PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA STRUKTUR BUMI DAN
MATAHARI PADA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN
KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh: Ferawati L*
ABSTRAK : Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari dengan
menerapkan pembelajaran Kooperatif Group
Investigation pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar tahun
2012. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas berupa pembelajaran Kooperatif Group Investigation; dan variabel terikat berupa hasil belajar.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua
siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Responder penelitian ini adalah siswa kelas
V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar tahun 2012 yang berjumlah 33 siswa, 18 siswa
laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis
data yang digunakan adalah model analisis interaktif (Miles & Huberman)
yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan
hasil belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari pada siswa SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar tahun 2012. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
hasil belajar siswa aspek kognitif yang diiringi dengan aspek afektif dan aspek
psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar aspek kognitif pada prasiklus sebesar
60,18, pada siklus I sebesar 72,97, dan pada siklus II sebesar 86. Prosentase
ketuntasan secara klasikal pada prasiklus sebesar 36,36%, pada siklus I sebesar
75,76%, dan pada siklus II sebesar 100%.
Kata
Kunci: Kooperatif, Group Investigation, Hasil Belajar, IPA
ABSTRACK : The objective of this research is to improve grade V
students’ Science learning achievement of earth and sun structures by applying
cooperative learning Group Investigation in SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar
Year 2012. The research involved two variables, dependent and independent
variables. The independent variable was cooperative learning Group
Investigation; and the dependent one was learning achievement. This research is
a Classroom Action Research (CAR) in two cycles. Each cycle consisted of four
steps namely planning, action, observation and reflection. The respondents were
33 grade V students in SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar year 2012, 18 males and
15 females. The techniques of data collecting were test, interview, observation
and documentation. The validity testing were source triangulation and method
triangulation. The technique of data analysis was interactive model analysis
(Miles & Huberman) which consisted of three components namely data
reduction, data display and drawing conclusion. Based on the result of the
research, it can be concluded that the application of cooperative learning
Group Investigation can improve grade V students’ Science learning achievement
of earth and sun structures by applying cooperative learning Group
Investigation in SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar Year 2012. The improvement
can be proven by the improvement of students’ learning achievement in cognitive
aspect and also affective and psychomotor aspect. The mean scores in cognitive
aspect were 60,18 before action, 72,97 in Cycle I, and 86 in Cycle II. The
percentages of classical passing grade were 36,36% before action, 75,76% in
Cycle I, and 100% in Cycle II.
Key Words: Cooperative, Group Investigation, Learning
Achievement, Science
A.
PENDAHULUAN
Dewasa ini
pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki
agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar sebagai perwujudan pengem-bangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan lebih kepada
proses inkuiri dan berbuat yang membantu siswa memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai alam sekitar. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah
dasar sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry).
Alasan pelaksanaan secara scientific inquiry adalah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta cara berkomunikasi secara
efektif yang saling mendukung sebagai aspek penting dalam pengembangan
kecakapan hidup siswa. Kecakapan hidup siswa dapat dikembangkan dengan
pengembangan pembelajaran IPA. Di sekolah dasar, IPA dikembang-kan secara rinci
melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar IPA di sekolah dasar, merupakan standar minimum keberhasilan
siswa dalam penguasaan suatu kompetensi pembelajaran. Secara umum ruang lingkup
pembelajaran IPA di sekolah dasar meliputi aspek makhluk hidup dan proses
kehidupan, benda/ materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Adapun Standar Kompetensi pembelajaran IPA di kelas V semester II yang berhubungan
dengan ruang lingkup bumi dan alam semesta adalah memahami perubahan yang
terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Standar
Kompetensi ini memiliki Kompetensi Dasar yakni mendiskripsi-kan struktur bumi.
Dalam kompetensi dasar ini memiliki materi pembelajaran yang sangat luas dan
rumit, salahsatunya pada pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari.
Pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari
ini memiliki cakupan materi pembelajaran yang kompleks, sehingga dalam kegiatan
pembelajaran guru harus bekerja keras untuk memadukan antara media
pembelajaran, model pembelajaran serta evaluasi pembelajaran yang sesuai agar
kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Adapun cakupan materi pada
pokok bahasan ini selain mengenai struktur lapisan bumi maupun struktur lapisan
matahari juga mengangkat mengenai analisis di setiap struktur lapisan. Dalam
pembelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari berdasarkan
pengalaman guru biasanya ditemukan kesulitan-kesulitan pada siswa dalam memahami
pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari yang menyebabkan
rendahnya
hasil belajar siswa. Kesulitan-kesulitan yang biasa ditemui antara lain
mengenai terbatasnya sarana prasarana belajar yang berupa sumber belajar,
materi ajar, maupun media pembelajaran yang sesuai. Hal ini sebenarnya bisa
diatasi dengan mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
yang inovatif. Model pembelajaran inovatif menekankan keaktifan siswa. Ketika
siswa aktif dalam proses pembelajaran, maka dapat diharapkan minat siswa tumbuh
terhadap pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari, sehingga hal ini berdampak
positif terhadap tingginya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diharapkan
guru harus menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran
agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, dengan tujuan
menciptakannya iklim pembelajaran yang optimal. Dengan pembelajaran yang
optimal maka harapannya ke depan adalah tingginya hasil belajar siswa baik
dilihat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotornya. Sebenarnya selama
ini dalam pemanfaatan media pembelajaran pada pokok bahasan Struktur Bumi dan
Matahari guru telah menggunakan media pembelajaran berupa media gambar dari
buku pegangan. Selain itu, guru telah memadukan model pembelajaran ceramah
bervariasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari pokok
bahasan Struktur Bumi dan Matahari agar pembelajaran berjalan seoptimal
mungkin. Namun ternyata dukungan media gambar dan model pembelajaran ceramah
bervariasi ini masih kurang mendukung penanaman pengetahuan siswa pada pokok
bahasan Struktur Bumi dan Matahari. Adapun fakta rendahnya hasil belajar ini
dibuktikan dengan Tabel 1.1.:
Tabel
1. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Siswa (Prasiklus)
No
|
Interval
|
Frekuensi (fi)
|
Nilai Tengah
(xi)
|
(fi).(xi)
|
Prosentase
(%)
|
1
|
10-24
|
1
|
17
|
17
|
1%
|
2
|
25-39
|
2
|
32
|
64
|
3%
|
3
|
40-54
|
10
|
47
|
470
|
24%
|
4
|
55-69
|
8
|
62
|
496
|
25%
|
5
|
70-84
|
11
|
77
|
847
|
43%
|
6
|
85-99
|
1
|
92
|
92
|
5%
|
Jumlah
|
33
|
|
1986
|
100%
|
Nilai Rerata Kelas
|
|
KKM = 61
TUNTAS = 12/33 x 100% = 36,36%
BELUM TUNTAS = 21/33 x 100% = 63,64%
|
Dari tabel 1.
mengenai distribusi frekuensi nilai pretest siswa pada mata pelajaran IPA
Struktur Bumi dan Matahari yang diperoleh melalui pretest di atas diketahui
bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya 60,18 dengan KKM sebesar 61.
Dari 33 siswa, hanya 12 siswa (36,36 %) tuntas, dan 21 siswa 63,64 % belum
tuntas. Hal ini merupakan indikasi bahwasannya proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan masih belum optimal. Adapun upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar
IPA Struktur Bumi dan Matahahari adalah dengan menerapkan pembelajaran
Kooperatif Group Investigation dalam proses pembelajaran. Kelebihan pembelajaran Kooperatif Group Investigation antara lain: mampu membangkitkan motivasi belajar siswa melalui pemberian
rangsangan positif dalam proses belajar siswa melalui investigasi kelompok;
mengefektifkan proses pembelajaran melalui investigasi kelompok; menarik minat
siswa serta membantu mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi (fokus)
pada topik pembelajaran yang akan diselidiki; menciptakan pembelajaran yang
menarik dengan memberikan angin segar dan variasi baru bagi pengalaman belajar
siswa; serta mengaktifkan kerja siswa sehingga siswa tidak bosan dan tidak
bersikap apatis terhadap pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation ini peneliti anggap
paling sesuai dengan pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari yang peneliti
angkat dikarenakan pembelajaran Kooperatif Group
Investigation mengajak siswa aktif dalam
menginvestigasi topik pembelajaran yang mereka angkat, sehingga siswa dapat
secara optimal dalam memahami dan memaknai secara tuntas dalam pokok bahasan
Struktur Bumi dan Matahari dengan melibatkan diri dan terjun secara langsung
dalam proses investigasi sehingga memudahkan melekatnya pengetahuan mereka
terhadap suatu disiplin ilmu. Atas dasar itulah kemudian penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
dalam penelitian yang berjudul Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan
Matahari pada Siswa Kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun 2012.
B. PEMBAHASAN
1. KAJIAN
TEORI
a. Hakikat
Hasil Belajar IPA
“Science education is a genuinely inter
disciplinary discipline. Cleary, science is a major reference discipline but
there are competencies in various other disciplines which are also needed”.
Dalam gambar 1.1.
mengenai cabang IPA menjelaskan, bahwa IPA merupakan pusat dari segala cabang
ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan siswa, baik mengenai ilmu alam maupun
ilmu sosial.
