Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Senin, 12 Desember 2011

BLT_PTPJJ

ANALISIS SASTRA
AKTOR
1. PAIJO: NGEYEL
2. PAIJEM: NGEYEL
3. SOPIR (BANG TOGAR): KERAS
4. KERNET: LEMAH
JUDUL: “BLT_PTPJJ”
*PTPJJ: po tak piker jero-jero
Membuat SKRIP Drama BLT_PTPJJ

SINOPSIS
Pada suatu hari dua orang Jawa yang merantau ke kota Jakarta. Mereka ngopi dan makan snack di angkringan atau yang biasa kita sebut dengan warung hik. Secara singkat ketika mereka sedang asyik bercengkrama mereka mebicarakan masalah BLT yang akan cair. Namun sayangnya apa yang dimaksud BLT saja mereka tidak faham, bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, apakah itu makanan atau benda asing, mereka tiidak tahu sama sekali mengenai BLT itu.
Saking asyiknya mereka ngopi tak terasa bakwan, lumpia dan telo godok yang ada di piring mereka sudah habis. Di samping warung kemudian berhentilah sebuah truk besar pengangkut bahan bangunan dating, “bata, lem, dan tangki air” yang akan diantarkan ke sebuah perusahaan besar di daerah Cilincing. Truk itu tiba-tiba berhenti mendadak karena ban belakangnya kurang angin, sehingga mau tidak mau ban belakang itu harus diganti dengan ban serep.
Si sopir dan si kernet merasa kepayahan membetulkan ban belakang tersebut. Karena amat capeknya dia, si kernet digertak-gertak. Si kernet amatlah sedih, niat membantunya tidak dihargai oleh si Bos sopir.
Karena merasa kasihan pada si kernet, si Paijo dan paijem ingin membatunya. Namun lagi=lagi keputusan untuk membantu inipun harus dengan jalan berdebat, jadi atau tidak jadi. Akhirnya sampai ban truk sudah beres, Paijo dan Paijem pun tiada jua datang meberikan pertolongan.
Dan akhirnya endingnya, si Paijem berteriak keras di telinga Paijo, “PTPJJ, what is it pemirsa?
***

Properti:
Selebaran
Kursi angkringan

Minggu, 11 Desember 2011

SPIRIT OF EDUCATION [SOE]

SPIRIT OF EDUCATION [SOE]

Naskah drama ini direduplikasi dari Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”.

Durasi : 30 menit all (@sesi 3 menit)

Persiapan : 15 menit

Total waktu : 45 menit

Pemeran :

1. Muluk à Idris Trisilo Y

2. Rahma à Fitriana P

3. Boss Copet à Ftriana Darmawan à Zule

4. Pak Haji (Bapaknya Muluk) à Fredy Kurniawan

5. Bu Haji (Ibu nya Rahma) à Inna Sri S

6. Copet Mall à Febri à Badriah

7. Anak buah copet mall à Endah à Siti

8. Anak buah copet mall à Evi à Sita

9. Copet Pasar à Fitriani à Talia

10. Anak buah copet pasar à Fitria à Tania

11. Yang di copet @ Mall à Dwita à Risma

12. Yang di copet @ Pasar à Fareastia à Riska

13. Pedagang n orang lalu lalang @ Pasar

14. Pedagang n orang lalu lalang @ Mall

Narator : Ferawati L

Skenario : Ferawati L

Sutradara : Fredy Kurniawan

Tata Rias : Fitriana D

Property : Endah Erviana

Konsumsi : Inna Sri S

Transportasi : Fredy Kurniawan

Humas :

1) Dwita Widi A

2) Febri Pima W

3) Evi Purnama S

4) Fareastia

5) Fitria N

6) Fitriani

Music Directori :

1) Opening by Shoutul Harokah

2) Indonesia Raya

Catatan Property :

1) CD Kumpulan musik aransemen

2) Kostum ala copet necis, de el el

3) Al Quran, Iqro

4) Asongan

5) Peralatan solat

6) Slide to background

7) Black board de el el

Alokasi Dana :

