Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Senin, 29 Maret 2010

Lupa

Ketika kata berpisah adalah keputusan, semoga ini yang terbaik, maafkan-

Sabtu, 27 Maret 2010

Semangat Akhir Maret. . .

Motivasi itulah yang kuperoleh darinya, kemantapan hati dengan meluruskan niat tuk terus melangkah bahwa kekuatan adalah ditangan kita atas izin NYA pula kita pasti bisa. . .Sosok yang teduh yang memang bukan pertama kalinya aku menemukannya, namun motivasi itu menjadikanku terinspirasi, bagaimanapun juga Alloh SWT telah membeli jiwa,harta kita. . .namun tiada keridhoan pula kalau kita tak bisa mencintai keluarga kita, kita takkan mendapatkan cinta NYA pula. . .
wallohu'alam bishowab. . .

Minggu, 21 Maret 2010

Bidadari Syurga,Ainul mardiyah

Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111, yang artinya sebagai berikut :

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan sorga untuk mereka"


Selesai ayat itu dibaca, seorang anak muda yang berusia 15 tahun atau lebih bangkit dari tempat duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal. Ia berkata:"Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?" "Ya, benar, anak muda" kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:"Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan sorga."

Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak. Sampai tiba waktu pemberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur.

Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:"Hai, aku ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . ." Kami menduga dia mulai ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah itu. Ia menjawab: "Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata: "Pergilah kepada Ainul Mardiyah." Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku , mereka bergembira seraya berkata: "Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . ."

"Assalamu’alaikum" kataku bersalam kepada mereka. "Adakah di antara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?" Mereka menjawab salamku dan berkata: "Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu" Beberapa kali aku sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik, tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku meneruskan langkah.

Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: "Hai Ainul Mardhiyah, ini suamimu datang . ..."

Ketika aku dipersilahkan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia berkata: "Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu." Anak muda melanjutkan kisah mimpinya: "Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama".

Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia. ( Irsyadul Ibad ).

Perjalanan

Perjalanan


Saudariku tampak pucat dan kurus. Namun sebagaimana kebiasaannya, ia tetap membaca Al-Qur' an...

Jika Engkau mencarinya, pasti akan mendapatinya di tempat shalatnya, sedang rukuk, sujud dan mengangkat kedua tangannya ke atas langit... Demikianlah setiap pagi dan petang, juga di tengah malam buta, tak pernah berhenti dan tak pernah merasa bosan.

Sementara aku amat gemar membaca majalah-majalah seni dan buku-buku yang berisi cerita-cerita. Saya juga biasa menonton video, sampai aku dikenal sebagai orang yang keranjingan nonton.

Orang yang banyak melakukan satu hal, pasti akan ditandai dengan perbuatan itu. Aku tidak menjalankan kewajibanku dengan sempurna. Aku juga bukan orang yang melakukan shalat dengan rutin.

Setelah aku mematikan Video Player, setelah selama tiga jam aku menonton berbagai macam film berturut-turut, terdengarlah adzan dari masjid sebelah.

Akupun kembali ke pembaringanku. Wanita itu memanggilku dari arah mushallanya. "Apa yang engkau inginkan wahai Nurah?" Tanyaku. Dengan suara tajam saudariku itu berkata kepadaku: "Janganlah engkau tidur sebelum engkau menunaikan shalat Shubuh!" "Ah, masih tersisa satu jam lagi, yang engkau dengar tadi itu baru adzan pertama ... "

Dengan suaranya yang penuh kasih -demikianlah sikapnya selalu sebelum terserang penyakit parah dan jatuh terbaring di atas kasurnya- saudariku itu kembali memanggil: "Mari sini Hanna, duduklah di sisiku." Sungguh aku sama sekali tidak dapat menolak permintaannya, yang menunjukkan karakter asli dan kejujurannya ... Tidak diragukan lagi, dengan pasrah, kupenuhi panggilannya.

"Apa yang engkau inginkan?" Tanyaku. "Duduklah." Ujarnya, Akupun duduk. "Apa gerangan yang akan engkau utarakan?" Dengan suara renyah dan merdu, ia berkata:
"Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah: Ali Imran ayat 85, (yang artinya):
"Masing-masing jiwa akan mati. Sesungguhnya kalian hanya akan dipenuhi ganjaran kalian di hari Kiamat nanti ... "
Dia diam sesaat. Kemudian ia bertanya kepadaku: "Apakah engkau percaya pada kematian?" "Tentu saja aku percaya." Jawabku. "Apakah engkau percaya bahwa engkau akan dihisab terhadap perbuatan dosa besar maupun kecil...?" "Benar. Tetapi Allah itu Maha Pengampun, dan umur itu juga panjang.." Jawabku.
"Hai saudariku! Tidakkah engkau takut akan mati mendadak? Lihatlah si Hindun yang lebih kecil darimu. la tewas dalam kecelakaan mobil. Juga si Fulanah dan si Fulanah." Ujarnya. "Kematian tidak mengenal umur, dan tidak dapat diukur dengan umur.." Ujarnya lagi.

Dengan suara ngeri aku menjawab ucapannya di tengah ruang mushallanya yang gelap: "Sesungguhnya aku takut dengan kegelapan, sekarang engkau malah menakut-nakutiku dengan kematian, bagaimana sekarang aku bisa tidur? Aku kira sebelumnya, engkau bersedia untuk bepergian bersamaku dalam liburan ini."
Tiba-tiba suaranya terisak dan hatikupun terenyuh: "Kemungkinan, pada tahun ini aku akan bepergian jauh, ke negeri lain... Kemungkinan wahai Hanna... Umur itu di tangan Allah... Dan meledaklah tangisnya.

Aku merenung ketika ia terserang penyakit ganas. Para dokter secara berbisik memberitahukan kepada ayahku bahwa penyakitnya itu tidak akan membuatnya bertahan hidup lama. Tetapi siapa gerangan yang memberitahukan hal itu kepadanya? Atau ia memang sudah menanti-nantikan kejadian ini?
"Apa yang sedang engkau fikirkan?" Terdengar suaranya, kali ini begitu keras. "Apakah engkau meyakini bahwa aku menyatakan hal itu karena aku sedang sakit? Tidak sama sekali. Bahkan mungkin umurku bisa lebih panjang dari orang-orang yang sehat. Dan engkau sampai kapan masih bisa hidup? Mungkin dua puluh tahun lagi. Mungkin juga empat puluh tahun lagi. Kemudian apa yang terjadi?" Tangannya tampak bersinar di tengah kegelapan, dan dihentakkan dengan keras.

Tak ada perbedaan antara kita semua. Masing-masing kita pasti akan pergi meninggalkan dunia ini; menuju Surga atau Neraka... Tidakkah engkau menyimak firman Allah dalam Al-Qur’an Surah: Ali Imran ayat: 185, yang artinya:
"Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia lelah beruntung?"
Semoga Pagi ini engkau baik-baik saja ...
Dengan bergegas aku berjalan meninggalkannya, sementara suaranya mengetuk telingaku: "Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu. Jangan lupa shalat."
Jam delapan pagi, aku mendengar ketukan pintu. Ini bukan waktu kebiasaanku untuk bangun. Terdengar suara tangis dan hiruk pikuk... Apa yang terjadi?
Kondisi Nurah semakin parah. Ayahku segera membawanya ke rumah sakit. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi raaji'un.
Tidak ada tamasya pada tahun ini. Sudah ditakdirkan aku untuk tinggal di rumah saja tahun ini. Pada jam satu waktu Zhuhur, ayahku menelepon dari rumah sakit: "Kalian bisa menjenguknya sekarang, ayo lekas!"
Ibuku memberitahukan, bahwa ucapan ayahku terdengar gelisah dan suaranya juga terdengar berubah ... Jubah panjangku kini sudah berada di tanganku ..

Mana sopirnya? Kamipun naik mobil dengan tergesa-gesa. Mana jalan yang biasa kulalui bersama sopirku untuk bertamasya yang biasanya terasa pendek? Kenapa sekarang terasa jauh sekali... , jauuuh sekali?! Mana lagi keramaian yang menyenangkan diriku agar aku bisa menengok ke kiri dan ke kanan? Kenapa sekarang terasa menyebalkan dan menyusahkan?

Ibuku berada di sampingku sedang mendoakan saudariku tersebut. Ia adalah wanita yang shalihah dan taat. Aku tidak pernah melihatnya menyia-nyiakan waktu sedikitpun...

Kami masuk melewati pintu luar rumah sakit... Terdengar suara orang sakit mengaduh. Ada lagi orang yang tertimpa musibah kecelakaan mobil. Ada pula orang yang kedua matanya bolong... Tak diketahui lagi, apakah ia masih penjuduk dunia, atau penduduk akhirat? Sungguh pemandangan yang mengherankan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya...

Kami menaiki tangga dengan cepat... Ternyata dia berada di dalam kamar gawat darurat. Saya akan mengantar kalian kepadanya... Perawat meneruskan perkataannya bahwa ia seorang putri yang baik sekali, dan dia menenangkan Ibuku: "Sesungguhnya dia dalam keadaan baik setelah tadi mengalami pingsan... ".

"Dilarang masuk lebih dari satu orang", demikian tertulis. "Ini kamar gawat darurat."
Melalui sela-sela beberapa orang dokter dan melalui celah•celah jendela kecil yang terdapat di kamar tersebut, aku melihat dengan kedua mata kepalaku sendiri saudariku Nurah sedang memandang ke arahku, sementara ibu berdiri di sampingnya... Setelah dua menit kemudian, ibuku keluar tanpa bisa menahan air matanya..

Mereka mengizinkanku masuk dan memberi salam kepadanya, dengan syarat, tidak boleh banyak berbicara kepadanya. "Dua menit, sudah cukup untuk saudari."

"Bagaimana kabarmu wahai Nurah?" tanyaku. Kemarin sore engkau baik-baik saja, apa yang terjadi pada dirimu?! Dia menjawabku setelah terlebih dahulu menekan tanganku. "Alhamdulilllah, aku sekarang baik-baik saja... " Ujarnya lagi. "Alhamdulillah... tetapi tanganmu dingin?" Tanyaku..