Gambar 1. Cabang Ilmu Pengetahuan Alam
dalam “Reference Disciplines for Science”, Reindes Duit (2006)
Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan pusat dari cabang-cabang Ilmu Pengetahuan Alam dan
cabang ilmu yang lainnya seperti halnya Ilmu Sosiologi, Ilmu Antropologi, Ilmu
Bahasa, maupun Ilmu kebudayaan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari
filosofi ilmu alam, sejarah ilmu alam, kompetensi pedagogi, serta kompetensi
psikologi yang berhubungan dengan ilmu jiwa dan otak.
Dari kajian teori di atas mengenai hasil belajar, telah disimpulkan oleh
peneliti bahwasannya hasil belajar merupakan suatu penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya. Hal ini dikarenakan
hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.Adapun jenis (ranah) hasil belajar
dibedakan menjadi tiga macam, yakni ranah konitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif selama ini dikenal lebih mendominasi disbanding-kan dua ranah
yang lainnya, yakni ranah afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan ranah
kognitif terlihat lebih nyata dan lebih menonjol dibandingkan ranah afektif
maupun psikomotor. Namun bukan berarti hasil belajar psikomotor dan afektif
dikesampingkan, melainkan juga harus tetap diperhatikan sebagaimana ranah hasil
belajar yang lain, sehingga diharapkan nantinya siswa akan seimbang dalam
pancapaian penilaian hasil belajar dalam proses pembelajaran di sekolah.
b.
Hakikat
Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation
“Cooperative
learning (CL) is more than having students work in groups: it is a fundamental shift from teacher as information
provider and sole source of truth, to teacher as facilitator. It involves the
use of tasks whose completion requires the combined eforts and skills of the
individual group members,” (Daniel Zingaro: 2008).
Istilah Cooperative learning (CL) atau yang
secara istilah adalah Pembelajaran Kooperatif merupakan salahsatu dari sekian
contoh model pembelajaran yang diterapkan secara kelompok. Hal ini dijadikan
dasar pembelajaran yang mana guru berperan sebatas sebagai salah satu
informator dalam kegiatan belajar mengajar juga sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut. Hal ini bertujuan agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa, agar
mereka mampu mengasah kemampuan dan ketrampilan melalui belajar kelompok.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perolehan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kooperatif, Slavin
(2005: 93) yakni :
Gambar 2. Faktor
yang Mempengaruhi Pembelajaran Kooperatif, Slavin (Contempory Education
Pshycology 21, 43-69)
Faktor-faktor
yang mempenga-ruhi keberhasilan pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada
aspek perilaku, dimana pengaruh perilaku individu maupun kelompok kooperatif
memiliki kecenderungan yang dominan terhadap keberhasilan pembelajaran ini,
antara lain seperti halnya perluasan kognitif, pengajaran oleh teman, model
oleh teman, serta penilaian mutual yang mengarah pada peningkatan pencapaian
keber-hasilan pembelajaran. Dalam penghargaan kelompok pada pembelajaran
kooperatif ber-dasarkan pada kinerja pembelajaran individu yang kemudian dibuat
hipotesa untuk memotivasi siswa dalam melakukan perilaku-perilaku yang positif,
seperti halnya termotivasi ketika temannya berhasil dan sukses dalam
pembelajaran, termotivasi untuk memiliki hasil belajar yang baik, termotivasi
untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat dalam pembelajaran di kelas,
sehingga siswa kemudian menjadi berusaha keras seoptimal mungkin untuk sukses
dalam pembelajaran.
Adapun
tahap-tahap serta komponen-komponen di dalam Group Investigation diutarakan Slavin (2005) pada tabel 1.2. mengenai
tahapan dan komponen pembelajaran Kooperatif Group Investigation sebagai berikut:
Tabel
2. Tahapan dan Komponen Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
Tahap
|
Komponen-komponennya
|
Tahap 1
Mengidentifikasi
topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
|
a.
Para siswa meneliti
berbagai sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.
b.
Para siswa bergabung
dengan kelompoknya untuk mempelajarai topik yang telah mereka pilih.
c.
Komposisi kelompok
didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
d.
Guru membantu dalam
pengumpulan berbagai informasi dan memfasilitasi pengaturan.
|
Tahap 2
Merencanakan tugas
yang akan dipelajari
|
a.
Para siswa merancanakan
bersama mengenai: apa yang kita (siswa) pelajari; bagaimana kita
mempelajarinya; siapa melakukan apa (pembagian tugas); untuk tujuan apa
kepentingan apa kita menginvestigasikan topik ini.
|
Tahap 3
Melaksanakan
investigasi
|
a.
Para siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
b.
Tiap anggota kelompok
berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c.