1) Yang penting hemat beibh^^

TAKE ACTION 1

(Setting jalan raya dan keramaian, tepatnya di sebuah lini jalan slamet riyadi Surakarta yang terkenal sangat padat lalu lintasnya. Disana sini penuh dengan pedagang asongan, pengamen jalanan, dan tak jarang ada pula pencopetnya)

(tampak seorang pemuda yang gagah perkasa, berkulit hitam manis sedang menyusuri jalan Slamet Riyadi, Muluk namanya, lebih tepatnya Muluk, S.Pd. SD. Sodara-sodara. Si Muluk ini nampak sekali pula raut mukanya yang letih, mengingat seharian dia sudah mendatangi beberapa Bimbingan Belajar maupun perusahaan besar yang ada di eks Surakarta, seperti Ganesha Operation, Primagama, Pelita Harapan, Pratama Mulia, LBB LIA, SSD, sampai perusahaan sekelas PT. Air Mancur yang ada di daerah Palur, PT. Indah tex yang berada di ujung kota Ngringo Jaten Karanganyar, serta tak luput PT. SOLOPOS. Harapan dia saat itu adalah dia mendapatkan pekerjaan, seperti apa yang telah orangtuanya harapkan selama ini sebagai tanda balas jasa kelulusannya dari S1 PGSD UNS. Namun sayang untuk hari ini rizki belum berpihak kepadanya. Setelah ia sampai di depan pangkalan bus Kerten, dengan inisiatif nya, kemudian dia mebelokkan kakinya ke almamaternya di Kampus Kleco FKIP UNS. Ditunaikannya sholat dhuha yang entah telah berapa sering ia lakukan rutin semenjak dia duduk di bangku kuliah. Sedikit embun rona keislaman yang ia terima sewaktu masih menjadi maru dulu, ia kembali menerawang 4 tahun silam. Saat ia diperkenalkan dengan dunia AAI (Asistensi agama islam). Tertegun ia melihat kampus yang telah ditinggalkanannya kini telah berubah dahsyat menjadi Istana Pendidikan nagi hati-hati yang merindukan pendidikan Berjaya di negeri ini).

Muluk: “hemm, sungguh jika bukan karena rohmat Mu Ya Robb, tak mungkin hamba seoerti ini. Biarpun hamba belum diterima di CPNS bulan kemarin insya Alloh ini takkan menyurutkan langkah hamba Ya Robb untuk menjadi hamba yang bermanfaat bagi orang di sekitar hamba nantinya.”

Muluk (kembali lelehan airmatanya mengalir): “ya Robbi, berikanlah kemudahan kepada hamba untuk menemukan dimanakah jalan hidup hamba ini Ya Robb, apapun itu yang terpenting itu aadalah yang Tepat dan terbaik menurut Mu Ya Robb”.

(masih sangat lekang dalam ingatannya ketika ia diberikan Anugrah Penghargaan dari Kaprodi sebagai Mahasiswa tercepat kelulusannya, yakni 3 tahun 9 bulan 12 hari. Siapapun pasti akan banggan dengannya, selain dianugerahi mahasiswa yang paling cepat dalam meyelesaikan kuliah S1-nya, ia juga mendapatkan predikat cumlaud dari Dekan FKIP ynag disaksikan langsung oleh Rektor UNS yang berjabat saat itu, yahhh IPK 3,89 sodara-sodara siapa sih yang tidak bangga. Namun sekali lagi dia hanya mampu mengingat sembari tersenyum)

Muluk : “yah, itulah hidupku dulu, saat itu. Namun apa yang bisa aku lihat saat ini sodara-sodara???”, pekiknya dalam hati.(monolog)

Muluk (sendu): “saat ini aku tak bisa mengamalkan ilmuku sewaktu di kampus, aku hanyalah seorang pegangguran. Ditawari CPNS dengan syarat 100juta aku pun tak sanggup membayar, ohh. Andaikan saat itu babeku mau mengorbankan sawahnya untuk kujadikan mahar PNS Golongan III a-ku. Pastilah saat ini aku sudah berdiri gagah di depan murud-muridku, sembari kelemparkan senyumku, inilah aku sang Maestro Pendidikan”, “hahhaaaaa”.(monolog)

Muluk (dengan penuh semangat): “Astaghfirulloh, Ya Robb ampunilah prasangka hamba baru saja, hamba khilaf Ya Robb, hamba sangat YAKIN akan rizki hamba yang tak mungkin tertukar dengan orang lain, begitu pula dengan jodoh hamba, heheh^^”.

