian semakin meningkat sejalan dengan apa yang dipelajari peserta didik.

- Memilih aspek yang dimasukkan di dalam portofolio yang mampu menunjukkan kemajuan peserta didik atau penguasaan tujuan pembelajaran.

- Memilih setidaknya dua aspek, yakni indikator yang diperlukan atau aspek-aspek inti dan sampel pekerjaan yang dipilih.

- Menempatkan daftar tujuan di depan masing-masing portofolio. Bersamaan dengan indikator yang dipersyaratkan dan tempat mencatat aspek-aspek pilihan.

b. Implementasi

- Melekatkan perkembangan aspek-aspek portofolio di dalam kegiatan kelas yang sedang berlangsung.

- Memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mempersiapkan, memilih, menilai dan menyimpan portofolionya sendiri.

- Membagi aspek-aspek portofolio yang telah dipilih.

- Mencatat komentar pendidik dan peserta didik dengan segera terhadap portofolio tersebut.

c. Hasil

- Menganalisis aspek-aspek portofolio untuk memahami pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

- Menggunakan informasi portofolio itu untuk mendokumentasi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik, untuk disampaikan kepada orang tua dan memperbaiki pembelajaran di kelas.



Prinsip-prinsip asesmen

- Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik.

- Asesmen berujuan untuk mendukung belajar peserta didik.

- Obyektif bagi semua peserta didik

- Berkolaborasi secara profesional dengan sekelompok pendidik lain.

- Melibatkan partisipasi komite sekolah dalam pengembangan asesmen.

- Menjelaskan keteraturan dan kejelasan komunikasi mengenai peserta didik kepada peserta didik, keluarga dan masyarakat.

- Meninjau dan memperbaiki asesmen.



Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH INKLUSIF

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH INKLUSIF



I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar-mengajar merupakan inti dan pelaksanaan kurikulum Baik-buruknya mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu kegiatan belajar-mengajar. Bila mutu lulusanya bagus dapat diproduksi bagus mutu kegiatan belajar-mengajarnya juga bagus: atau sebaliknya, bila mutu kegiatan belajar-mengajarnya bagus, maka mutu lulusannya juga akan bagus.

Guru Sekolah Dasar (SD) selama ini disiapkan untuk mengajar siswa-siswi yang ada di SD. Pada umumna para siswa di SD adalah anak-anak normal yang tidak memiliki kelainan/penyimpangan yang signifikan (berarti) baik dalam segi fisik. Intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris. Mereka pada umumnya memiliki kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris yang relatif homogen.

Seiring dengan kemajuan jaman, reformasi kelemhagaan yang melayani anak berkelainan banyak dilakukan. Pada masa-masa sebelumya bentuk kelembagaan yang melayani pendidikan bagi anak berkelainan masih banyak yang bersifat segregasi atau terpisah dari masyarakat pada umumnya. Tetapi memasuki akhir milenium dua, misi dan visi kelembagaan sudah cenderung kepada bentuk integrasi. Suatu Bentuk dimana anak luar biasa atau para penyandang cacat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan masyarakat pada umumnya. Muncul berbagai istilah yang berhubungan dengan bentuk kelembagaan dan layanan pendidikan yang diperuntukkan bagi mereka, Seperti normalisasi, dan integrasi, mainstreaming, least restrictive environment, institusionalisasi, dan ink/usi. Dewasa ini, ink/usi merupakan. salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak berkelainan yang dipandang ideal untuk dilaksanakan sesuai dengan Pernyataan Sa1amanca.

Di Sekolah inklusif para siswa memilik kemampuan yang heterogen, karena para siswanya di samping anak-anak normal juga terdapat anak-anak berkelainan yang memiliki beragam kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris neurologis.

Mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan heterogen berheda dengan mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan homogen. Para guru SD, pada umumnya merasa kurang mampu mengajar anak-anak yang memiliki kemampuan heterogen di kelas inklusif karena ketika mereka sekolah/kuliah di lembaga pendidikan guru baik SPG, PGSD, maupun LPTK lainnya tidak dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan agar mampu untuk mengajar di kelas inklusif.

Sehuhungan dengan permasalahan di atas, maka disusun Buku Kegiatan Belajar Mengajar, yang diharapkan dapat dipergunakan oleh para guru dan praktisi pendidikan lainnya sebagai acuan dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan Belajar-mengajar kelas inklusif.