Para siswa bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
|
Tahap 4
Menyiapkan laporan
akhir
|
a.
Anggota kelompok
menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
b.
Anggota kelompok
merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat
presentasi mereka.
c.
Wakil-wakil kelompok
membentuk lepanitiaan untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.
|
Tahap 5
Mempresentasikan
laporan akhir
|
a.
Presentasi yang dibuat
untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
b.
Bagian presentasi tersebut
harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
c.
Para pendengar tersebut
mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi beradasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
|
Tahap 6
Evaluasi
|
a.
Para siswa saling
memberikan umpan balik mengenai topik, tugas yang dikerjakan, serta
mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka.
b.
Guru dan murid
berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c.
Penilaian atas
pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
|
Sumber: diadaptasi dari
Robert E. Slavin (2005)
Lebih lanjut
tahapan-tahapan dalam pembelajaran Kooperatif Group Investigation yang dikutip dari Sharan (Trianto: 2007) adalah
sebagai berikut:
(1) Memilih
Topik: siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang
biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua
sampai enam anggota tiap kelompok yang berorientasi pada tugas. Komposisi kelompoknya
heterogen secara akademis maupun etnis; (2) Perencanaan Kooperatif: siswa dan
guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten
dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama; (3) Implementasi: siswa
menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan dalam tahap kedua. Kegiatan
pembelajaran hendaknya melibatkan ragam ativitas dan ketrampilan yang luas
hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik
di dalam ataupun luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan; (4) nalisis dan Sintesis: siswa
menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan
merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara
yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas; (5) Presentasi
Hasil Final: beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya
dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang
lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru; serta (6) Evaluasi:
dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang
sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evalusai yang dilakukan dapat berupa penilaian
individual atau kelompok.
Sharan
(Trianto: 2007)
Robert E. Slavin
menjelaskan mengenai Group Investigation
merupakan sebuah proses evaluasi bagi guru dan siswa, keduanya berkolaborasi
dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Salah satu saran yang mungkin dapat
dilakukan siswa adalah evaluasi antarteman. Dalam evaluasi antarteman, siswa
dan guru bekerja sama dalam memformulasikan sebuah ujian, tiap kelompok
menyumbangkan pertanyaan mengenai gagasan yang paling penting untuk
dipresentasikan kepada kelas. Ujian semacam ini terdiri atas semua pertanyaan
dari seluruh kelompok, yang mencakup seluruh topik yang diinvestigasikan oleh
siswa tersebut. Dengan demikian tiap kelompok memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan dan mereka harus mengkoreksi jawaban tersebut. Dengan
cara ini diharapkan kelompok akan menjadi komite ahli yang harus mengevaluasi
pencapaian teman sekelas mereka.
c. Hakikat
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari
Penerapan
pembelajaran Kooperatif Group
Investigation dalam pembelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan
Matahari ditunjukkan:
Tabel
3. Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Struktur Bumi dan Matahari
Tahap
|
Komponen Pelaksanaan
|
Tahap 1
Identifikasi
|
1)
Guru menyelami persiapan
awal kemampuan siswa.
2)
Pembagian materi
pembelajaran menjadi beberapa topik masalah, dengan pembagian kelas sejumlah
33 siswa menjadi 6 kelompok investigasi dengan kriteria pembentukkan
berdasarkan minat siswa terhadap sesuatu.
3)
Adapun topik yang perlu
dibahas dalam pertemuan I siklus I adalah 3 lapisan bumi; (a) kerak bumi, (b)
mantel bumi, dan (c) inti bumi.
|
Tahap 2
Perencanaan
Kooperatif
|
1)
Kelompok siswa sejumlah
enam kelompok investigasi kemudian dibagi topik investigasi yang harus mereka
angkat dalam kelompok investigasinya masing-masing. Misalnya kelompok investigasi
1 dan 4 mendapatkan topik investigasi (a), kelompok investigasi 2 dan 5
mendapatkan topik investigasi (b), serta kelompok investigasi 3 dan 6
mendapatkan topik investigasi (c).
2)
Kelompok investigasi
berkumpul dengan anggota kelompok investigasinya masing-masing, kemudian
melakukan perencanaan.
3)
Anggota investigasi
membagi secara mandiri tugas masing-masing anggota kelompok investigasinya
dalam perencanaan kerja untuk menyelesikan masalah.
|
Tahap 3
Investigasi
|
1)
Siswa melakukan
investigasi terhadap penyelesaian masalah berdasarkan topik investigasi yang
mereka angkat.
2)
Siswa mengumpulkan bahan
dari berbagai sumber, misal buku, internet, maupun dari majalah.