Aku duduk di sisi pembaringannya sambil mengelus-elus betisnya. Namun ia menyingkirkan betisnya dariku... "Maaf, kalau aku mengganggumu... Oh tidak, aku hanya sedang memikirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, surah: Al-Qiyaamah: 29-30, yang artinya:
"Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau.."

Hendaknya engkau mendoakanku wahai saudariku Hanna, bisa jadi sebentar lagi aku akan menghadapi permulaan alam Akhirat... Perjalananku akan panjang, sementara bekalku amat sedikit...

Air mataku kontan berderai dari kedua belah mataku begitu aku mendengar ucapannya. Aku menangis, tidak lagi sadar di mana aku berada. Kedua mataku terus mengalirkan air mata karena tangisan, sehingga ayahku justru lebih mengkhawatirkan kondisiku daripada Nurah sendiri. Mereka sama sekali tidak terbiasa mendengar tangisan ini dan mengurung diri di kamarku..

Seiring tenggelamnya matahari, di hari yang penuh kedukaan... Muncullah keheningan panjang di rumah kami... Tiba-tiba masuklah saudari sepupu dari pihak ibuku dan saudari sepupu dari pihak ayahku.

Kejadian-kejadian yang sangat cepat... Orang-orang banyak berdatangan. Suara-suara ributpun terdengar bersahutan. Hanya satu yang aku ketahui: Nurah telah meninggal dunia.
Aku tidak dapat lagi membedakan siapa yang datang. Aku juga tidak mengetahui lagi apa yang mereka ucapkan....

Ya Allah. Di mana aku, dan apa yang sedang terjadi? Menangis pun, aku sudah tidak sanggup lagi.
Setelah itu mereka memberitahuku bahwa ayahku menarik tanganku untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudariku, untuk terakhir kalinya. Aku juga sempat menciumnya. Aku hanya ingat satu hal: ketika aku melihatnya ditutupkan, di atas pembaringan maut. Aku ingat akan kata-katanya (yang artinya): "Ketika betis-betis bertautan," akupun mengerti, bahwa: "semuanya tergiring menuju Rabbmu.."

Aku tidak ingat lagi bahwa aku pernah mengunjungi mushallanya, kecuali pada malam itu saja... Yakni ketika aku teringat, siapa yang menjadi pasanganku di rahim ibuku. Karena kami adalah dua anak kembar. Aku ingat, siapa yang selalu menemaniku dalam kedukaan. Aku ingat, siapa yang selalu menghilangkan kegundahanku. Siapa pula yang mendoakan diriku untuk mendapatkan petunjuk? Siapa pula yang berlinang air matanya sepanjang malam, ketika ia mengajakku berbicara tentang kematian, dan tentang hari hisab. Allah-lah yang menjadi tempat memohon pertolongan.

Inilah hari pertamanya di alam kubur. Ya Allah, berikanlah rahmat kepadanya di dalam kuburnya. Ya Allah berilah dia cahaya di dalam kuburnya.

Ini dia mushaf Al-Qur'annya, dan ini sajadahnya. Ini, ini dan ini lagi. Bahkan ini, ini adalah rok merahnya yang pernah dia nyatakan: akan kusimpan, untuk hari pernikahanku nanti!!
Aku juga ingat, dan akupun menangisi hari-hari yang telah berlalu itu. Aku terus saja menangis dan menangis berkepanjangan. Aku berdoa kepada Allah, agar memberi rahmatNya kepadaku, memberi taubat dan mengampuni diriku. Aku juga berdoa semoga saudariku itu mendapatkan keteguhan dalam kuburnya, sebagaimana juga yang sering menjadi doanya.

Secara tiba-tiba, aku bertanya kepada diriku sendiri: Bagaimana bila yang meninggal dunia adalah diriku? Kemana kira-kira tempat kembaliku? Aku tidak mampu mencari jawaban karena besarnya rasa takut yang mencekam diriku. Meledaklah tangisku dengan keras...

Allahu Akbar, Allahu Akbar. Adzan Shubuh pun berkumandang. Namun betapa merdunya terdengar kali ini.
Aku merasakan ketenangan dan ketentraman. Akupun mengulangi apa yang diucapkan oleh sang muadzin. Aku melipat selimutku dan berdiri tegak untuk melaksanakan shalat Shubuh. Aku shalat, bagaikan orang yang melakukannya untuk terakhir kali, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh saudariku dahulu. Dan ternyata, itu memang shalatnya yang terakhir.

Bila datang waktu sore, aku tidak lagi menunggu waktu pagi. Dan bila datang waktu pagi, aku tidak lagi menunggu waktu sore...


Sumber: Az-Zaman Al-Qaadim

Siapa Saja Mahram Itu?

Ada beberapa pertanyaan yang masuk seputar permasalahan muhrim, demikian para penanya menyebutnya, padahal yang mereka maksud adalah mahram. Perlu diluruskan bahwa muhrim dalam bahasa Arab adalah muhrimun, mimnya di-dhammah yang maknanya adalah orang yang berihram dalam pelaksanaan ibadah haji sebelum tahallul. Sedangkan mahram bahasa Arabnya adalah mahramun, mimnya di-fathah.
Mahram ini berasal dari kalangan wanita, yaitu orang-orang yang haram dinikahi oleh seorang lelaki selamanya (tanpa batas). (Di sisi lain lelaki ini) boleh melakukan safar (perjalanan) bersamanya, boleh berboncengan dengannya, boleh melihat wajahnya, tangannya, boleh berjabat tangan dengannya dan seterusnya dari hukum-hukum mahram.

Mahram sendiri terbagi menjadi tiga kelompok, yakni mahram karena nasab (keturunan), mahram karena penyusuan, dan mahram mushaharah (kekeluargaan kerena pernikahan).

Kelompok pertama, yakni mahram karena keturunan, ada tujuh golongan:
1. Ibu, nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki maupun wanita
2. Anak perempuan (putri), cucu perempuan dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita
3. Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu
4. Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu
5. Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu
6. Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita
7. Putri saudara laki-laki sekandung, seayah atau seibu (keponakan), cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita
Mereka inilah yang dimaksudkan Allah subhanahu wa ta’ala:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاَتُكُمْ وَبَنَاتُ اْلأَخِ وَبَنَاتُ اْلأُخْتِ

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan…” (An-Nisa: 23)

Kelompok kedua, juga berjumlah tujuh golongan, sama dengan mahram yang telah disebutkan pada nasab, hanya saja di sini sebabnya adalah penyusuan. Dua di antaranya telah disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala:

وَأُمَّهَاتُكُمُ الاَّتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ

“Dan (diharamkan atas kalian) ibu-ibu kalian yang telah menyusukan kalian dan saudara-saudara perempuan kalian dari penyusuan.” (An-Nisa 23)

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang wanita yang menyusui seorang anak menjadi mahram bagi anak susuannya, padahal air susu itu bukan miliknya melainkan milik suami yang telah menggaulinya sehingga memproduksi air susu. Ini menunjukkan secara tanbih bahwa suaminya menjadi mahram bagi anak susuan tersebut . Kemudian penyebutan saudara susuan secara mutlak, berarti termasuk anak kandung dari ibu susu, anak kandung dari ayah susu, serta dua anak yang disusui oleh wanita yang sama. Maka ayat ini dan hadits yang marfu’:

يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ

“Apa yang haram karena nasab maka itupun haram karena punyusuan.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Abbas),

keduanya menunjukkan tersebarnya hubungan mahram dari pihak ibu dan ayah susu sebagaimana tersebarnya pada kerabat (nasab). Maka ibu dari ibu dan bapak (orang tua) susu misalnya, adalah mahram sebagai nenek karena susuan dan seterusnya ke atas sebagaimana pada nasab. Anak dari orang tua susu adalah mahram sebagai saudara karena susuan, kemudian cucu dari orang tua susu adalah mahram sebagai anak saudara (keponakan) karena susuan, dan seterusnya ke bawah.
Saudara dari orang tua susu adalah mahram sebagai bibi karena susuan, saudara ayah/ ibu dari orang tua susu adalah mahram sebagai bibi orang tua susu dan seterusnya ke atas.
Adapun dari pihak anak yang menyusu, maka hubungan mahram itu terbatas pada jalur anak keturunannya saja. Maka seluruh anak keturunan dia, berupa anak, cucu dan seterusnya ke bawah adalah mahram bagi ayah dan ibu susunya.
Hanya saja, berdasar pendapat yang paling kuat (rajih), yaitu pendapat jumhur dan dipilih oleh Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikhuna (Muqbil) rahimahumullahu, bahwa penyusuan yang mengharamkan adalah yang berlangsung pada masa kecil sebelum melewati usia 2 tahun, berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ

“Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama 2 tahun penuh bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuannya.” (Al-Baqarah: 233)