***

TAKE ACTION 2

(kemudian ditinggalkannya masjid kesayangannya itu. Dia masih terus berjalan menuju ke arah barat kampus, maksud hatinya dia akan pergi ke Solo Square. Dengan langkah mantap dia pun berjalan ke sana. Namun belum sampai kakinya menginjak pintu masuk mall super berkelas di SOLO itu, ia dikejutkannya dengan kehadiran anak-anak kecil dengan berbaju mentereng. Kaluau dilihat sekilas , mereka tampaklah anak-anak yang sangat rapi dan berduit. Namun, sekali lagi dia tertegun, gerombolan anak itu melakukan aksi yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka. Mereka mencopet sodara-sodara)

(pencopet melakukan aksinya, marilah kita saksikan. Betapa sangat tangkas antara pencopet satu dengan yang lainnya sangat profesional sekali sodara-sodara. Muluk pun mengikuti copet kecil itu. Sungguh sangat aneh jika difikirkan, kenapa pencopet sekecil itu sudah sangat profesionalnya layaknya dia pernah mengikuti pendidikan profesi saja seperti apa yang telah Muluk terima di bangku kuliahnya dulu. Namun kemudian ditepisnya fikiran itu jauh-jauh darinya, yang ada saat ini adalah ia harus bisa menangkap pencopet itu. Tak jauh kemudian akhirnya Muluk telah berhasil menangkap pencopet itu, kemudian terjadilah perbincangan di antara keduanya)

(kedua ibu-ibu ini tengah asyik berbelanja di mall, sambil memilih-milih barang yang akan di belinya, mereka asyik mengobrol mengenai banyak hal, salah satunya mengenai kehidupan rumah tangga mereka)

Riska: eh jeng gimana kabar si bapak atuh?

Risma: baek aja jeng lah gimana kabar suami smapeyan, kemarin jadi sertifikasi S! PGSD nya?

Riska: alhamdulillah dapat kkesempatan jeng, perjuanagna panjang. Sewaktu di karantina bapak banyak keluar duit. Katanya tidur e juga sampai malam-malam juga. Gek kebetulan dosen yang membimbingnya ini perfeksionis banget. Haduh pulang-pulang kurus juga badan bapak. Mana langsung sakit. Namun, alhamdulillah yah jeng , tak lama kemudian pengumuman sertifikasi langsung turun.

Risma: alhamdulillah jeng

(si pencopet pun mengambil dompet yang di bawa Risma, namun Risma tak menyadari hal itu. Muluk yang tak jauh nerdiri dari situ mengetahui hal tersebut dan langsung mengejarnya)

Muluk : “hei pencopet kecil berhenti !!!” (sambil terengah-engah ia merasa kepayahan dalam mengejar pencopet itu. Lunglai juga rupanya dia.

Setelah berhasil menangkapnya, di tariknya dompet yang tadi di pegang oleh si pencopet tadi.

Muluk : “ngapain kamu nyopet?”

Talia: “biarin, lepasin gua,” tariknya dengan paksa.

Talia: “lepasin bang, jangan ikut campur urusan gua”

Muluk “loe tau kagak, perbuatan loe itu kriminil banget, eh kriminal sodara-sodara”(sambil menghadap penonton, ini komedinya)

Talia: “gak urusan bang, lagian kalo gue kagak nyopet, siapa yang ngasih makan gue ama temen-temen hue? Eloe??? Muke elo aja kagak meyakinkan kalo elo punye duit bang, hahah”

Muluk “maksud loe, temen-temen??”

Talia: “yo aye punya temen-temen”

Muluk “bisa elo ajak gue ke tempat elo ama temen-temen elo ngumpul?”