3)
Siswa berdiskusi secara
aktif dalam kelompok investigasinya masing-masing.
|
Tahap 4
Persiapan Laporan
|
1)
Anggota kelompok
investigasi mempersiapkan laporan presentasi.
2)
Wakil kelompok investigasi
membentuk kelompok kecil untuk pembahasan urutan presentasi laporan.
|
Tahap 5
Presentasi
|
1)
Wakil kelompok investigasi
mempresentasikan hasil investigasinya berdasarkan urutan kesepakatan.
Misalnya untuk urutan pertama kelompok investigasi 1, urutan kedua kelompok
investigasi 2, urutan ketiga kelompok investigasi 3, urutan keempat kelompok
investigasi 4, urutan kelima kelompok investigasi 5, serta urutan keenam kelompok
investigasi 6.
2)
Anggota kelompok
investigasi yang tidak mempresentasikan hasil investigasi memperhatikan dan
merencanakan pemberian umpan balik terhadap anggota kelompok investigasi yang
sedang presentasi.
|
Tahap 6
Evaluasi
|
1)
Anggota investigasi
memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi, setiap anggota investigasi
berhak memberikan poin untuk wakil presentasi kelompok lain.
2)
Seluruh anggota
investigasi memberikan masukan atas kegiatan investigasi pertemuan ini, dan
memberikan masukan topik perencanaan pada pertemuan selanjutnya.
3)
Penarikan kesimpulan
pembelajaran pertemuan ini.
4)
Evaluasi akhir secara
mandiri dibimbing oleh guru.
|
2. METODE
PENELITIAN
Bentuk dan
strategi penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau
yang biasa kita kenal dengan PTK. Sesuai dengan namanya penelitian ini memiliki
tiga unsur pokok kegiatan, yakni: kegiatan penelitian, tindakan terapi, serta
panelitian ini dilakukan di dalam kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 2), PTK mengandung isi: “sebuah kegiatan
penelitian yang dilakukan di kelas”. Selanjutnya PTK memiliki 2 prinsip utama
yaitu: 1) kegiatan nyata dalam situasi rutin, dan 2) adanya kesadaran diri
untuk memperbaiki kinerja. Adapun bagan tahapan Penelitian Tindakan Kelas
menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2007:16) seperti gambar 1.3. sebagai berikut:
Gambar
3. Tahapan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk (2007:16))
Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model
interaktif. Cara analisisnya mengikuti pola pemikiran yang kongkrit kualitatif
artinya suatu analisis yang kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan
empirik dan unsur-unsur terkecil dari pendekatan secara mikro ke makro untuk
unit kasus tertentu.
Teknik analisi
model interaktif ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) Data
Reduction (Reduksi Data),
(2) Data Display (Penyajian
Data), (3) Conclution Drawing & Verification (Penarikan Kesimpulan). Hubungan interaksi antara unsur-unsur
kerja analisis tersebut dapat divisualisasikan seperti pada Gambar 1.4.
Gambar 4. Komponen-komponen Analisis
Data Model Interaktif
(Sumber: Miles and Huberman, 2009: 20)
3. HASIL
PENELITIAN
a.
Peningkatan
Hasil Belajar Kognitif Siswa
Tabel
4. Distribusi Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan
Matahari Aspek Kognitif Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No
|
Interval Nilai
|
Prasiklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
|
10-24
|
1
|
1%
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
2
|
25-39
|
2
|
3%
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
3
|
40-54
|
10
|
24%
|
3
|
6%
|
0
|
0%
|
4
|
55-69
|
8
|
25%
|
7
|
18%
|
2
|
4%
|
5
|
70-84
|
11
|
43%
|
19
|
61%
|
10
|
27%
|
6
|
85-100
|
1
|
5%
|
4
|
15%
|
21
|
68%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
33
|
100%
|
33
|
100%
|
Gambar
5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari Aspek
Kognitif Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan
tabel 4. dan gambar 5. di atas terlihat peningkatan hasil belajar kognitif
siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II, yakni siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM (61) mengalami peningkatan. Semula pada prasiklus terlihat
banyak siswa yang memiliki nilai di bawah KKM, kemudian setelah dilaksanakan
tindakan berupa penerapan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation mulai berangsur-angsur nilai kognitif siswa di
bawah KKM berkurang dengan ditandainya meningkatnya nilai kognitif siswa di
atas KKM, yaitu rata-rata kelas sebesar 60,18 pada prasiklus kemudian meningkat
menjadi 72,97 pada siklus I dan meningkat menjadi 86 pada siklus II. Dengan
demikian peneliti mencoba untuk merefleksikan hasil dari penelitian tindakan
kelas yang telah dilaksanakan dan menarik sebuah kesimpulan bahwa dapat
dibuktikan bahwa penerapan pembelajaran Kooperatif Group Investigation pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar pada tahun 2012 dinyatakan berhasil guna meningkakan hasil belajar
IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari. Oleh karena itu dengan
meningkatnya hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPA tersebut, peneliti
merekomendasikan pembelajaran Kooperatif Group
Investigation untuk diterapkan dalam
mata pelajaran serta pokok bahasan yang lainnya.
b.