Dan Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha muttafaqun ‘alaihi bahwa penyusuan yang mengharamkan adalah penyusuan yang berlangsung karena rasa lapar dan hadits Ummu Salamah yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa (no. hadits 2150) bahwa tidak mengharamkan suatu penyusuan kecuali yang membelah (mengisi) usus dan berlangsung sebelum penyapihan.
Dan yang diperhitungkan adalah minimal 5 kali penyusuan. Setiap penyusuan bentuknya adalah: bayi menyusu sampai kenyang (puas) lalu berhenti dan tidak mau lagi untuk disusukan meskipun diselingi dengan tarikan nafas bayi atau dia mencopot puting susu sesaat lalu dihisap kembali.
Adapun kelompok ketiga, jumlahnya 4 golongan, sebagai berikut:
1. Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas berdasarkan surat An-Nisa ayat 23.
2. Istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah berdasarkan An-Nisa: 23.
3. Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas berdasarkan An-Nisa: 23.
4. Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah) , cucu perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib, dan seterusnya ke bawah berdasarkan An-Nisa: 23.
Nomor 1, 2 dan 3 hanya menjadi mahram dengan akad yang sah meskipun belum melakukan jima’ (hubungan suami istri). Adapun yang keempat maka dipersyaratkan bersama dengan akad yang sah dan harus terjadi jima’, dan tidak dipersyaratkan rabibah itu harus dalam asuhannya menurut pendapat yang paling rajih yaitu pendapat jumhur dan dipilih oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu.
Dan mereka tetap sebagai mahram meskipun terjadi perceraian atau ditinggal mati, maka istri bapak misalnya tetap sebagai mahram meskipun dicerai atau ditinggal mati. Dan Rabibah tetap merupakan mahram meskipun ibunya telah meninggal atau diceraikan, dan seterusnya.
Selain yang disebutkan di atas, maka bukan mahram. Jadi boleh seseorang misalnya menikahi rabibah bapaknya atau menikahi saudara perempuan dari istri bapaknya dan seterusnya.
Begitu pula saudara perempuan istri (ipar) atau bibi istri, baik karena nasab maupun karena penyusuan maka bukan mahram, tidak boleh safar berdua dengannya, berboncengan sepeda motor dengannya, tidak boleh melihat wajahnya, berjabat tangan, dan seterusnya dari hukum-hukum mahram tidak berlaku padanya. Akan tetapi tidak boleh menikahinya selama saudaranya atau keponakannya itu masih sebagai istri hingga dicerai atau meninggal. Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَأَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ اْلأُخْتَيْنِ

“Dan (haram atasmu) mengumpulkan dua wanita bersaudara sebagai istri (secara bersama-sama).” (An-Nisa: 23)
Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu muttafaqun ‘alihi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengumpulkan seorang wanita dengan bibinya sebagai istri secara bersama-sama. Wallahu a’lam bish-shawab.
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir As-Sa’di, Syarhul Mumti’, 5/168-210)

Penulis : Al Ustadz Abu Abdillah Muhammad Sarbini

Sumber: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=162

Minggu, 14 Maret 2010

Al-Quran Bersampul Hijau

Malam itu pandanganku melayang cepat pada sederetan buku yang berjajar di rak ruang tamuku, tepatnya pada Tafsir Quran karya Muhammad Ali yang paling menyolok tebalnya. Secepat itu pula aku teringat kepada si empunya yang tadi pagi mengirimkan pesan dari Indonesia yang saya terima sebelum berangkat kerja. “Mas! Hancur sudah semua harapanku! Aku dicerai Mas Ahmad dari Saudi!” Begitu bunyi SMS terakhir yang saya terima dari Frida.

Setahun sudah ia berada di Indonesia, tanpa kegiatan yang berarti. Saya sempat terhentak membaca pesan tersebut karena sebulan sebelumnya Frida mengirimkan berita gembira, “Hari ini aku menikah. Doakan kami agar digolongkan oleh Allah SWT kedalam keluarga yang penuh barokah dan rahmah!” Alhamdulillah. Ucapku, setengah berbisik kepada diri sendiri. Akhirnya kamu memperoleh jodoh yang insyaAllah lebih baik bagimu dari pada mengarungi hidup yang selama ini tanpa tentu arah. “Selamat menempuh hidup baru”, balasan kiriman SMS saya.

Seperti yang seringkali saya bilang kepadanya, bahwa Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik. Tapi yang ini, ya...Allah..., kenapa harus menimpa dia untuk yang ketiga kalinya? Sesudah SMS itu, saya tidak lagi mendengar kabarnya. Saya membayangkan apakah dia sempat beristighfar pada bulan suci Ramadan ini. Istighfar akan menyucikan diri manusia dari segala dosa-dosa yang telah dilakukan dimasa lalu. Apalagi pada bulan mulia ini. MasyaAllah, dosa apa yang diperbuat olehnya sehingga derita demi derita terus menimpanya ya... Allah? Tiga kali kawin-cerai! Pernikahan yang ketiganya hanya berusia tidak lebih dari sebulan!

Saya mengenal Frida, seorang pembantu rumah tangga (PRT), lewat seorang PRT juga, yang kebetulan bekerja pada bos kantor kami. Dia menelepon saya hampir setiap saat menghadapi masalah, layaknya seorang konsultan psikologi! Sebagai seorang wanita asal desa, tujuan kerjanya di luar negeri begitu mulia. Ia ingin membalas budi baik orangtua angkatnya yang selama ini turut berjasa membesarkan dirinya. Menyenangkan hati mereka. Beberapa kali harus lompat kerja sebagai PRT dari negara satu ke lainnya, namun tujuannya belum teraih jua.

Pertama kali ke luar negeri, ke Saudi Arabia, hanya berlangsung beberapa bulan saja. Belum lengkap yang namanya tabungan untuk sangu pulang, dia harus dijebloskan ke penjara gara-gara ‘tuduhan’ kriminalitas. Dia pukul kepala majikan anaknya dengan botol yang mencoba berbuat ‘kurang ajar’ kepadanya. Frida dipulangkan dengan hampir tanpa fulus di kantong. Pengalaman buruk pertama di luar negeri tidak membuat Frida ‘kapok’! Dia balik ke Indonesia, kemudian mencoba terbang lagi.

Frida diambil sebagai anak angkat oleh keluarga Sadimin pada hari dia dilahirkan. Lain dengan kondisi orangtua kandungnya, keluarga Sadimin termasuk kurang mampu. Sadimin tidak memiliki pekerjaan tetap, rumahnya kecil terbuat dari anyaman bambu. Begitu menginjak usia dewasa, Frida berpikir bagaimana caranya memenuhi segala kebutuhan hidup ini. “Aku tidak mengerti kenapa aku diberikan kepada keluarga Pak Sadimin oleh kedua orangtuaku. Saya merasa bukan sebagai anak yang dikehendaki oleh Ibu kandungku. Itulah yang menyebabkan kenapa ikatan batinku dengan ibuku sendiri kurang erat”, katanya suatu hari seusai menerima sepucuk surat dari Ibu kandungnya di Indonesia, sementara dia kerja di UAE. Surat-surat Frida memang dialamatkan ke saya karena dia sering pindah-pindah alamatnya. Sejauh itu terjadi, dia tidak memiliki alamat yang tetap. Jadi apa salahnya jika saya dititipi surat-suratnya yang dari tanah air? “Dia membutuhkan sedikit bantuan!” demikian pikir saya..

Faktor lain yang membuatnya ingin bekerja di luar negeri, ia ingin merubah taraf kehidupan dirinya sendiri. Sebagian dari penghasilan bulananya rutin dikirim ke Indonesia. Sayangnya, bapak angkatnya kurang bijaksana memanfaatkan uang kirimannya. Bapak angkatnya masih suka bermain judi, suatu kebiasaan buruk yang begitu mengakar di masyarakat desanya. Bahkan barang-barang berharga hingga elektronik hasil pembelian Frida banyak yang digadaikannya. Hal itu membuat Frida prihatin sekaligus jengkel karena merasa tidak dihargai jerih payahnya. Kejadian itu terus berlangsung begitu lama. “Sudah miskin harta, miskin pula iman”, begitu Frida mengistilahkan kondisi bapak angkatnya. Sementara sikap dia terhadap ibu angkatnya, karena sedari kecil diasuhnya, kasih sayang Frida kepadanya begitu kuat. Jauh melebihi sikapnya terhadap ibu kandungnya.

Sebelum keberangkatannya ke UAE, Frida pernah berkeluarga dengan seorang anggota angkatan bersenjata. Pernikahannya yang pertama. Dijadikannya dia istri kedua, tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Parno, lelaki berpangkat sersan satu itu sering memperlakukan dia sewenang-wenang. “Saya memang begitu bodoh waktu itu. Sebagai orang desa yang baru pertama kali ke kota, terlampau polos untuk bisa dikelabui oleh laki-laki hidung belang yang suka mengumbar janji”. “Alhamdulillah aku bisa lepas dari kungkungannya”. Keberangkatan Frida ke luar negeri lagi sempat tertunda gara-gara kecantol Parno. Syukurlah akhirnya berangkat juga. Tetap sebagai profesi semula, PRT.

“Aku mbok ya dikirimi majalah-majalah, buku-buku Islam atau kaset nya Zainuddin MZ Mas kalau punya!” demikian pintanya lewat telepon kepada saya ditengah-tengah kesibukan saya kerja. Saya biasa mengumpulkan majalah-majalah Indonesia hasil pemberian teman-teman atau kadang membeli. Ada juga beberapa koleksi kaset dakwah. Frida yang tinggal di pelosok desa, sekitar tiga jam perjalanan dari pusat kota, merasa terhibur dengan buku-buku dan kaset tersebut. Pernah pula saya kirimi kamus kecil dan bacaan berbahasa Inggris yang dia bisa pergunakan untuk menambah wawasan komunikasinya.

Dia mengeluh sering menangis jika teringat ibu angkatnya yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri. Ia menangisi sikap ayah angkatnya juga yang tidak berubah perilakunya. Frida kesulitan berkomunikasi langsung dengan mereka. Informasi tentang orangtua angkatnya diperoleh dari tetangga yang kebetulan memiliki sarana telepon. Terkadang dia juga menelepon ibu kandungnya, tetapi katanya dia tidak merasakan kuatnya hubungan layaknya ibu dan anak. Entahlah!

Tinggal di pelosok desa bukan hal yang mudah di negeri orang. Apalagi jumlah orang Indonesia di daerah dimana dia kerja bisa dihitung dengan jari. Mungkin saja itulah faktor utama yang menyebabkannya tidak betah, meskipun majikannya baik sekali. Ditengah-tengah proses koreksi diri, timbul niatnya untuk merubah profesi yang lebih baik. Dia balik lagi ke Indonesia. Sebagaimana banyak yang dilakukan PRT-PRT kita, dia rubah namanya dengan harapan bisa cepat ganti paspor dan segera kembali ke luar negeri lagi. Begitulah Frida. Mondar-mandir ke luar negeri sudah tidak asing lagi baginya, sampai suatu saat ia mengenal lagi laki-laki yang prihatin terhadap nasibnya.