Talia: “ayo aje”

***

(setting menuju perjalanan ke tempat Talia en the genk berkumpul)

Talia: “bang elo tau kaga, udah 4 kali gua ke tangkap, ketangkep keluar nyopet lagi, ketangkep keluar nyopet lagi, geto dah bang seterusnya”

Muluk: “gile loe”

Talia: “ya harus geto bang jadi pencopet, kalo kagak geto kita gak bakal maju”

Talia: “Bang nanti elo gua kenalin ama bos gua, dia yang ngerawat kite-kite”

Talia: “Si Bos ini ya bang ngatur kite-kite”

***

TAKE ACTION 3

(dan sampilah mereka di gedung tua yang sangta tak layak jika dikatakan itu rumah. Sesampai di depan pintu yang juga usang itulah Muluk pun dipertemukan dengan Bos Copet, Zule namanya)

Zule: “siapa itu Tal?” (dengan muka merah padam, amarah)

Talia: “dia orang pintar bos”

(Muluk pun maju selangkah, namun tak urung Bos pencopet itupun mencegahnya)

Zule: “eits, STOP kamu di situ. Siapa dia, Pli?”

Talia: “kan sudah saya bilang Bos, dia orang pintar”, jawab Kipli.

Zule: “ hai orang pintar, apa maumu ke tempat ini?”

saya ingin presentasi Bos, presentasi tentang menejemen dan pendidikan?”

Zule: “hah, presentasi menejemen? Pendidikan? Apa yang akan elo presentasikan?!!! Multilevel marketing? hahahah

“bukan Bos. Presentasi ilmu saya Boss”

Zule: “hemm,,, baiklah tapi jangan lama-lama ya, karena aku masih banyak urusan nich. Masih aada jadwal syuting, juga ngatur anak-anak nih”

Zule: “dia aman Tal?, tanyanya sambil berbisik.

Talia: “aman Boss”

Zule: “Oke, segera saja. Apa perlu aku pinjami laptop dan LCD?”, tawar si Boss.

Muluk: “tidak perlu Boss, ini saja cukup. Jadi gini Boss, kan saya tadi sudah speaking-speaking dengan Kipli masalah anak-anak yang ada di sini, yo sebenere saya mah yo g menyangka, kok bisa anak-anak sekeren dan seyahud Kipli dkk ini melakukan aksi teroris alias pembantaian kantong orang. Nah setelah mereka tadi menjelaskan tujuannya, yo untuk sementara saya bisa maklum.

Lah gimana lagi to Bos, kata bang Trai, “The Power of Kepeet, haghaghag”

Zule: “to the point aja bro, ane not mudeng kata-kata ente yang terlalu njlimet”

Muluk: “ok jadi gini, Boss. Saya mau menawarkan gimana kalau kita kumpulkan uang hasil copetan anak-anak terus kita tabung setelah terlebih dahulu kita potong untuk biaya hidup, baik makan de el el. Setelah itu 10% dari hasil copetan untuk saya, selebihya kita tabung. Gimana?”, tawar Muluk.

Zule: “wah, apa itu tidak diskriminatif yo Bro, tak bisakah bagian ente lebih kecil, 7% gitu. Yo biar aye juga kebagian gethoooo”.

BEBARENGAN: “HUUUUUUUUUUUUUU”(seru pemain lain dari belakang panggung)

Muluk: “okelah kalau begitu Boss, aye sepakat, kapan saya bisa mulai kerja?”

Zule: “hari ini juga”

Muluk: “oke, siapa takut”

***

TAKE ACTION 4

(jadwal pagi hari adalah brefing bersama, aransemen musik yang mengebu en bersemangat)

Zule: oke anak-anak, sebelum kalian berangkat kita rapat dulu, kali ini yang emimpin rapat bang Muluk, kepada bang Muluk kami persilahkan”

Muluk: “jadi begini, nyopet itu butuh manajemen”

Badriah: “behhh, kami g suka di atur-atur bang”

Siti: “iye bang ini kan negara bebas, ngapain kia di atur-atur”

Muluk: “loh kalian ini gimana, saya itu bekeja yang membayar kalian, kalo kalian g mau mendengarkan saya yo kalian yang rugi”

Badriah: “lah abang kerjanya enak, Cuma duduk aja, kita bang kerjanya susah”

Muluk: “nah itu, abang kan mikir kalian”

Tania: “enakan bang Cuma mikir”

Muluk: “coba elo, nama elo siapa?”