B. Tujuan Penulisan Buku

Buku ini ditulis dengan tujuan sebagai bahan acuan bagi para pembaca, terutama para pembina dan pelaksana pendidikan di lapangan. dalam merancang, melaksanakan. dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar kelas inklusif.



II. PERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

A. Rancangan Pembelajaran

Kegiatan belajar-mengajar hendaknya dirancang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa, serta mengacu kepada kurikulum yang telah dikembangkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan belajar mengajar pada kelas inklusif antara lain seperti di bawah ini.

1. Merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar

1. Merencanakan pengelolaan kelas
2. Merencanakan pengorganisasan bahan
3. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
4. Merencanakan penggunaan sumber belajar
5. Merencanakan penilaian

2. Melaksanakan Kegiatan belajar Mengajar

1. Menyajikan materi/bahan pelajaran
2. Mengimplementasikan metode, sumber belajar dan bahan latihan yang sesuai dengan kemampuan awal dan karakterisitik siswa, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran
3. Mendorong siswa untuk terlihat secara aktif
4. Mcndemonstrasikan penguasaan materi pelajaran dan relevansinya dalam kehidupan
5. Mengelola waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pengajaran.

3. Membina Hubungan Antarpribadi

1. Bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa
2. Menampilkan kegairahan dan kesungguhan
3. Mengelola interaksi antarpribadi

4. Melaksanakan Evaluasi

1. Melakukan penilaian selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, baik secara lisan tertulis, maupun melalui pengamatan
2. Mengadakan tindak lanjut.



B. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Kegiatan belaiar-mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran prinsip-prinsip pembelajaran di kelas inklusif secara umum sama dengan prinsip- prinsip pembelajaran yang berlaku bagi anak pada umumnya. Namun demikian, karena di dalam kelas inklusif terdapat anak berkelainan yang mengalami kelainan/penyimpangan baik fisik, intelektual, sosial, emosional dan/atau sensoris neurologis dibanding dengan anak pada umumnya, maka guru yang mengajar di kelas inklusif di samping menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan anak.

1. Prinsip Umum

a. Prinsip Motivasi

Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada sisa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.

b. Prinsip Latar/Koteks

Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan semaksimal mungkin menghindari pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu penuh bagi anak.

c. Prinsip Keterarahan

Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus merumuskan tujuan secara jelas. rnenapkan hahan dan alat ang sesual serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.

d. Prinsip Hubungan Sosial

Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.

e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan atau menemukan seseatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya.

f. Prinsip Individualisasi

Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara mendalam baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran. kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, dan perilakunya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.

g. Prinsip Menemukan

Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk terlihat secata aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional.

h. Prinsip Pemecahan Masalah

Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar, dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan.

2. Prinsip Khusus

a. Tunanetra

1) Prinsip Kekonkritan

Anak tunanetra belajar terutama melalui pendengaran dan perabaan. Bagi mereka untuk mengerti dunia sekelilingnya harus bekerja dengan benda-benda konkrit yang dapat diraba dan dapat dimanipulasikan Melalui observasi perabaan benda-benda riil, dalam tempatnya yang alamiah, mereka dapat memahami bentuk, ukuran, berat, kekerasan, sifat-sitat permukaan, kelenturan, suhu, dan sebagainya.

Dengan menyadari kondisi seperti ini, maka dalam proses belajar-mengajar guru dituntut semaksimal mungkin dapat menggunakan benda-benda konkrit (baik asli maupun tiruan) sebagai alat bantu atau media dan sumber belajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.

2) Prinsip Pengalaman yang Menyatu

Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi. Seorang anak normal yang masuk ke toko, tidak saja dapat melihat rak-rak dan benda-benda riil, tetapi juga dalam sekejap mampu melihat huhungan antara rak-rak dengan benda-benda di ruangan. Anak tunanetra tidak mengerti hubungan-huhungan ini kecuali jika guru menyajikannya dengan mengajar anak untuk “mengalami” suasana tersehut secara nyata dan menerangkan huhungan-huhungan tersebut.