Sebut saja Mahmud, yang menurut Frida pandai dalam bidang agama. Mahmud berniat menikahinya. Mahmud banyak memberikan nasehat-nasehat agama kepadanya. Dari logat bicaranya terkadang nampak penyesalannya menolak ajakan Mahmud. “Kalau saja dulu aku mau dijadikan istri oleh Mahmud.......” Angan-angan tersebut kadang muncul dan bergulir begitu saja, dikemukakan kepada saya. Sayangnya, dorongan bekerja di luar lebih kuat ketimbang harus menikah lagi dengannya. Ditolaknya dengan halus tawaran tersebut. Frida pun terbang lagi.

Dia masih tetap menyimpani nomer kantor kami. Sempat terkejut juga ketika dia tiba-tiba menelepon dari daerah yang tidak jauh dari tempat kerja saya. Walaupun begitu, jangan harap ia bisa keluar rumah, kecuali bersama majikannya. Disinilah kemudian muncul niatnya untuk mencari kerja lain, bukannya sebagai PRT. Dia tidak sadar bahwa keluar dari rumah majikan tidak sama seperti pergi ke Blitar di Indonesia. Tetapi Frida saya akui ‘pemberani’. Entah bagaimana caranya, ia akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah butik, tentu saja ilegal! Kemampuan berbahasa Inggrisnya saya tahu meningkat. Itu terlihat saat dia menceriterakan pengalamannya bertengkar dengan temen-teman sekerjanya. Konflik dalam kerja memang hal yang biasa. Penghasilannya pun lebih baik. Akan tetapi ada yang merisaukan, yakni statusnya, ‘pelarian’. Status ini berlangsung hingga masa visanya habis. Ia pun menyerahkan diri ke kantor imigrasi. Tanpa harus masuk penjara, asalkan dia sediakan tiket pulang, akan diijinkan untuk pulang oleh imigrasi. Untuk kesekian kalinya Frida pulang lagi ke Indonesia.

Kepulangannya waktu itu ternyata yang terakhir kali dia bisa bertemu ibu angkatnya. Ibunya yang kecil kurus itu katanya sudah sering sakit-sakitan. Frida membutuhkan beaya yang tidak sedikit untuk pengobatannya. Ditengah kesulitan yang dihadapi, ada seorang tetangga yang berniat ‘membantu’ meringankan kesulitan ekonomi keluarganya, dengan syarat mau dinikahinya sebagai istri kedua. “Bagaimana perasaan saya waktu itu Mas? Saya dihadapkan kepada persoalan yang teramat berat. Jika tidak mau, saya harus tega melihat ibu sakit –sakitan tanpa obat, juga ekonomi porak-poranda karena tabungan saya hasil dari kerja di luar negeri sudah mulai menipis. Tapi kalau saya mau menikah dengan Mas Gofur, saya tidak tega melihat istri pertamanya yang saya kenal baik!” Subhanallah! “Apa yang harus saya lakukan? Ditengah kekacauan pikiran ini, ternyata saya harus menyelamatkan derita ibu angkat saya. Dengan perasaan hampa, kami nikah sirih!”

Frida malang nasibnya! Bagaimana dia harus berbahagia ditengah penderitaan orang lain? Dia memang bisa membeli obat dan makanan dari duit yang diberi oleh Gofur setiap saat. Tetapi dia tidak bisa menyembunyikan konflik batinnya jika memikirkan istri Gofur yang pertama. Saya tidak menyangka jika kemudian Frida nekad berangkat lagi keluar negeri tanpa sepengetahuan suaminya, Gofur. Kembali dengan visa PRT.

“Mas Gofur.... Saya minta maaf atas segala kesalahan saya. Tidak saya pungkiri anda telah berbuat banyak demi keluarga kami. Tetapi saya tidak bisa menjalani kehidupan seperti ini........!” Demikian bunyi surat yang dia kirimkan pada Gofur ketika dia sudah berada di UAE. “Gofur sebenarnya orang baik Mas... tetapi saya? Ya ..Allah...harus bagaimana menghadapi masalah ini? Saya tidak mungkin menjalani pernikahan yang bertentangan dengan batin ini” Frida, yang sudah ganti nama, entah apa lagi saya lupa, menangis. Dia baca Al Qur’an dan terjemahannya hasil pemberian temannya, yang entah dari mana mendapatkannya, sebelum menelepon saya, mengemukakan problematika hidupnya untuk kesekian kali. Menyimak kisah yang begitu pilu itu, saya tidak bisa berbuat banyak, kecuali menjadi pendengar yang baik.

Beberapa bulan sesudah dia menikmati pekerjaan barunya sebagai sales lady. Ibu angkatnya meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Frida yang malang tidak mungkin pulang melihat pemakaman bunda angkatnya. Ia merasa tidak lagi punya harapan.ditengah isaknya, “Ibuku tidak pernah merasa menikmati kebahagiaan dalam hidupnya Mas! Alhamdulillah saya sempat memperbaiki rumah kami. Saya bersyukur orangtua angkatku sekarang tidak lagi harus ke sungai jika mandi. Tapi itupun tidak lama beliau nikmati. Mas tahu kan, bagaimana Bapak angkatku.....?”

Tidak lama sesudah kejadian tersebut Frida sudah harus balik lagi ke Indonesia karena visanya sudah habis masa berlakunya. Beberapa kali SMS yang saya terima menceriterakan upayanya untuk bekerja di luar lagi karena belitan ekonomi. Tanpa kerja di rumah, subhanallah, ia sering menjadi sasaran kemarahan ayah angkatnya, karena tanpa uang dan juga kerja. “Barangkali saya sudah terlalu banyak berlumur dosa Mas. Berbagai jalan yang saya tempuh tampaknya buntu. Seberapa kali saya berusaha, seberapa kali itu pula saya gagal...!” Bagaimana nasib perkawinannya dengan Gofur? Hanya Allah SWT Yang Mahatahu.

Garis hidup yang ditempuh Frida begitu berliku. Entah apa yang dilakukan sekarang, selagi semua jalan sepertinya tertutup baginya? Di bulan suci Ramadan ini, saya hanya ikut berdoa semoga Allah SWT membukakan pintu tobatNya, menunjukkan jalan hidup yang lebih terang. Saya yakin Allah Yang Mahapengasih terhadap umatNya, tidak akan membiarkan orang-orang seperti Frida terus-menerus dilanda cobaan besar. Begitu lahir harus diasuh orang lain, tidak memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan, pekerjaan yang tidak tetap, hingga pernikahanpun gagal tiga kali... Astaghfirullah!

Di keheningan sepuluh kedua malam Ramadan yang penuh maghfirah ini, satu hal yang saya kenang. Dia tinggalkan sesaat sebelum berangkat ke airport, sebuah Al Qur’an bersampul hijau. “Tolong disimpan Al Quran ini!” Pintanya. Kitab Suci yang dilengkapi terjemahan dan tafsir tersebut memang tebal sekali, lebih dari seribu enam ratus halaman, dan terlalu berat jika harus dimasukkan di tas kecilnya. Setebal lembaran-lembaran hidupnya yang penuh derita. Kalau saja bisa menangis, saya yakin linangan air mata Kitabullah itu tidak akan terhenti hingga dibukakannya pintu taubat baginya, menyertai niat taubat Frida, mengakhiri derita panjangnya. Wallahu’alam!