Sita: “sita bang”

Muluk: “ya elo sita, elo kudu tau abang mikir gimana kalian tetep aman ketika melakukan aksi”

Sita: “alah gampang itu bang”

Muluk: “coba elo mikir Sita”

(Sita pun menerawang ke atas, dan pingsanlah dia)

Muluk: “nah itu, kalian mikir aja pusing kan”

Zule: “udah-udah langsung cabut aja bag Muluk, kita ketemu nanti sore setelah anak-anak pulang. Copet mall”

Badriah: “siap bang, di pasar kita kaya”

Zule: “copet mall”

Tania: “siap bang, di mall kita berjaya”

(dan berangkatlah anak-anak itu ke peraduan masing masing, dan inilah aksinya pemirsaà “nyopet @ pasar, musik aransemen yang sesuai)

Pedagang (pada sibuk manata banrang dagangan, ada yang menawarkan barang dagangannya, ada yang sibuk rebutan pembeli dan sebagainya, kondisional percakapane!!!)

(Aksi dumila,,,1,,,,2,,,3,,,)

Riska: tolong…..

“kondisi aman dari masa”

***

TAKE ACTION 5

(Sore harinya, mereka berkumpul lagi membahas penghasilan hari ini)

Zule: “copet pasar”, kata si Boss

Siti: “590.000 Bos”

Muluk: “wah pasar banyak juga ya”, kata Muluk

Zule: “copet mall”

“ihh, ini berapa ya, hadeh binging, nih abang itung aja sendiri”, kata Kipli

Muluk (sambil menghitung), “450.000”

“tuh kan bener, 450.000, apa kata gue bilang”

Zule: “iye-iye”

Muluk: “Bos, ini pasar lebih besar yah?”

Zule: “iye bang sejak dulu pasar memang lebih basah”.

Muluk: “maksud basah”

Zule: “ya lebih berduit”

Muluk: “o”, lanjutnya, “lalu ini siapa yang nyatet?”

(semua diam, kemudian si Bos berkata)

Zule: “ya harusnya ada bang, tapi masak saya, cozzz anak-anak kagak bisa baca tulis. Kemarin aja gara-gara anak-anak kagka bisa baca, mereka salah masuk ke Kantor Polisi untuk bersembunyi”

Muluk: “ya, kalau begitu saya sementara yang akan mencatatnya. Besok saya juga yang akan memasukkan uang ini ke Bank XXX”

Zule: “sepakat aja dah ama abang”.

***

TAKE ACTION 6

(aransemen musik Pedesaan)

Rahma: “Bang Muluk, ada yang ingin Rahma bicarakan bang”

Muluk: “ada apa dinda”

Rahma: “begini bang, kemarin Babe bilang sama aye, katanya aye mau dijodohkan dengan Farid, calon anggota DPR bang. Kata babe juga, aye tak usahlah menunggu abang. Karna abang juga tak kunjung-kunjung dapat pekerjaan”

Muluk: “terus tanggapanmua apa dinda”

BERBARENGAN: “CIEEEEEEEEEEEEEEEE” (seru pemain dari belakang)

Rahma: “ya aye pengennya abang segera dapat pekerjaan”

Muluk: “doakan ya dinda”

Rahma: “tentu dong bang, aye selalu tuch ngedoain abang siang malam, bangun tidur, muge-muge abang segera dapat pekerjaan, jadi kan aye kagak perlu tuch bang nikah sama Farid. Tau ndiri kan bang, farid itu kayak pegimane”

Muluk: “iye abang tau dinda”, “justru itu sambungnya sambil menghembuskan nafas (agak lama dikit ya, biar enakan nanti), “abang mau menawarkan ke Dinda nich ceritanya. Abang kan punya Lemsos”

Rahma: “apa bang Lemsos? Lemper sosis?”