3) Prinsip Belajar Sambil Melakukan

Prinsip ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan prinsip belajar sambil berkerja. Perbedaannya adalah, bagi anak tunanetra, melakukan sesuatu adalah pengalamanya nyata yang tidak mudah terlupakan seperti anak normal melihat sesuatu sebagai kebutuhan utama dalam rnenangkap informasi. Anak normal belajar mengenai keindahan lingkungan cukup hanya dengan melihat gambar atau foto. Anak tunanetra menuntut penjelasan dan penjelajahan secara langsung di lingkungan nyata.
Prinsip ini menuntut guru agar dalam proses belajar-mengajar tidak hanya bersifat informatif akan tetapi semaksimal mungkin anak diajak ke dalam situsi nyata sesuai dengan tuntutan tujuan yang ingin dicapai dan bahan yang diajarkannya.

b. Tiinarungu/Gangguan Komunikasi

1) Prinsip Keterarahanwajah

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengarannya (kurang dengar atau bahkan tuli), Sehingga organ pendengarannya kurang/tidak berfungsi dengan baik. Bagi yang sudah terlatih, mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melihat gerak bibir (lip reading) lawan bicaranya. Oleh karena itu ada yang menyebut anak tunarungu dengan istilah “pemata’, karena matanya seolah-olah tanpa berkedip melihat gerak bibir lawan bicaranya.

Prinsip ini menuntut guru ketika memberi penjelasan hendaknya menghadap ke anak (face to face) sehingga anak dapat melihat gerak bibir guru. Demikian pula halnya dengan anak yang mengalami gangguan komunikasi, karena organ bicaranya kurang berfungsi sempurna, akibatnya bicaranya sulit dipahami (karena kurang sempurna) oleh lawan bicaranya. Agar guru dapat memahaminya, maka anak diminta menghadap guru (face to face) ketika berbicara.

2) Prinsip Keterarahansuara

Setiap kali ada suara/bunyi, pasti ada sumber suara/bunyinya. Dengan sisa pendengarannya, anak hendaknya dibiasakan mengkonsentrasikan sisa pendengarannya ke arah sumber suara/bunyi, sehingga anak dapat merasakan adanya getaran suara, Suara/bunyi yang dihayatinya sangat membantu proses belajar-mengajar anak terutama dalam pembentukan sikap, prihadi, tingkah laku, dan perkembangan bahasanya.

Dalam proses belajar-mengajar, ketika berbicara guru hendaknya rnenggunakan lafal/ejaan yang jelas dan cukup keras, sehingga arah suaranya dapat dikenali anak.
Demikian pula, bagi anak yang mengalami gangguan komunikasi, agar bicaranya dapat dipahami oleh lawan bicaranva maka anak hendaknya ketika berbicara selalu menghadap ke lawan bicaranya agar suaranya terarah.

3) Prinsip Keperagaan

Anak tunarungu karena mengalami gangguan organ pcndengarannya maka mereka lebih banyak menggunakan indera penglihatannya dalam belajar.
Oleh karena itu, proses belajar-mengajar hendaknya disertai peragaan (menggunakan alat peragaan) agar lebih mudah dipahami anak. disamping dapat menarik perhatian anak.

c. Anak Berbakat

1) Prinsip Percepatan (AkseIeras) Be1ajar

Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan (intelegensi), kreatvitas, dan tanggung jawab (task commitmeni) terhadap tugas di atas anak-anak seusianya. Salah satu karakteristik yang sangat menonjol adalah mereka memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak seusianya. Dengan diterangkan sekali saja oleh guru. mereka telah dapat menangkap maksudnya: sementara anak-anak yang lainnya masih perlu dijelaskan lagi oleh guru. Pada saat guru mengulangi penjelasan kepada teman-temannya itu, mereka memiliki waktu tertuang. Bila tidak diantisipasi oleh guru, kadang-kadang waktu tertuang ini dimanfaatkan untuk aktivitas sekehendaknya., misalnya melempar benda-benda kecil kepada teman dekatnya. mencubit teman kanan-kirinya, dan sebagainya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki, dalam proses belajar-mengajar hendaknya guru dapat memanfaatkan waktu luang anak berbakat dengan memberi materi penilaian tambahan (materi pelajaran berikutnya). Sehingga kalau terakumulasi semua, mungkin materi pelajaran selama satu semester dapat selesai dalam waktu 4 bulan: materi 1 tahun selesai dalam waktu 8 bulan: materi 6 tahun selesai dalam waktu 4 tahun. Hal disebut dengan istilah percepatan (akselerasi) belajar.