Peningkatan
Hasil Belajar Afektif Siswa
Tabel
5. Distrinusi Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan
Matahari Aspek Afektif Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No
|
Interval Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
|
10-24
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
2
|
25-39
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
3
|
40-54
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
4
|
55-69
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
5
|
70-84
|
6
|
16%
|
3
|
8%
|
6
|
85-100
|
27
|
84%
|
30
|
92%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
33
|
100%
|
Gambar
6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari Aspek
Afektif Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan
tabel 5. dan gambar 6. di atas terlihat peningkatan hasil belajar afektif siswa
dari pada siklus I, dan siklus II. Adapun
peningkatan nilai afektif siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar
tahun 2012 pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari
yakni dengan penerapan pembelajaran Kooperatif Group Investigation dapat semakin meningkatkan hasil belajar
afektif siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari
pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar tahun 2012. Hal ini
ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang memperoleh nilai diantara 85-100,
dari yang semula hanya 27 siswa kemudian meningkat menjadi 30 siswa. Oleh
karena itu dengan meningkatnya hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPA
tersebut, peneliti merekomendasikan pembelajaran Kooperatif Group Investigation untuk diterapkan
dalam mata pelajaran serta pokok bahasan
yang lainnya.
c.
Peningkatan
Hasil Belajar Psikomotor Siswa
Tabel
6. Distribusi Frekuensi Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan
Matahari Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No
|
Interval Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
1
|
10-24
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
2
|
25-39
|
1
|
1%
|
0
|
0%
|
3
|
40-54
|
2
|
4%
|
0
|
0%
|
4
|
55-69
|
4
|
10%
|
0
|
0%
|
5
|
70-84
|
20
|
62%
|
2
|
6%
|
6
|
85-100
|
6
|
22%
|
31
|
94%
|
Jumlah
|
33
|
100%
|
33
|
100%
|
Gambar
7. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari Aspek
Psikomotor Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan
tabel 6. dan gambar 7. di atas terlihat peningkatan hasil belajar psikomotor
siswa dari pada siklus I dan siklus II. Adapun
peningkatan hasil belajar psikomotor siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar tahun 2012 pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan
Matahari yakni dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dapat semakin
meningkatkan hasil belajar psikomotor siswa pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan Struktur Bumi dan Matahari pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar tahun 2012. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang
memperoleh nilai diantara 85-100 yang semula hanya 6 siswa kemudian meningkat
menjadi 31 siswa dengan diiringi penurunan hasil belajar psikomotor siswa pada
hasil belajar psikomotor yang berkisar diantara 10-24, 25-39, 40-54, 55-69, dan
70-84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
Kooperatif Group Investigation dalam
mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari dapat meningkatkan
hasil belajar aspek psikomotor pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar tahun 2012. Oleh karena itu dengan meningkatnya hasil belajar
psikomotor pada mata pelajaran IPA tersebut, merekomendasikan pembelajaran
Kooperatif Group Investigation untuk
diterapkan dalam mata pelajaran serta
pokok bahasan yang lainnya.
d.
Peningkatan
Aspek Kinerja Guru
Tabel
7. Distribusi Frekuensi Aspek Kinerja guru Siklus I dan Siklus II
No
|
Interval
|
Siklus I
|
Sikus II
|
Frekuensi (fi)
|
Prosentase (%)
|
Frekuensi (fi)
|
Prosentase (%)
|
1
|
Skors 1
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
2
|
Skors 2
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
3
|
Skors 3
|
16
|
67%
|
6
|
25%
|
4
|
Skors 4
|
8
|
33%
|
18
|
75%
|
Jumlah
|
24
|
100%
|
24
|
100%
|
Gambar 8. Grafik Peningkatan Aspek
Kinerja guru Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 7. dan gambar 8.
di atas terlihat peningkatan aspek kinerja guru dalam penerapan model
pembelajaran Kooperatif Group
Investigation dari pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan, dimana
pada siklus I skors 3 sebanyak 16 kemudian turun menjadi 6 buah pada siklus II.
Hal ini diiringi dengan peningkatan skors 4 yang pada siklus I berjumlah 8 buah
saja kemudian meningkat menjadi 18 buah pada siklus II. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwasannya aspek kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran
Kooperatif Group Investigation juga meningkat secara signifikan.