Muluk: “bukan dinda, Lemsos itu Lembaga Sosial. Kebetulan abang kerja di sana. Abang di bidang pemberdayaan, nah tugas abang kan berarti kan memberdayakan orang-orang yang ada di bawah naungan Lemsos itu sendiri kan. Nah karna itulah dinda, abang pengen dinda membantu abang dalam memberdayakan mereka”

Rahma: “apa yang bisa dinda bantu untuk abang?

Muluk: “hemm, sebenarnya banyak dinda, kebetulan kan dinda dulu lulusan Pendidikan Agama Islma di salah satu perguruan Tinggi swasta di SOLO kan, nah abang kepengen dinda bantu mengajar anak-anak yang abang ayomi untuk mengenal agama. Yah bisalah kita mulai dari pembelajaran IQRO nya”

Rahma: “hem, bolehlah bang kapan kita mulai?”

Muluk: “ya kalu dinda tak berkeberatan sih sepulang dinda mengajar di SMA Batik, biar waktunya yo longgar begitu dinda

Rahma: “insya Alloh bang, dinda bersedia”

Muluk: “Alhamdulillah yah, dinda sesuatu banget buat abang

BERBARENGAN: “HUUUUUUUUUUUUUUU”, demam balik panggung pun beraksi kembali.

***

TAKE ACTION 7

(Keesokan harinya masih dengan agenda yang sama mereka melakukan aksi breefing di pagi hari sebelum berangkat kerja, namun kali ini ada yang berbeda. Hari ini Muluk sengaja mengumumkan kalau nanti sore mereka harus pulang terlebih dahulu, karena hari ini mereka akan memulai kegiatan sekolah bebas)

Muluk: “oke sebelum kalian berangkat kerja, kali ini abang akan memberikan sedikit pengumuman, kalau nanti kalian pulang kantor haaru lebih cepat dari biasanya. Hari ini kalian akan belajar mengaji dan pengetahuan sekolah”

Siti: “ahh, buat apa sekolah bang, pendidikan kan tidak penting”.

Muluk: “siapa bilang tidak penting?”, lanjutnya, “pendidikan itu penting ya”

Zule: “iya penting, kalian itu tidak bisa baca tulis, makanya bulan kemarin si Badrun nyasar ke kantor polisis. Itu karna kalian tak becus baca tulis. Coba kaalu kalian bisa baca tulis, pastinya kalian tidak akan masuk ke kandang yang salah”, kata si Bos

Zule: “oke langsung cabut saja, copet pasar”

“siap bang, di pasar kita kaya”

Zule: “copet mall”

“siap bang, di mall kita berjaya”

Muluk: “siap semua, jangan lupa berdoa”

(dan semua memulai pekerjaan masing-masing, kali ini kita akan menyaksikan adegan pencopetan di pasar sodara-sodara. Coba kita perhatikan adegan mereka dengan seksama).

Talia: “hoi, ayo lariiiiiii Tania”

(untuk sementara aman sodara-sodara)

***

TAKE ACTION 8

(sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, pada jam yang telah ditentukan, Muluk pun mengajak Rahma ke tempat anak-anak copet itu bernaung. Mereka berjalan menyusuri gang-gang sempit dan pengap,. Setelah lebih kurang setengah jam perjalanan akhirnya sampailah keduanya ke gedung rusak tempat anak-anak itu tinggal)

(mengetahui kedatangan Muluk dan Gadis cantik itu, anak-anak pun lalu mengatur barisan rapi. Sambil terbengong-bengong mereka memandangi Gadis Cantik yang tak lain adalah Rahma)

Muluk: “adik-adik pencopet yang budiman”

Rahma: “hah apa, pencopoet??!???”, (Rahma terbelalak matanya karena kaget)

Muluk: “ya, mereka adalah pencopet”

Rahma: “tapi bang”

Muluk: “hemm, lah kan dinda sendiri to yang kemarin bilang mau membantu abang”

Rahma: “iya sich, tapi kan tidak seperti ini”

Muluk: “ya kalau dinda sudah berikrar seperti itu yo alangkah baiknya dinda menepati nyalah”

Rahma: “hemm, ya sudahlah kalau begitu”, katanya dengan sedikit ketus.