2) Prinsip Pengayaan (Enrichment)

Ada anak berhakat yang tidak tertarik dengan program percepatan belajar Mereka kurang berminat mempelajari materi di atasnya (berikutnya) mendahului teman-temannya. Mereka merasa lehih enjoy dan fun dengan tetap mempelajari materi yang sama dengan teman sekelasnya, namun diperdalam dan diperluas dengan mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi (analisis. sintesis. evaluasi, dan pemecahan masalah), tidak hanya mengembangkan proses berfikir tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman), karena anak berbakat lebih menonjol dalam proses berfikir tingkat tinggi tersebut.

Hal ini menuntut guru agar dalam kegiatan betajar mengajar dapat rnemanfaatkan waktu luang anak berbakat dengan cara memberi program-program pengayaan kepada mereka, dengan mengemhangkan proses berfikir tingkat tinggi seperti di atas.

d. Tunagrahita/Anak lamban belajar (Slow learner)

I) Prinsip Kasih Sayang

Tunagrahita/anak lamban belajar adalah anak yang mengalami kelainan/penyimpangan dalam segi intelektual (inteligensi), yakni inteligensinya di bawah rata-rata anak seusianya (di bawah normal). Akibatnya, dalam tugas-tugas akademik yang menggunakan intelektual, mereka senang mengalami kesulitan. Oleh karena itu. kadang-kadang guru merasa jengkel karena diberi tugas yang menurut perkiraan guru sangat mudah sekalipun. mereka tetap saja kesulitan dalam menyelesaikannya.

Untuk itu, mengajar anak tunagrahita/lamban belajar membutuhkan kasih sayang yang tulus dan guru. Guru hendaknva berbahasa yang lembut, tercapai sabar, rela berkorban, dan memberi contoh perilaku yang baik ramah, dan supel, sehingga siswa tertarik dan timbul kepercayaan yang pada akhirnya bersemangat untuk melakukan saran-saran dan guru.

2) Prinsip Keperagaan

Kelemahan anak Tunagrahita/lamban belajar antara lain adalah dalam hal kemampuan berfikir abstrak, Mereka sulit membayangkan sesuatu. Dengan segala keterbatasannya itu, siswa tunagrahita/lamban belajar akan lebih mudah tertarik perhatiannva apabila dalam kegiatan belajar-mengajar menggunakan benda-benda konkrit maupun berbagai alat peraga (model) yang sesuai.

Hal ini menuntut guru agar dalam kegiatan belajar mengajar selalu rnengaitkan relevansinya dengan kehidupan nyata sehari-hari. Oleh karena itu, anak perlu di bawa ke lingkungan nyata, baik lingkungan fisik, lingkungan sosial, maupun lingkungan alam. Bila tidak memungkinkan, guru dapat membawa berhagai alat peraga.

3) Prinsip Habilitasi dan Rehabilitasi

Meskipun dalam bidang akademik anak tunagrahita memiliki kemampuan yang terbatas, namun dalam bidang-bidang lainnya mereka masih memiliki kemampuan atau potensi yang masih dapat dikembangkan.

Habilitasi adalah usaha yang dilakukan seseorang agar anak menyadari bahwa mereka masih memiliki kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan meski kemampuan atau potensi tersebut terbatas.

Rehabilitasi adalah usaha yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan cara, sedikt demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum berfungsi optimal.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya berusaha mengembangkan kemampuan atau potensi anak seoptimal mungkin. melalui berbagai cara yang dapat ditempuh.

e. Tunadaksa

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaraan bagi anak tunadaksa tidak lepas dan juga bentuk pelayanan, yaitu: (1) pelayanan medik, (2) pelayanan pendidikan. dan (3) pelayanaan sosial, yang pada dasarnya juga tidak dapat lepas dengan prinsip habilitasi dan rehahilitasi di atas.

f. Tunalaras

1). Prinsip Kebutuhan dan Keaktifan

Anak tunalaras selalu ingin memenuhi kebutuhan dan keinginannya tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Untuk memenuhi Kebutuhannnya itu, ia menggunakan kesempatan yang ada tanpa mengingat kepentingan orang lain. Kalau perlu melanggar semua peraturan yang ada meskipun ia harus mencuri misalnya. Hal ini jelas merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, guru harus memberi keaktifan kepada siswa supaya kebutuhannya terpenuhi dengan mempertimbangkan norma-norma kemasyarakatan, agama, peraturan perundangan-undangan yang berlaku, segingga dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