sumber : eramuslim

Kamis, 11 Maret 2010

MATERI BULETIN PERTAMA SKI PGSD

IKHLAS DAN BEBERAPA PERUSAKNYA
Pentingnya amalan hati
Secara umum amalan hati lebih penting dan ditekankan daripada amalan lahiriyah. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah mengatakan:"Bahwasanya ia meru pakan pokok keimanan dan landasan utama agama, seperti mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala dan rasulNya, bertawakal kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , ikhlas dalam menjalankan agama semata-mata karena Allah Subhannahu wa Ta'ala , bersyukur kepadaNya, bersabar atas keputusan atau hukumNya, takut dan berharap kepadaNya,.. dan ini semua menurut kesepakatan para ulama adalah perkara wajib (Al fatawa 10/5, juga 20/70)
Imam Ibnu Qayyim juga pernah berkata: "Amalan hati merupakan hal yang pokok dan utama, sedangkan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat ibarat ruh, dan gerakan anggota badan adalah jasadnya. Jika ruh itu terlepas maka matilah jasad. Oleh karena itu memahami hukum-hukum yang berkaitan dengan hati lebih penting daripada memahami hukum-hukum yang berkaitan dengan gerakan anggota badan (Badai 'ul Fawaid 3/224).
Lebih jauh lagi dalam kitab yang sama beliau menegaskan bahwa perbuatan yang dilakukan anggota badan tidak ada manfaatnya tanpa amalan hati, dan sesungguhnya amalan hati lebih fardhu (lebih wajib) bagi seorang hamba daripada amalan anggota badan.
Kedudukan Ikhlas
Ikhlas merupakan hakikat dari agama dan kunci dakwah para rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam .
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: " Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. 98:5)
Juga firmanNya yang lain, artinya: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. 67:2)
Berkata Al Fudhail (Ibnu Iyadl, penj), makna dari kata ahsanu 'amala (lebih baik amalnya) adalah akhlasuhu wa Ashwabuhu, yang lebih ikhlas dan lebih benar (sesuai tuntunan).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu beliau berkata: 'Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Aku adalah Tuhan yang tidak membutuhkan persekutuan , barang siapa melakukan suatu per-buatan yang di dalamnya menyekutukan Aku dengan selainKu maka Aku tinggalkan dia dan juga sekutunya." (HR. Muslim).
Oleh karenanya suatu ketaatan apapun bentuknya jika dilakukan dengan tidak ikhlas dan jujur terhadap Allah, maka amalan itu tidak ada nilainya dan tidak berpahala, bahkan pelakuknya akan menghadapi ancaman Allah yang sangat besar. Sebagaimana dalam hadits, bahwa manusia pertama yang akan diadili pada hari kiamat nanti adalah orang yang mati syahid, namun niatnya dalam berperang adalah agar disebut pemberani. Orang kedua yang diadili adalah orang yang belajar dan mengajarkan ilmu serta mempelajari Al Qur'an, namun niatnya supaya disebut sebagai qori' atau alim. Dan orang ketiga adalah orang yang diberi keluasan rizki dan harta lalu ia berinfak dengan harta tersebut akan tetapi tujuannya agar disebut sebagai orang yang dermawan. Maka ketiga orang ini bernasib sama, yakni dimasukkan kedalam Neraka. (na'udzu billah min dzalik).
Pengertian Ikhlas
Ada beberapa pengertian ikhlas, diantarnya:
• Semata-mata bertujuan karena Allah ketika melakukan ketaatan.
• Ada yang mengatakan ikhlas ialah membersihkan amalan dari ingin mencari perhatian manusia.
• Sebagian lagi ada yang mendefinisikan bahwa orang yang ikhlas ialah orang yang tidak memperdulikan meskipun seluruh penghormatan dan peng-hargaan hilang dari dirinya dan berpindah kepada orang lain,karena ingin memperbaiki hatinya hanya untuk Allah semata dan ia tidak senang jikalau amalan yang ia lakukan diperhatikan oleh orang,walaupun perbuatan itu sepele.
Ditanya Sahl bin Abdullah At-Tusturi, Apa yang paling berat bagi nafsu? Ia menjawab: "Ikhlas, karena dengan demikian nafsu tidak memiliki tempat dan bagian lagi." Berkata Sufyan Ats-Tsauri: "Tidak ada yang paling berat untuk kuobati daripada niatku, karena ia selalu berubah-ubah."
Perusak-perusak Keikhlasan
Ada beberapa hal yang bisa merusak keikhlasan yaitu:
• Riya' ialah memperlihatkan suatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang-orangpun memujinya.
• Sum'ah, yaitu beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain (mencari popularitas).
• 'Ujub, masih termasuk kategori riya' hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan keduanya dengan mengatakan bahwa: "Riya' masuk didalam bab menyekutukan Allah denga makhluk, sedang ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri-sendiri. (Al fatawaa, 10/277)
Disamping itu ada bentuk detail dari perbuatan riya' yang sangat tersembunyi, atau di sebut dengan riya' khafiy' yaitu:
1. Seseorang sudah secara diam-diam melakukan ketaatan yang ia tidak ingin menampakkannya dan tidak suka jika diketahui oleh banyak orang, akan tatapi bersamaan dengan itu ia menyukai kalau orang lain mendahului salam terhadapnya, menyambutnya dengan ceria dan penuh hormat, memujinya, segera memenuhi keinginannya, diperlakukan lain dalam jual beli (diistimewakan), dan diberi keluasan dalam tempat duduk. Jika itu semua tidak ia dapatkan ia merasa ada beban yang mengganjal dalam hatinya, seolah-olah dengan ketaatan yang ia sembunyikan itu ia mengharapkan agar orang selalu menghormatinya.

2. Menjadikan ikhlas sebagai wasilah (sarana) bukan maksud dan tujuan.
Syaikhul Islam telah memperingatkan dari hal yang tersembunyi ini, beliau berkata: "Dikisahkan bahwa Abu Hamid Al Ghazali ketika sampai kepadanya, bahwa barangsiapa yang berbuat ikhlas semata-mata karena Allah selama empatpuluh hari maka akan memancar hikmah dalam hati orang tersebut melalui lisanya (ucapan), berkata Abu Hamid: "Maka aku berbuat ikhlas selama empat puluh hari, namun tidak memancar apa-apa dariku, lalu kusampaikan hal ini kepada sebagian ahli ilmu, maka ia berkata: "Sesungguhnya kamu ikhlas hanya untuk mendapatkan hikmah, dan ikhlasmu itu bukan karena Allah semata.
Kemudian Ibnu Taymiyah berkata: "Hal ini dikarenakan manusai terkadang ingin disebut ahli ilmu dan hikmah, dihormati dan dipuji manusia, dan lain-lain, sementara ia tahu bahwa untuk medapatkan semua itu harus dengan cara ikhlas karena Allah.Jika ia menginginkan tujuan pribadi tapi dengan cara berbuat ikhlas karena Allah,maka terjadilah dua hal yang saling bertentangan. Dengan kata lain, Allah di sini hanya dijadikan sebagai sarana saja, sedang tujuannya adalah selain Allah.
3. Yaitu apa yang diisyaratkan Ibnu Rajab beliau berkata: "Ada satu hal yang sangat tersembunyi, yaitu terkadang seseorang mencela dan menjelek-jelekan dirinya dihadapan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut menganggapnya sebagai orang yang tawadhu' dan merendah, sehingga dengan itu orang justru mengangkat dan memujinya. Ini merupakan pintu riya' yang sangat tersembunyi yang selalu diperingatkan oleh para salafus shaleh.
Cara-cara mengobati riya'
1. Harus menyadari sepenuhnya , bahwa kita manusia ini semata-mata adalah hamba. Dan tugas seorang hamba adalah mengabdi dengan sepenuh hati, dengan mengharap kucuran belas kasih dan keridhaanNya semata.
2. Menyaksikan pemberian Allah, keutamaan dan taufikNya, sehingga segala sesuatunya diukur dengan kehendak Allah bukan kemauan diri sendiri.
3. Selalu melihat aib dan kekurangan diri kita, merenungi seberapa banyak bagian dari amal yang telah kita berikan untuk hawa nafsu dan syetan. Karena ketika orang tidak mau melakukan suatu amal, atau melakukannya namun sangat minim maka berarti telah memberikan bagian (yang sebenarnya untuk Allah), kepada hawa nafsu atau syetan.
4. Memperingatkan diri dengan perintah-perintah Allah yang bisa memperbaiki hati.
5. Takut akan murka Allah, ketika Dia melihat hati kita selalu dalam keadaan berbuat riya'.
6. Memperbanyak ibadah-ibadah yang tersembunyi seperti qiyamul lail, shadaqah sirri, menagis karena Allah dikala menyandiri dan sebagainya.
7. Membuktikan pengagungan kita kepada Allah, dengan merealisasikan tauhid dan mengamalkannya.
8. Mengingat kematian dan sakaratul maut, kubur dan kedah syatannya, hari akhir dan huru-haranya.
9. Mengenal riya', pintu-pintu masuk dan kesamarannya, sehingga bisa terbebas darinya.
10. Melihat akibat para pelaku riya' baik di dunia maupun di akhirat.
11. Meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah dari perbuatan riya'dengan membaca doa:"Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat syirik padahal aku mengetahui,dan aku mohon ampun atas apa-apa yang tidak ku ketahui."
Wallahu a'lam bis shawab.
Disarikan dari buku al ikhlash wa asy syirkul asghar,Dr Abdul Aziz bin Muhammad Al Abdul Lathif, Darul Wathan Riyadh (Ibnu Djawari)

MA'RIFATU HADIST DAN TAFSIR HADIST ARBAIN NO.1

Ketaatan Ibnu Umar Mengikuti Sunnah

Dari lbnu Sirrin katanya, "Suatu ketika aku bersama Ibnu Umar ra. di Arafah. Ketika ia pulang, aku pulang bersamanya sehingga kami menjumpai imam maka ia shalat Dzuhur dan Ashar bersama kami, Kemudian ia wukuf bersamaku dan kawan-kawanku sampai imam turun ke kota Mekkah dan kami pun ikut turun ke Mekkah bersamanya, ketika kami sampai di lorong Ma'jamani maka ia turun dari untanya dan kami pun melakukan hal yang sama sehingga kami mengira kalau ia akan mengerjakan shalat. Kata pelayannya yang senantiasa memegang kendali untanya bahwa sesungguhnya ia (Ibnu Umar ra.) bukan akan mengerjakan shalat akan tetapi ia ingat pada Nabi Saw. ketika beliau lewat di tempat ini beliau sempat buang hajat dan ia pun ingin buang hajat semata-mata meniru apa telah dilakukan oleh beliau Saw." (Ahmad, At-Targhib.1/47).

Dikabarkan bahwa lbnu Umar ra. pernah mendatangi sebuah pohon yang ada di antara Mekkah dan Madinah. Kemudian ia beristirahat di bawahnya dan ia berkata bahwasannya ia melakukan hal itu dikarenakan Rasulullah Saw. telah melakukannya." (Bazzar.Al-Haitsann.1/175,At-Targhib.1/46).

Dari Nafi' bahwasannya lbnu Umar ra. senantiasa mengikuti jejak Rasulullan Saw. sampai pun setiap tempat yang pernah Rasuluilah Saw. shalat di tempat itu ia selalu mengikuti beliau Saw. Sehingga di suatu pohon yang Rasulullah Saw. pernah berteduh di bawahnya dan ia selalu menyirami pohonan tersebut agar tidak mati maka ibnu Umar ra. pun tidak ketinggalan mengikutinya" (Ibnu Katsir Kanzul Ummal. 7/59).

Dari Mujahid katanya. "Pernah kami berpergian bersama lbnu Umar ra. Ketika tiba di suatu tempat. maka ia menggoyang ke kiri dan ke kanan. Ketika aku tanyakan. "Mengapa engkau berbuat demikian?" Ibnu Umar ra. menjawab. "Aku melihat Rasulullah SAW pernah melakukannya seperti itu di sini, maka aku menirunya (Ahmad,Bazzar,At-Targhib,1/46).

Dari Nafi bahwa Ibnu Umar ra. pernah berpergian, ketika di jalan menuju kota Mekkah ia menundukkan kepala kendarannya seraya berkata, "Andaikan telapak kaki untaku dapat menginjak bekas telapak kaki unta Rasulullah Saw." (Abu Nuaib Al-Hilyah).
Dari Nafi' katanya, "Jikalau engkau melihat apa saja yang dilakukan oleh Ibnu Umar ra. dalam mengikuti sunah Nabi SAW, pasti engkau akan mengatakan. "Orang ini gila". (AbuNuaim,Al-Hakim,3/561)


Dari 'Aisyah ra. katanya. "Tidak ada seorang pun yang senantiasa mengikuti perilaku Nabi SAW". seperti yang dilakukan oleh lbnu Umar ra."