Muluk: “oke adik-adik pencopet yang budiman, hari ini kita akan mulai belajar agama dengan Ustadzah Rahma. Ustadzah Raham inilah yang akan mengajari kalian mengenal agama lebih dalam. Sekarang Rahma ayo perkenalkan diri”

Rahma: “iya saya Rahma, panggil saja us rahma, mulai hari ini saya akan mengajari kalian tentang agama, nah kalau begitu, siapa yang agamanya islam?”

(hening…mereka hanya saling memandangi satu dengan yang lainnya)

(pak Boss datang dan hanya manggut-manggut)

Rahma: “kenapa kalian hanya diam”

Rahma: “kamu, agamanya apa?”, tanya Rahma pada salah satu anak yang ternyata itu adalah Sita.

Rahma: “kamu bisa solat”

Badriah: “tidak mbak”

Rahma: “kamu pernah solat?”

Badriah: “tidak juga mbak”, lanjutnya, “dulu sewaktu aku masih hidup dengan kedua orangtuaku, aku pernah melihat mereka solat, namun tak pernah sedikit pun mereka mengajari aku untuk solat”

Rahma: “oke, siapa namamu?”

Siti: “siti, mbak”

Rahma: “oke siti dan semua adik-adik, sekarang mbak akan mengajari kalian solat, semua sepakat?”

SEMUA ANAK-ANAK: “sepakat”

Rahma: “nahh, kita akan belajar tentang cara berwudhu, ada yang pernah berwudhu sebelumnya?

Semua hanya dian,

Rahma: “hem, okelah kalo kalian belum pernah berwudhu, sekarang mbak tanya, kalian pernah melihat orang berwudhu?”

Tania: “belum mbak, kita g pernah wudhu ataopun melihat orang berwudhu”

Rahma: “hemm, okelah adik-adik langsung aja ya, mbak akan akan perlihatkan kepada kalian bagaimana caranya berwudhu”.

(Rahma mempraktekkan cara berwudhu)

Rahma: “nah sekarang ganti kalian ikuti kak Rahma”

Siti: “susah juga ya kak”

Rahma: “sebenarnya tidak kok, kalau kalian sudah terbiasa, nanti juga akan enak dengan sendirinya. Nah setelah kalian tahu gerakan dari wudhu itu sendiri, sekarang mbak akan ajari niat berwudhu dan doa setelah wudhu”.

(anak-anak pun mengikuti apa yang diajarkan Rahma dengan semangat, sampai tak terasa malam pun tiba dan mau tidak mau Rahma harus mengakhiri pelajaran hari ini)

***

TAKE ACTION 9

(Waktu pun terus berjalan, ketika pencopet-pencopet kecil itu pun sudah bisa solat. Tidak hanya itu mereka juga dibekali dengan ilmu pengetahuan. Mereka diajari bagaimana cara menulis dan sebagainya)

“adik-adik, hari ini kita kan belajar IQRO”

“apa mbak IQRO itu?”

“ini adalah IQRO, cara belajar Al Quran yang paling sederhana”

“mari kita mulai”

***

TAKE ACTION 10

(Perlahan tapi pasti sejak anak-anak banyak belajar tentang arti kehidupan dari Rahma dan Muluk. Keduanya meberikan pengarahan mengenai pentingnya pendidikan dan pentingnya mengenal tuhan lebih dalam. Di sana anak-anak belajar untuk mengerti akan halal haram, hak manusia dan lain sebagainya. Hingga pada suatu hari, telah Muluk putuskan untuk meminta keputusan kepada anak-anak, mengenai langkah yang akan mereka pilih untuk masa depannya yang gemilang dengan mengentaskan diri mereka dari dunia nyoopet)

Muluk: “Adik-adik pencopet yang budiman, hari ini kita tidak akan belajar mengenai agama ataupun ilmu pengetahuan lagi”

Sita: “kenapa bang?”

Muluk: “abang marah ya pada kami?”