Dari berbagai
analisa data yang kemudain disajikan dalam bentuk tabel dan gambar di atas
mengenai hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor, maupun
aspek kinerja guru dalam pelaksanaan tindakan kelas selama dua siklus yang
dilaksanakan dalam empat kali pertemuan, dapat peneliti tarik kesimpulan besar
bahwasannya dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari pada siswa kelas V
SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun 2012.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dari Penelitian Tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar
tahun 2012 pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan Matahari
dapat ditarik sebuah kesimpulan besar. Adapun kesimpulannya adalah penerapan
model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation dalam mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur Bumi dan
Matahari dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten
Karanganyar tahun 2012. Peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan Struktur
Bumi dan Matahari ini baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Saat prasiklus, rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa 60,18; saat siklus
I nilai rata-rata kognitif siswa 72,97; dan saat siklus II nilai rata-rata
kognitif siswa meningkat menjadi 86. Hal ini juga didukung dengan peningkatan
pada hasil belajar aspek afektif dan psikomotor, dimana pada aspek afektif saat
siklus I memiliki nilai rata-rata sebesar
89,70; dan siklus II memiliki nilai rata-rata sebesar 91,1; serta nilai
rata-rata aspek psikomotor siklus I sebesar 74,81; dan siklus II nilai
rata-ratanya sebesar 91,56.
Dengan demikian
baik secara klasikal maupun individu hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA pokok bahasan Struktur bumi dan Matahari telah mencapai ketuntasan belajar
yang ditargetkan pada indikator kinerja saat awal penelitian sebesar 78 dengan
prosentase 80%, dengan relita hasil akhir pada siklus II aspek kognitif
memiliki hasil belajar melebihi indikator kinerja, dengan nilai rata-rata
(terutama aspek kognitifnya) sebesar 86 dengan prosentase ketuntasan klasikal
100%.
D. DAFTAR
PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Teknologi
Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Anisa Devi, Tya. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation(GI) untuk
Meningkatkan Pemahaman Gaya Magnet pada Pembelajaran IPA bagi Siswa Kelas V SDN
2 Wanaraja Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/ 2011. Surakarta: UNS.
A
Pribadi, Benny. 2009. Model Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Yrama Widya.
Azka,
Fullu. 2005. Keefektifan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Phythagoras pada Siswa Kelas II Semester I SMPN 10 Semarang Tahun
Pelajaran 2004/ 2005. Semarang: Unnes.
Azmiyati,
Choiril. 2008. IPA Salingtemas untuk
Kelas V SD/ MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian
Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana.
____________.
2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Chumdari dan Sutijan. 2007. Bahan Ajar Pengembangan Kurikulum. Surakarta: FKIP UNS.
Daniel
Zingaro. 2008. Group Investigation:
Theory and Practice. Toronto, Ontrai: Ontario Institute for Studies in
Education.
Daryanto.
2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif
dan Inovatif. Jakarta: AV. Publiser.
________. 2011. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Departemen
Agama RI. 2008. Al Qur’an dan Terjemahnya.
Jakarta: Cahaya Qur’an.
Dwijiastuti. 2008. Inovasi
Pembelajaran SD. Surakarta: FKIP UNS.
Ennan Amti dan Maarjohan. 1993. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas.
Ernawati. 2011. Peningkatan
Prestasi Belajar IPA Materi Tatasurya melalui Metode Group Investigasi (GI)
berbantuan Teknologi Informasi (TI) pada Siswa kelas VI SD Negeri Bangunreja 02
Tahun Pelajaran 22010/ 2011. Surakarta: UNS.
Etin
Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperatve
Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunawan, Ari W. 2003. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelearated
learning. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hobri dan Susanto. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 7
No.2 2006. Penerapan Pendekatan
Cooperative Learning Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa Kelas III SLTPN 8 Jember tentang Volume Tabung.
I Wayan Santyasa. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif yang disampaikan dalam Pelatihan tentang PTK bagi Guru-Guru SMP dan
SMA di Nusa Penida. Universitas Penida: Pendidikan Fisika FPMIPA.
____________. 2003. Keefektifan Model-model
Rekonstruksi Kognitif dan teknik-teknik Kooperatif, Murder, dan STAD dalam
Pembelajaran Fisika SMA . IKIP Negeri Singaraja: Pendidikan Fisika FPMIPA.
Iskandar.
2009. Psikologi pendidikan (Sebuah
Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.
_______.
2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Jacobs, et.al. 1997. “Cooperative Learning in The
Thinking Classroom: Research and The Theoretical Perspectives”. Presented at
The International Conference on Tthinking Singapore. June 1997.
Janice
Van Cleave’s. 2004. Teaching the fun of
Science. Bandung: PT. Intan sejati.
Lise Chamisijatin, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas.