Dari Asim Al-Ahwal dari seorang sahabat katanya, Tidak seorang pun yang melihat kelakuan Ibnu Umar ra. kecuali ia akan mengira bahwa apa yang dilakukanoleh Ibnu Umar adalah yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW. (Ibnu Nu'aim dalam bukunya 1/30, Ibnu Sa'ad dalam bukunya 1/107).

Hadit Arbain ke-1

Diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Dan setiap orang itu akan mendapat sesuatu sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka Hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya maka Hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya

Niat bukan bersumber dari lisan berupa ucapan.akan tetapi niat bersumber dari desakan rasa yang terbesit dalam hati yang kemudian diterjemahkan oleh lisan kita. Jadi niat adalah suatu amalan yang tidak tampak,niat adalah amalan yang ada dalam hati kita

Dalam hadits ini Rosulullah Salallahu Alaihi Wa Salam menegaskan bahwa standar yang menjadi timbangan amal disisi Allah bukanlah bentuk lahiriyah yang ada dalam diri manusia saja tapi yang terutama adalah berupa bisikan spirit dari relung hati kita.Dan Ingatlah, Allah Maha mengetahui segala sesuatu hatta itu berupa lintasan-lintasan hati kita yang sangat halus sekalipun.

Allah hanya menilai amalan kita sebagai pahala jika amalan itu hanya diniatkan dan diperuntukkan bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja.Jadi barang siapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rosul-Nya,maka kita akan mendapat pahala dan balasan yang baik. Namun jika hijrahnya hanya untuk harta yang diinginkannya,atau dunia agar bisa diperolehnya,maka ia akan mendapatkan dunia dan memilikinya.Begitu pula jika kita mengejar kedudukan maka kita akan mendapatkan kedudukan itu.Akan tetapi kita harus sadar bahwa saat kita mati nanti kita hanya akan dibekali oleh selembar kain kafan yang kita tidak bisa memilihnya sendiri, dan hijrah kita itu tidak akan bermanfaat.Kita akan tinggalkan dunia dengan penuh kehinaan, kefakiran, kerendahan dan kelak akan disiksa karena amal kita yang buruk dan tidak diperuntukkan bagi Allah.

Maroji' : Tafsir Hadist Arbain


Fith-Thariq Ilallah, An-Niyyah wal Ikhlas
(Niat dan Ikhlas)
Perkataan ulama-ulama mengenai urgensi niat :
“Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal …
Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat.”
Pentingnya niat tergambarkan dalam hadits Nabi yang menceritakan tiga orang yang )
PENGANTAR
secara fisik mengerjakan amal kebajikan yang besar tetapi karena tidak dilandasi oleh niat yang ikhlas, maka ketiganya mendapatkan balasan neraka.
“Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya,’Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid’. Allah berfirman,’Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan,’Dia adalah orang yang gagah berani’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al-Qur’an karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan, ‘Dia adalah orang yang berilmu, dan engkau membaca Al-Qur’an agar dikatakan, ‘Dia adalah qari’ (pandai membaca)’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan juga diberi-Nya berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar dinafkahkan harta melainkan aku pun menafkahkannya karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau melakukan hal itu agar dikatakan, ‘Dia seorang pemurah’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian dia diperintahkan agar diseret dengan wajah tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka (HR. Muslim)
Mengapa mereka dibalas dengan adzab padahal secara fisik mereka menunaikan suatu amal kebaikan (bahkan termasuk amal kebaikan yang paling utama (infaq, jihad dan mengajar Al-Qur’an)) ?? Karena mereka telah menipu Allah.
Makna Ikhlasunniyah
Secara bahasa :
• Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih / murni
• Niyat berarti al-qoshdu, artinya maksud / tujuan
Secara istilah :
Ikhlasunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azza wa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat.
Beberapa hal mengenai niat :
• Hakikat niat : Niat adalah tujuan yang terdetik dalam hatimu
• Niat ini merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah. (Maka dari itu tidak pernah dikenal dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam adanya niat dalam ibadah yang dilafazhkan. Tetapi yang kita lihat justru sebagian orang ada yang melafazhkan niat itu)
Pentingnya Ikhlasunniyah
1. Merupakan ruhnya amal
Allah hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka dari itu Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalnya. (Al-Hajj:37)
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya …” (Al Hajj : 37)
2. Salah satu syarat diterimanya amal
“Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
Syarat diterimanya amal atau perbuatan :
1. Bersungguh-sungguh dalam melaksana-kannya
2. Ikhlas dalam berniat
3. Sesuai dengan syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)

3. Penentu nilai/kualitas suatu amal. Satu jenis amal dapat berbeda nilai pahalanya berdasarkan perbedaan niatnya
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung kepada niat. Dan, setiap orang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa ditujunya.” (HR. Al-Bukhary, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa’y)
4. Dapat merubah amal-amal yang mubah dan tradisi menjadi ibadah.
Pekerjaan mencari rezki bisa menjadi ibadah dan jihad fi sabilillahi selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan mencari yang halal.
Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu seksual yang disalurkan orang Mukmin kepada yang halal, bisa mendatangkan pahala di sisi Allah.
“’Dalam persetubuhan salah seorang di antara kalian terdapat shadaqah’. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan birahinya dan dia mendapat pahala karenanya?’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana menurut kalian jika dia meletakkannya pada yang haram, apakah dia mendapat dosa? Begitu pula jika dia meletakkannya pada yang halal, maka dia mendapat pahala’.” (HR. Muslim)
5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah, bahkan sebelum ia melaksanakan amalnya
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Jika hamba-Ku hendak mengerjakan suatu keburukan, maka janganlah kalian (para malaikat) menulisnya sebagai dosa hingga dia mengerjakannya. Jika sudah mengerjakannya, maka tulislah satu dosa yang sama dengannya, dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah satu kebaikan baginya. Dan, jika dia hendak mengerjakan satu kebaikan namun belum mengerjakannya, maka tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia sudah mengerjakannya, maka tulislah baginya sepuluh (pahala) kebaikan yang serupa dengannya hingga tujuh ratus kebaikan”. (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
“Barangsiapa menghampiri tempat tidurnya, sedang dia berniat hendak bangun untuk shalat dari sebagian waktu malam, namun dia tertidur hingga pagi hari, maka ditetapkan baginya seperti yang diniatkannya, dan hal itu merupakan shadaqah atas dirinya dari Rabbnya.”
“Barangsiapa sungguh-sungguh memohon mati syahid kepada Allah, maka Allah menghantarkannya ke kedudukan orang-orang yang mati syahid, sekalipun dia mati di atas tempat tidurnya”
Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1. Senantiasa meluruskan niat sebelum mulai beramal.
Sediakan waktu sejenak setiap akan memulai suatu amal untuk memastikan bahwa dorongan motivasi beramal itu memang benar-benar untuk semata-mata mencapai keridhaan Allah dan bukan untuk ambisi-ambisi lainnya. Setelah niat dalam diri benar, barulah beramal.
2. Menyerahkan segala cintanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat
3. Ilmu yang mantap
Ikhlas tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan membaca dan mengamati kandungan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang membicarakan masalah itu atau membaca perkataan orang-orang shalih. Tidak mungkin seseorang menghadap ke sesuatu di luar jangkauan pengetahuannya.
4. Berteman dengan orang-orang yang ikhlas
Agar bisa mengikuti irama langkah mereka, mengambil pelajaran dari mereka dan mencontoh akhlak mereka.
5. Membaca sirah orang-orang Mushlih
Mengenali kehidupan mereka, mengikuti jejak dan petunjuk mereka.
6. Mujahadah terhadap nafsu
Maksudnya, mengarahkan kehendak untuk memerangi hawa nafsu yang menjurus kepada keburukan, mengendalikan egoisme dan kecenderungan kepada keduniaan, hingga ikhlas karena Allah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-‘Ankabut : 69)
7. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah.
Bukti-bukti Penguat Ikhlas (Pengayaan)
Pertama : Takut Ketenaran
Ketenaran itu sendiri tidak tercela. Tetapi yang tercela itu mencari ketenaran.
Kedua : Menuduh Diri Sendiri
Orang yang mukhlis senantiasa menuduh diri sendiri sebagai orang yang berlebih-lebihan di sisi Allah dan kurang dalam melaksanakan berbagai kewajiban, tidak mampu menguasai hatinya karena terpedaya oleh suatu amal dan taajub terhadap diri sendiri. Bahkan dia senantiasa takut andaikata keburukan-keburukannya tidak diampuni dan takut kebaikan-kebaikannya tidak diterima.
Ketiga : Beramal Secara Diam-diam Jauh dari Sorotan
Amal yang dilakukan secara diam-diam harus lebih disukai daripada amal yang disertai sorotan dan diekspos.
Keempat : Tidak Menuntut Pujian dan Tidak Terkecoh Oleh Pujian
Orang-orang memujimu dari persangkaan mereka tentang dirimu. Maka jadilah engkau orang yang mencela dirimu sendiri karena apa yang engkau ketahui pada dirimu. Orang yang paling bodoh adalah yang meninggalkan keyakinannya tentang dirinya karena ada persangkaan orang-orang tentang dirinya.