Muluk: “tidak, abang tidak marah pada kalian. Namun hari ini abang ingin memberitahukan pada kalian suatu kabar”

Sita: “kabar apa itu bang?”

Siti: “kabar apa sih bang?”

Muluk: “bisa dikatakan kabar baik, namun bisa juga dikatakan kabar buruk”

Badriah: “apa bang, kami pengen tahu, kami ingin tahu bang”, desak anak-anak.

Muluk: “jadi begini, sudah hampir setengah tahun kita bersama, adik-adik juga telah belajara akan banyak hal. Nah sekarang abang minta keputusan adik adik untuk menetukan masa depan kalian.” Di helanya nafas panjangnya, kemudian dilanjutkannya. “saat ini ada tiga kotak asongan, dimana kalian harus memutuskan untuk tetap mencopet ataukah akan memulai hidup kalian yang baru sebagai pedagang asongan”

Talia: “bang, jadi pengasong kan duitnya kecil bang”

Tania: “iya bang, giamana lagi kalo kita ketangkap sama Satpol PP yangs ering beraksi di Jalan Slamet Riyadi ini bang”

Badriah: “iya bang persaingannya kuat juga”

Muluk: “nah, itulah konsekuennya. Kalian akan makan dari tangan haram kalian ataukah kalian mau menerima keadaan dan tetap berusaha untuk memulainya dengan berdagang asongan.”

Tambahnya, “perlu kalian ketahui semuanya, saat ini kalian memjulai dengan berdaagang asongan di depan halte, berkeliling di bangjo. Nanti entah berapa tahun lagi kalian bisa membuka kios kecil, dari kios bisa kalian kembangkan menjadi toko, setelah besar bisa jadi swalayan, super market. Bahkan tidak dipungkiri, bias kalian bikin tuch Solo Square- Solo Square selanjutnya. Siapa yaang tidak ingin sih melihat kalian sukses di masa depan. Tapi ya itu tadi, kalian harus mau berani melangkah memulai kehidupan baru kalian sebagai pedagang asongan, dan tetap tekun belajar.”

Talia: “bang aku pengen memulainya bang”

Tania: “aku pengen jadi pengasong bang”

Sita: “aku juga bang”

Siti: “huh, aku tidak mau, bedebah dengan apa itu Solo Square-Solo Square selanjutnya. Bedebah jadi pengusaha. Aku pengen kaya dengan banyak uang dengan menjadi pengasong”, kata salah satu anak kemudian lari ke belakang panggung.

Badriah: aku juga g mau bang, g peduli, aku lebih enjoy jadi pencopet!!!

***

TAKE ACTION 11

(dalam kondisi seperti ini pak Haji dan bu Haji mulai beraksi. Diikutinya Rahma dari belakang saat akan menuju tempat ia mengajar. Memang ceritanya selama ini keduanya anaknya tidak pernah cerita di mana mereka, sehingga mereka semakin penasaran, apalagi anak-anak mereka itu ketika ditanya hanya tersenyum dan berkata, “ini untuk umat ibu, ini untuk umat ayah”. Dan ketika beliau berdua mengetahui hal ini, rasa pertama yang ada adalah marah, namun saat melihat wajah lugu anak-anak itu, beliau berdua luluh)

Pak Haji: “sungguh, ayah sangat bangga kepadamu Muluk, ayah tak menyangka ternyata pekerjaan mu di bidang pemberdayaan manusia di sini ini jauh lebih mulia”

Bu Haji: “ibu juga bangga padamu Rahma. Terima kasih banyak Muluk, selama ini engkau teah banyak berkorban untuk Rahma, semoga dengan ini babenya rahma berkenan merestui kalian, dan mau membantu mengkoneksikan usaha asongan anak-anak ini ke beberapa temannya yang kebetulan memiliki toko di sekitar Kleco ini”

Muluk: “terima kasih ayah’

Rahma:: “terima kasih bunda”

Muluk: “ayo anak-anak, kenalkan ini abahnya bang Muluk dan enyaknya kak rahma, ayo bersalaman”

End dengan TARIAN

HAPPY ENDING

MYANG BELUM PERCAKAPAN ANTAR YANG DI COPET !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!