Miles
dan Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI).
Mohammad Syaifuddin, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Muhammad
Ali Rahmansyah dan Lamijan Hadi Susarno. 2008. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Produktif Multimedia Siswa Kelas X Smkn 1 Cerme Gresik. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya. (diunduh 24 01 2012 5.53)
Mulyati Arifin. 2009. Ilmu pengetahuan Alam 5 untuk Kelas V SD/ MI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyana, Redja. 1998. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Radja Grafindo Press.
Priyono, Amin. 2009. Ilmu pengetahuan Alam 5 untuk SD/ MI Kelas V. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Prof.
Dr. Hamzah Upu. 2010. Model-Model
Pembelajaran Inovatif yang disajikan dalam Workshop Model Pembelajaran Inovatif
pada tanggal 18 September 2010 di Aula Lantai 3 Kampus 1 UNCP, Palopo.
Prof.
Dr. Rochiati Wiriaatmadja. 2008. Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Poerwanti, Endang. 2008. Aasesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas RI.
Purwanto. 2011. Evaluasi
Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Cetakan ke-3.
Reinders Duit. 2001. “Science Education research
Internationally: Conceptions, Research Methods, Domains of Research”. Eurasia Journal of Mathematis, Science,
& Technology Education. Volume 3. No.1. pp.3-15.
Richard M. Felder. “Effective Strategies for
Cooperative Learning”. Journal
Cooperative & Collaboration in College Teaching. Vol.10, No.2,
pp.69-75.
Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima.
Samatowa,
Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar. Jakarta: PT. Indeks.
Sudjana, Nana. 2010. Model-model mengajar CBSA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Sulistyanto,
Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 5.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
S.Rosittawaty.
2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan
Alam V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sharan
and Hertz Lazarowitz. 1980. Group
Investigation. Jurnal.
Sibylle
Reinfried. 2009. “Motivation Tto Learn Science and Cognitive Style”. Contempory Science education Research:
Learning and Assesment. Leraning Science, ppart 1, pp. 135-144.
Sholikhah, Miftakhush. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif TTW (Think-Talk-Write) dengan
Menyertakan Hand Out terhadap Hasil Belqjar Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII A Semester genap SMP Muhammadiyah 2 Surakarta.
Surakarta: UMS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cetakan Ke-5.
Slavin. Robert. 2005. Cooperative Learning: theory,
Research, and Practise. Bandung:
Penerbit Nusa Media.
__________
. 1996. “Research on Cooperative Learning and
Achievement: what We Know, what we Need to Know. Research for The Future.
Co.ntempory Educational Psychology. No 21. Pp.43-69
Soli Abinanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Strijbos and Martens. 2001. “Group based Learning:
Dynamic Interaction in Groups”. Education University of The natherlands. Volume
March. Pp. 22-24.
Sugiyanto. 2009. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP
UNS Surakarta.
Suharsimi
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian tindakan
Kelas (PTK). Jakarta: bumi Aksara.
_______ . 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukardjo. 2005. Ilmu
Kealamiahan Dasar. Surakarta: UNS Press.
Sulistyowati. 2009. Ilmu pengetahuan Alam 5 untuk Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Suwandi,
Sarwiji. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Surakarta: Mata Padi Presindo.
Suwarto, St. Y. Slamet. 2007. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surakarta: UNS Press.
Syamsuru Hasan, dkk. 2011. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan
Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Perawatan dan Perbaikan Sistem Refrigasi”. Invotec. Volume VII. No.2.pp.189-198.
Tim Pengampu SBM. 2007. Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.
Tim Rizky Grafis. 2008. Ensiklopedia Anak Jelajah Sains Seri Bumi dan Kehidupan. Jakarta:
Rizky Grafis.
Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
_______.
2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep,
Strategi, dan Implikasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Tri Wahyuni, Anita. 2011. Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Konsep gerak melaui Metode
Eksperimen pada Siswa Kelas III SDN 03 Kalijarak kecamatan tasikmadu kabupaten
karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. Surakarta: UNS.
Winarti, Wiwik. 2009. Ilmu pengetahuan Alam 5 untuk SD/ MI Kelas V. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Yael
Sharan and Shlomo Sharan. 1989. Group
Investigation Expands Cooperative Learning. Association for Supervision and
Curriculum Development.
Yohanes Suryo. 2011. IPA Asyik, Mudah, dan Menyenangkan 5B. tangerang: PT Kendel.
Yasmon, et.al. 2010. “The Effects of Two Cooperatuve
Learning Strategies on The Teaching and Learning of The Topics of Chemical”. Journal of Turkish Science Education. Volume
7, No. 2, pp. 52-65.
Yusniyah. 2008. Hubungan
Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa MTS Al-Falah. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.