2) Prinsip Kebebasan yang Terarah

Anak tunalaras memiliki sikap tidak mau dikekang. Ia selalu menggunakan peluang yang ada untuk berbuat sesuatu sehingga hatinya merasa puas. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati ketika akan melarangnya. Nasehatilah kalau memang perlu dilarang. Di samping itu, guru hendaknya mengarahkan dan menyalurkan segala perilaku anak ke arah positif yang berguna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

3) Prinsip Penggunaan Waktu Luang

Anak tunalaras biasanya tidak bisa diam, dia termasuk hiperaktif. Ada saja yang dikerjakan. Bahkan solah-olah mereka kekurangan waktu sehingga lupa tidur, istirahat, dan sebaginya. Oleh karena itu, guru harus membimbing anak degan mengisi waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

4) Prinsip Kekeluargaa dan Kepatuhan

Anak tunalaras berasal dari keluarga yang tidak harmonis, hubungan orang tua retak (broken home). Akibatnya emosinya tidak laras, jiwanya tidak tenang, rasa kekeluargaannyatidak berkembang, merasa hidupnya tidak berguna. Akibat lebih jauh mereka bersifat perusak, benci kepada orang lain.

Oleh karena itu, guru harus dapat meyelami jiwa anak, dimana letak ketidakselarasaan kehidupan emosinya. Selanjutnya, mengembalikannya kepada kehidupan emosi yang tenang, laras, sehingga rasa kekeluargaanya menjadi pulih kembali. Misalnya siswa disuruh membaca cerita yang edukatif, memelihara binatang, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.

5) Prinsip Setia Kawan dan Idola serta Perlindungan

Karena tinggal di rumah tidak tahan, anak tunalaras biasanya lari keluar rumah. Kemudian ia bertemu dengan orang-orang (kelompok) yang dirasa dapat memebuat dirinya merasa aman. Di dalam kelompok tersebuat ia merasa menemukan tempat berlindung menggantikan orang tuanya, ia merasa tentram, timbul rasa setia kawan. Karena setianya kepada kelompok, ia berbuat apa saja sesuai perintah katua kelompoknya yang dijadikan idolanya.

Oleh karena itu, guru hendaknya secara perlahan-lahan berupaya menggantikan posisi ketua kelompoknya, menjadi tokoh idola siswa, dengan cara melindungi siswa, dan berangsur-angsur kelompoknya berganti dengan teman-teman sekelasnya, dan setia kawannya berganti kepada teman-teman sekelasnya, yang pada akhirnya mereka akan merasa senang bersekolah.

6) Prinsip Minat dan Kemampuan

Guru harus memperhatikan minat dan kemampuan anak terutama yang berhubungan dengan pelajaran. Jangan sampai karena tugas-tugas (PR) yang diberikan oleh terlalu banyak, akhirnya justru mereka benci kepada guru atau benci kepada pelajaran tertentu. Sebaliknya, guru harus menggali minat dan kemampuan siswa terhadap pelajaran, untuk dijadikan dasar memberi tugas-tugas tertentu. Dengan memberi tugas yang sesuai, mereka akan merasa senang, yang pada akhirnya lama-kelamaan mereka akan terbiasa belajar.

7) Prinsip Emosional, Sosial, dan Perilaku

Karena problem emosi yang disandang anak tunalaras, maka ia mengalami ketidakseimbangan emosi. Akibatnya siswa berprilaku menyimpang baik secara individual maupun secara sosial dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Oleh karena itu, guru harus berusaha mengidentifikasi problem emosi yang disandang anak, kemudian berupaya menghilangkannya untuk diganti dengan sifat-sifat yang baik sesuai dengan norma-norma yang erlaku di masyarakat dan agama, dengan cara diberi tugas-tugas tertentu yang terpuji, baik secara individual maupun secara kelompok.

8) Prinsip Disiplin

Pada umumnya anak tunalaras ingimn memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memenuhi keinginannya,tanpa mengindahkan norma-norma yang berlaku, sehingga ia hidup lepas dari disiplin. Sikap ketidaktaatan dan lepas dari aturan merupakan sikap hidupnya sehari-hari.

Oleh karena itu, guru perlu membiasakan siswa untuk hidup teratur dengan selalu diberi keteladanan dan pembinaan dengan sabar.