Kelima : Tidak Kikir Pujian terhadap Orang Yang Memang Layak Dipuji
Boleh jadi seseorang tidak mau memberikan pujian kepada orang yang layak dipuji, karena ada maksud tertentu di dalam dirinya atau karena rasa iri yang disembunyikan. Karena dia juga tidak mampu untuk melemparkan celaan, maka setidak-tidaknya dia hanya diam dan tidak perlu menyanjungnya
Keenam : Berbuat Selayaknya dalam Memimpin
Orang yang mukhlis karena Allah akan berbuat selayaknya ketika menjadi pemimpin di barisan terdepan dan tetap patriotic ketika berada di barisan paling belakang. Hatinya tidak dikuasai kesenangan untuk tampil. Tetapi dia lebih mementingkan kemaslahatan bersama karena takut ada kewajiban dan tuntutan kepemimpinan yang dia lewatkan.
Dia tidak ambisi dan tidak menuntut kedudukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tetapi jika dia dibebani tugas sebagai pemimpin, maka dia melaksanakannya dan memohon pertolongan kepada Allah agar dia mampu melaksanakannya dengan baik.
Ketujuh : Mencari Keridhaan Allah, Bukan Keridhaan Manusia
Tidak mempedulikan keridhaan manusia jika di balik itu ada kemurkaan Allah. Sebab satu orang dengan yang lain saling berbeda dalam sikap. Berusaha membuat mereka ridha adalah sesuatu yang tidak bertepi.
Kedelapan : Menjadikan Keridhaan dan Kemarahan Karena Allah, Bukan Karena Pertimbangan Pribadi
Boleh jadi engkau pernah melihat orang-orang yang aktif dalam medan dakwah, apabila ada salah seorang rekannya melontarkan perkataan yang mengganggu atau melukai perasaannya, atau ada tindakan yang menyakiti hatinya, maka secepat itu pula dia marah, lalu meninggalkan harakah.
Ikhlas menuntutnya untuk tegar dalam dakwah dan gerak langkahnya, sekalipun orang lain menyalahkan, meremehkan dan bertindak kelewat batas terhadap dirinya. Sebab dia berbuat karena Allah.
Kesembilan : Sabar Sepanjang Jalan
Perjalanan yang panjang, lambatnya hasil yang diperoleh, kesuksesan yang tertunda, kesulitan dalam bergaul dengan berbagai lapisan manusia dengan perbedaan perasaan dan kecenderungan mereka, tidak boleh membuatnya menjadi malas, bersikap santai, mengundurkan diri, atau berhenti di tengah jalan. Sebab dia berbuat bukan sekedar untuk sebuah kesuksesan atau pun kemenangan, tetapi yang paling pokok tujuannya adalah untuk keridhaan Allah dan mengikuti perintah-Nya.
Kesepuluh : Rakus terhadap Amal Yang Bermanfaat
Dia senang melakukan puasa nafilah dan shalat dhuha. Tapi sekalipun waktunya habis untuk mendamaikan orang-orang yang sedang bertikai, maka justru inilah yang lebih dia pentingkan.
Kesebelas : Menghindari Ujub
Yaitu tidak merusak amal dengan ujub, merasa senang dan puas terhadap amal yang telah dilakukannya. Yang seharusnya dilakukan orang Mukmin setelah melaksanakan suatu amal ialah takut kalau-kalau dia telah melakukan kelalaian, disadari maupun tidak disadari.

Maraji’
Dr. Yusuf Qardhawi : Niat dan Ikhlas

KISAH ABU BAKAR DICERCA

Dikeluarkan oleh Ahmad dan At-Tabarani dari Abu Hurairah r.a. bahawa seorang lelaki telah mencerca Abu Bakar r.a. Ketika itu, Rasulullah SAW juga sedang duduk di sana. Baginda SAW tersenyum dan keheranan melihatkan keadaan lelaki tersebut. ketika lelaki itu mula bersikap kurang ajar terhadap dirinya, Abu Bakar r.a. pun membalas beberapa kata lelaki tersebut. Dengan yang demikian, Rasulullah SAW menjadi marah lalu bangun dan dibuntuti oleh Abu Bakar r.a.. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW: "Lelaki itu bersikap kurang ajar terhadap diriku, oleh kerana itu aku membalasnya.
Ketika aku mulai membalasnya, kamu meninggalkan kami di tempat itu".

Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu tidak membalas kata-katanya, terdapat malaikat yang membalasnya untuk kamu. Walau bagaimanapun apabila kami mulai membalas kata-kata kasarnya itu syetan mula mengambil tempat dan duduk di antara kamu. yang demikian itu aku tidak mau duduk bersama-sama dengan syaitan".

Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi: "Ya Abu Bakar ! Terdapat tiga perkara yang benar yaitu:
1) Apabila seorang hamba itu dizalimi dengan satu kezaliman, maka dia meninggalkan tempat itu semata-mata kerana Allah, Allah akan menguatkan dan membantunya.
2) Apabila seseorang itu membuka pintu kedermawannannya dan memberi hadiah, maka Allah akan menambahkan kekayaannya.
3) Apabila seseorang itu mula meminta-minta untuk menambahkan kekayaannya, maka Allah akan mengurangkan kekayaannya.

TUJUH MACAM PAHALA YANG DAPAT DINIKMATINYA SELEPAS MATINYA

Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1) Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.
2) Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
3) Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4) Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
5) Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
6) Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7) Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

Sujud Bikin Cerdas, Tawarruk

Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!

Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Ftidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.


BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dalam.

PACU KECERDASAN

Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR

Gerakan gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.

Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

AWET MUDA

Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruh besar pada kekencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher.. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghin¬darkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.
salam


Sumber: dendy_telkom@yahoo.com
















iuh suara menggema ke seluruh gedung olahraga in door di sekolah itu. Mereka menyoraki tim cheerleader sekolahnya yang menang se-Jawa Timur di ajang kompetisi bola basket dan pemandu sorak tahun ini.
Kaylila mendapat giliran pertama keluar dengan saltonya. Semua lantas turut menyoraki Ketua tim cheerleader yang baru menginak kelas 2 sma. Mereka begitu lincah. Seragam merah atasan lengan panjang dan rok selutut plus nikra hitam se-betis cukup ‘sopan’ daripada kostum tahun lalu yang benar-benar rok mini tanpa celana.
Semua mata memandang ke arah mereka. Tim itu begitu popular. Di antara 12 gadis belia itu, banyak di antaranya adalah tergolong kategori the most wanted girl. Mendekati sempurna, wajah cantik, supel dan gaya, mereka dengan mudah menjadi popular.
Tak kecuali Banna, Ketua Umum Aktivis Mushola Al Hamra itu memandang mereka. Tapi yang ini pandangan sinis.
“ Lumayanlah, kostumnya sekarang cukup sopan. Soalnya Ketua tim-nya itu Kaylila, mantan anak BDI waktu SMP, adik kelasku. ” Komentar Roby yang ada tepat di sebelah Banna, anggota Al Hamra juga.
“ Lumayan apanya?! Aurat tetap aurat!” jawab Banna culas, apalagi mengetahui bahwa mantan anak BDI jadi Ketua tim cheerleader. Memang begitu karakternya, cukup pedas. Tapi sebenarnya hatinya lembut. “ Kita harus bertindak!” lanjut Banna.
“ Masih inget kan apa kata Boy? Kita nggak bisa apa-apa Ban…” ucap Roby. Boy, Ketua Osis. Tahun lalu, Banna ikut dalam aksi penututan pembubaran ekskul cheerleader bersama para seniornya, tapi usaha mereka gagal. Kepala Sekolah tentu tak mungkin membubarkan ekskul yang meraih banyak prestasi itu. Dan tahun ini, Boy yang memang suka pada Kaylila, keburu mengancam aktivis Al Hamra untuk tidak melakukan aksi apa pun.
“ Masa mau diem aja kita diinjak-injak begini?!” lanjut Banna.
“ Trus mau apa? Syuro kemaren juga nggak memutuskan apa-apa kan?”
Banna berpikir sebentar. Kemudian menoleh ke salah satu sudut di gedung itu yang cukup aman.
“ Ikhwan semuanya!! Kita ke sana!” kaya Banna kemudian memberi arahan pada beberapa aktivis Al Hamra yang ada di sekitarnya. Dengan terheran mereka pun menuruti perintah Ketua-nya.
Sesampai di tempat yang dimaksud, masih di dalam gedung itu, Banna kemudian meninstruksikan untuk membentuk halaqoh,
“ Assalamu’alaiku Warohmatullahi Wabarokatuh.” Katanya, semua menjawab salamnya. Siswa lain mulai heran dengan apa yang dilakukan mereka. Para penonton yang tadinya bersorak sorai dengan tarian tim chherleader di tengah lapangan mulai terganggu ‘konsentrasinya’ karena adanya segerombolan anak membentuk lingkaran di salah satu sudut ruangan. Meski Banna dan teman-temannya tidak menganggu jalannya penampilan tin cheerleader, tapi mereka berhasil menarik perhatian yang lainnya, bahkan Pers Sekolah pun sempat memotret mereka.
Singkatnya, Banna memberi tausyiah ringan tentang bahaya kemaksiatan. Yang lain pun mendengarkan dengan baik. Rupanya mereka faham mengapa tiba-tiba sang Ketua menyuruh mereka melakukan itu. Ini adalah salah satu bentuk aksi penolakan, tapi tidak kelihatan seperti aksi sehingga Boy pun tak bisa protes karena mereka memang tidak aksi.
Di tribun Boy geram. “ Banna… liat saja nanti.” Gumamnya.
Beberapa menit setelah penampilan tim cheerleader itu, Banna dan yang lainnya pun ikut bubar, kemudian menyebar ke seluruh penjuru tribun, kecuali Banna. Dia menuju mushola, sudah pukul 09.00, dia hendak menunaikan sholat Dhuha.
Jalan menuju Mushola ternyata melewati sebuah kelas yang digunakan tim cheerleader ganti kostum dan istirahat. Cukup kaget, Kirana, satu-satunya anggota tim yang sudah kelas 3 tiba-tiba muncul dan mendorongnya.
“ Apa maksudnya tadi di pinggir lapangan?!” bentaknya. Banna langsung beristighfar. Banna tidak mempermasalahkan bentakan Kirana, tapi tangan Kirana yang mendorong dada Banna-lah yang dia permasalahkan. Bukan muhrim.
“ Jaga tangan kamu!” balas Banna.
“ Sok alim! Nggak tahan ya liat saya yang sexi gini!” balas Kirana lagi bahkan sambil mendekat pada Banna.
Ya Allah, perempuan ini… Banna terus beristighfar sambil memundurkan langkah.
Mendengar kehebohan itu Kaylila yang sudah ganti dengan seragam keluar lebih dulu.
“ Ya, kamu cantik. Tapi lebih cantik lagi kalau tidak mempertotonkan tubuh kamu di depan ratusan mata dan menutup aurat kamu.” kata Banna, datar. Kata – kata itu begitu menusuk, bukan menusuk hati Kirana yang ada di depan Banna, tapi menusuk hati Kaylila yang juga mendengarnya.
Mempertontonkan tubuh di depan ratusan mata… benar. Menutup aurat… itu juga benar. Batin Kaylila.
“ Munafik! ” balas Kirana.
Tapi Kaylila merasa tak pantas. Dia sadar apa yang dikatakan Banna itu benar. Dia teringat semua ajaran Mbak Inay, guru ngajinya ketika SMP bahwa seorang perempuan harus menutup aurat. Seketika itu juga dia merasa sangat malu, apalagi begitu Banna menyadari kehadirannya, dia malu berdiri di hadapan sang Ketua Aktivis Mushola Al Hamra itu.
“ Kak, ayo…” Kaylila buru-buru menarik tangan Kirana untuk masuk kembali ke kelas. Tapi Kirana menampik tangannya. “ Aku belum selesai urusan sama ni anak!” lanjut Kirana, kembali mendekat pada Banna.
“ Kak, jangan begitu, ayo..” ajaknya lagi. Kaylila tak berani memandang Banna.
“ Kay! Dia tadi yang ngganggu kita! Tahun lalu dia juga nge-recoki kita. Kita laporin ke Boy aja!” lanjut Kirana masih dengan menampik tangan Kaylila.
“ Udahlah Kak, dia melakukan hal yang benar kan…?” ucap Kaylila spontan. Kirana mengernyitkan dahi mendengarnya.
“ Kamu bilang apa Kay? Kok kamu nggak bela tim kamu sih?” lanjut Kirana yang memang emosional. Saat itulah Banna mengambil kesempatan untuk segera pergi dari tempat itu, segera menuju Mushola dengan seribu pertanyaan di hatinya.