9) PrinsipKasih Sayang

Anak tunalaras umumnya haus akan kasih sayang, baik dari orang tua maupun dari keluarganya. Akibatnya anak akan selalu mencari kasih sayang dan menumpahkan keluhannya di luar rumah. Kalau ia tidak menemukannya akan menjadi agresif, cenderung hiperaktif, atau sebaliknya ia menjadi rendah diri, pendiam, atau meyendiri.
Oleh karena itu, guru supaya mendekati anak dengan penuh kasih sayang, kesabaran, sehingga kekosongan jiwa anak akan teisi atau terobati. Akibatnya, anak akan rajin ke sekolah karena merasa ada tempat untuk mencurahkan perasaanya. Pada akhirnya mereka akan menuruti nasehat guru untuk rajin belajar.



III. PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Peksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif secara umum sama dengan pelaksanaan kegiaan belajar-mengajar di kelas reguler. Namun demikian. karena di dalam kelas inklusif di samping terdapat anak normal juga terdapat anak luar biasa yang mengalami kelainan/penyimpangan (baik phisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dibanding dengan anak normal, maka dalam kegiatan belajar-mengajar guru yang mengajar di kelas inklusif di samping menerapkan prinsip-prinsip umum juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan anak.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya disesuaikan
dengan model penempatan anak luar biasa yang dipilih. Seperti dijelaskan pada
Mengenal Pendidikan Inklusif, penempatan anak luar biasa di sekolah
inklusif dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut:

1. Kelas reguler (inklusi penuh)
2. Kelas reguler dengan cluster
3. Kelas reguler dengan ull out
4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out
5. Kelas khusus dengan berhagai pengintegrasian
6. Kelas khusus penuh.

Kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif akan berbeda baik dalam srategi, kegiatan media, dan metoda. Beberapa kegiatan belajar mungkin dilakukan berdasarkan literatur-literatur tertentu, sementara yang lainyna belajar yang sama akan lebih efektif apabila melalui observasi dan eksperimen. Beberapa anak memerlukan alat bantu tulis untuk mengingat sesuatu, mungkin yang lainnya cukup dengan hanya mendengarkan. Beberapa sisa mungkin memerlukan kertas dari pensil untuk mengingat suatu hubungan tertentu. sementara beberapa sisa lainnya cukup mengingat dengan hanya melihat saja. Beberapa sisa mungkin lebih senang belajar secara individual, sedangkan yang lainnya lebih senang secara berkelompok, Hilda Taba mengemukakan, bahwa berbedanya kebutuhan individu berbeda pula di dalam teknik belajar dalam upaya mengemhangkan dirinya. Dewasa ini isitilah strategi belajar banyak dipergunakan di dalam teori kognitif dan penelitian. Hal itu berhuhungan dengan strategi individu dalam hal pemusatan perhatian, pemecahan rnasalah. mengingat dan mengawasi proses belajar dan pemecahan masalah.

Hambatan belajar dapat berasal dan kesulitan menentukan strategi belajar dan metoda belajar lainnya sebagai akibat dan faktor-faktor biologis, psikologis, lingkungan, atau gabungan dan beberapa faktor tersebut. Sebagai contoh gangguan sensori seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran, merupakan hambatan dalam memperoleh masukkan informasi dan luar berfungsi minimal otak mungkin akan berakibat yang cukup serius terhadap konsentrasi.

Pelaksanaan kegiatan belajar menjadi model kelas tertentu mungkin berbeda dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada model kelas yang lain. Pada model Kelas Reguler (Inklusi Penuh), bahan belajar antara anak luar biasa dengan anak normal mungkin tidak berbeda secara signifikan namun pada model Kelas Reguler dengan Cluster, bahan belajar antara anak luar biasa dengan anak normal biasanya tidak sama, bahkan antara sesama anak luar biasa pun dapat berbeda. Oleh karena itu, setelah ditetapkan model penempatan anak luar biasa, yang perlu dilakukan berikutnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar pada kelas inklusif antara lain seperti di bawah ini.



A. Merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar

1. Merencanakan Pengelolaan Kelas

1. Menentukan ruang kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Menentukan cara pengorganisasian siswa agar setiap siswa dapat terlihat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya:
- Individual
- Berpasangan
- Kelompok kecil
- Kalsikal

2. Merencanakan Pengorganisasian Bahan

1. Menetapkan bahan utama (pokok) yang akan diajarkan
2. Menentukan bahan pengadaan untuk siswa yang pandai
3. Menentukan hahan remidi uiuuk sisa sang kurang pandat.

3. Merencanakan Pengelolaan Kegitaan Belajar Mengajar

1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Menentukan metode mengajar
3. Menentukan urutan/langkah-langkah mengajar, misalnya:
• Pembukaan/apersepsi
• Kegiatan ini
• Penutup/evaluasi

4. Merencanakan Penggunaan Sumber Belajar

1. Menentukan sumber bahan pelajaran (misalnya Buku Paket, Buku Pelengkap, dan sebagainya)
2. Menentukan sumber belajar (misalnya globe, foto, benda asli, benda tiruan, lingkungan alam, dan sebagainya)

5. Merencanakan Penilaian

1. Menentukan bentuk penilaian (misalnya tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan)
2. Membuat alat penilaian (menuliskan soal-soalnya)
3. Menentukan tindak lanjut.



B. Melasanakan Kegiatan Belajar Mengajar

1. Berkomunikasi dengan Siswa

1. Melakukan apersepsi
2. Menjelaskan tujuan mengajar
3. Menjelaskan isi/materi pelajaran.
4. Mengklarifikasi penjelasan apabila siswa salah mengerti atau belum
paham.
5. Menanggapi respon atau pertanyaan siswa
6. Menutup pe1ajaran (misalnya merangkum, meringkas, menyimpulkan,
dan sebagainya)

2. Mengimplementasaikan Metode, Sumber Belajar, dan Bahan Latihan yang sesuai dengan tujuan Pembelajaran.

1. Menggunakan metode mengajar yang bervariasi (misalnya ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, dan sebagainya)
2. Menggunakan berbagai sumber belajar (misalnya globe, foto, benda asli, benda tiruan, lingkungan alam, dan sebagainya)
3. Memberikan tugas/lauhan dengan memperhatikan perhedaan individual
4. Menggunakan ekspresi lisan dan/atau penjelasan tertulis yang dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang diajarkan.

3. Mendorong Siswa untuk Terlibat Secara Aktif

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlihat secara aktif (misalnya dengan mengajukan pertanyaan, memberi tugas tertentu, mengadakan percohaan berdiskusi secara berpasangan atau dalam kelompok kecil, belajar berkooperatif)
b. Memberi penguatan kepada siswa agar terus terhihat secara aktif
c. Memberikan pengayaan (tugas-tugas tambahan) kepada siswa yang pandai
d. Memberikan latihan-latihan khusus (remidi) bagi siswa yang dianggap memerlukan.

4. Mendemostrasikan Penguasaan Materi Pelajaran dan Relevansinya dalam Kehidupan.

1. Mendemostrasikan Penguasaan materi pelajaran secara meyakinkan (tidak ragu-ragu)
2. Menjelaskan relevansinya materi pe1ajaran yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.

5. Mengelola Waktu, Ruang, Bahan, dan Perlengkapan Pengajaran

1. Menggunakan waktu pengajaran secara efektif sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Mengelola ruang kelas sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.
3. Menggunakan bahan pengajaran (misalnya bahan praktikum) secara etisien
4. Menggunakan pertengkapan pengajaran (misalnya peralatan percohaan) secara efektifdan efisien.

6. Melakukan Evaluasi

1. Melakukan penilaian selama kegiataan belajar-mengajar berlangsung (baik secara lisan, tertulis, maupun pengamatan)
2. Mengadakan tindak lanjut hasil penilaan.


C. Pembina Hubungan Antarpribadi

1. Bersikap Terbuka Toleran, dan Simpati terhadap Siswa

1. Menunjukkan sikap terbuka (misalnya mendengarkan, menerima, dan sebagainya terhadap pendapat sisa
2. Menunjukkan sikap toleran (mau mengerti) terhadap siswa
3. Menunjukkan sikap simpati (misalnya menunjukkan hasrat untuk memherikan bantuan) terhadap permasalahan/kesulitan yang dihadapi siswa
4. Menunukkan sikap sahar (tidak niudah marah dan kasib sayang terhadp siswa.

2. Menampilkan Kegairahan dan Kesungguhan

1. Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
2. Merangsang minat siswa untuk belajar
3. Memberikan kesan kepada siswa bahwa ia menguasai bahan yang diajarkan

3. Mengelola lnteraksi Antarpribadi

1. Memberikan ganjaran (reward) terhadap siswa yang herhasil
2. Memberikan bimbingan khusus terhadap siswa yang belum berhasil
3. Memberikan dorongan agar terjadi interaksi antarsiswa
4. Memberikan dorongan agar terjadi interaksi anatara siswa dengan guru