Sore tiba, tapi Banna masih ada di sekretriat Al Hamra untuk membersihkan beberapa berkas sendirian. Boy kemudian masuk dan langsung menutup pintu sekret kecil itu.
“ Saya ingatkan sekali lagi, kalau kamu bikin masalah sama tim cheerleader lagi…” belum selesai Boy mengancam, Banna menimpal, “ Saya tidak bikin masalah, saya kan cuma halaqoh, tempatnya kan bebas…”. Boy semakin geram, tapi kemudian keluar begitu suara kesayangannya memanggilnya. “ Boy…” Kaylila rupanya.
“ Ya? Pulang sekarang Kay?” tanya Boy. Kaylila mengangguk.
Banna memandang terus ke arah mereka, sampai mereka tak terlihat lagi.
Jadi itu Kaylila. Ketua Tim Cherrleader yang dulu anak BDI.

Dia melakukan hal yang benar kan….
Kata-kata Kaylila siang tadi terngiang terus dalam benak Banna. Apa apa ini? Tapi Banna berhasil meyakinkan dirinya bahwa dia hanya menyayangkan tentang Kaylila, karena sebenarnya Kaylila pasti faham hukum menutup aurat, tapi kenapa tidak segera melaksanakannya?
Betapa pun, derajat Kaylila kini cukup naik di mata Banna dibandingkan dengan anggota tim cheerleader yang lainnya.

“ Mbak, saya pengen pake jilbab nanti waktu SMA…” ujar Kaylila SMP.
“ o ya? Barakallah ya niatnya Subhanallah bagus sekali…” ucap guru ngajinya, Inayah.

Itu tiga tahun yang lalu saat Kaylila masih SMP. Pakai jilbab? Siapkah?
Wajah Kaylila yang manis membuatnya ternyata cukup popular di kelas, beberapa teman yang mengetahui keluwesannya dalam menari pun mengajaknya untuk ikut ekskul cheerleader. Maka prestasinya pun melesat, di akhir kelas1 saja ia sudah diangkat jadi Ketua Cheerleader. Niatnya untuk meutup aurat pun tertunda.
Kaylila sempat meneteskan airmata bada Subuh itu, dia kangen sekali dengan suasana Mushola di SMP-nya dulu.

Dibukanya lemari bajunya, lipatan kaos berwarna-warni tak membuatnya bahagia, dia menyadari itu, begitu pula dengan tumpukan jeans, dengan segala model-nya, itu juga tak membuatnya bahagia.
Kemudian dibukanya sebuah laci kecil, ada sehelai kain kotak berwarna coklat, masih rapi di dalam plastik. Itu kain jilbab pemberian Mbak Inayah. Dibukanya, lalu dipakainya.
Ah, cantiknya…


Berhari-hari sudah sejak kejadian itu. Batin Kaylila cukup bergejolak. ANtara ingin memakai jilbab, dan meneruskan kariernya di dunia pemandu sorak. Dua bulan lagi, ada kontes pemandu sork se-Jatim.

Kaylila tidak kenal Banna. Hanya sebatas tahu, bahwa anak Kelas 3 IPA 1 itu Ketua Al Hamra. Tahun lalu, Kaylila ikut berhadapan dengan aksi para anggota Al Hamra di lapangan depan Ruang Kepala Sekolah. Tapi saat itu dia sedang lupa, kepopuleran membuatnya melambung tinggi, nasehat-nasehat yang tertulis di karton besar yang dibawa dan diangkat oleh para aktivis Al Hamra tidak menyentuh hatinya sama sekali.
Banna memang terkenal tegas dalam agama. Tapi ia tetap banyak teman, tentu teman yang memang memahami bahwa Banna melakukan hal yang benar. Entah kenapa, setiap bertemu Banna Kaylila salah tingkah, malu.

Hari itu hari Sabtu, pelajaran agama untuk kelas 2 IPA 1, kelas Kaylila. Dipakainya seragam pramuka panjangnya. Biasanya dia memakai jilbab hanya ketika pelajaran agama, itu pun hanya di gantungkan saja, tidak ditutup rapat. Tapi hari itu, dipakainya jilbabnya sejak pagi dengan rapi dan cukup syar’i.

“ Kay…?” salah satu teman genk-nya merasa surprise melihat penampilan Kaylila. Kaylila sedikit malu dan salah tingkah “ pelajaran agama Hanna…” kata Kaylila kemudian.
“ Tapi kan nggak pernah kamu pake dari pagi?”
“ Pengen aja, nggak boleh?”
“ cantik kok.”

Yang lainnya, hampir smeua berkomentar Kaylila sangat pantas menggunakannya, meski kemudian mereka yakin bahwa hanya hari Sabtu saja Kaylila mengenakannya.
Boy pun cukup kaget melihatnya. “ Lebih anggun…” pujinya. Dalam hati, Kaylila merasa teriris-iris. Mereka memuji karena Kaylila memang popular. Segala yang dikenakannya selalu pantas. Karena pakaian luar Kaylila, karena penampilan dan fisik Kaylila, bukan karena pribadinya…


Dalam tas itu, Kaylila membawa mushaf-nya, Sabtu-Sabtu sebelumnya, Kaylila membawanya karena memang wajib dibawa, tapi kali ini, dia membawa mushaf itu dengan segenap hatinya.
Merasa penat, Kaylila istirahat di mushola Al Hamra. Kemudian membaca beberapa ayat. Dia kemudian menyadari, sudah lama sekali dia tak mengaji.

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka mengubah diri mereka…
Surat Ar Ra’d ayat 11 itu begitu menyentuh. Wajah Kaylila hangat. Sebutir air menetes dari matanya.
Menutup aurat, menutup aurat… bergejolak terus…

Mushola Al Hamra berjendela panjang dari atas ke bawah. Kalau bukan aktivis akhwat Al Hamra yang ada di sana, gorden jendela itu tidak pernah ditutup, supaya terang dan tentunya siapa yang ada di dalamnya hamper bisa dilihat. Begitu pun dengan Kaylila, meski dia sudah ‘mojok’ di samping lemari, tapi tetap saja terlihat.

Tepat sekali, ketika itu Banna sedang menuju mushola, karena baru dari kamarmandi, jadi dia melewati depan mushola bagian akhwat. Gorden tidak tertutup, jadi dia yakin bahwa bukan akhwat yang ada di sana, maka ia memberanikan diri menoleh kea rah mushola itu begitu lewat, hanya penasaran saja, di depan mushola itu ada sepatu bagus, siapa kira-kira yang sedang di mushola…

Betapa kaget. Seorang perempuan, sedang membaca mushaf dengan berlinang airmata. Dan itu… dia! Kaylila! Mantan aktifis!

Seharian tadi dia memang sudah mendengar tentang Kalila yang memakai jilbab sejak pagi. Dia lewat di depan gerombolan Boy ketika mereka mengomentari Kaylila. Entah kenapa, sejak kejadian tidak penting itu, Banna merasa ada perhatian khusus terhadap Boy, atau pun cerita-cerita lain tentang Kaylila, maupun tim cheerleadernya. Termasuk ketika tidak sengaja dia mendengar salah satu teman Boy berkata, “Kelamaan lu! Kaylila sekarang pakai jilbab deH!”. Banna mengerti maksudnya. Murid yang berjilbab di sekolah itu hamper sebagian besar tidak mau pacaran karea sudah tau hukumnya. Teman Boy itu, mungkin menyindir Boy, Boy terlalu lama untuk ‘menembak’ Kaylila sehingga sekarang Kaylila sudah berjilbab, meski itu hanya bercanda karena mereka masih yakin kalau kaylila hanya mengenakan jilbab itu di hari itu saja. Itu hanya sindiran.

Kini, dia melihat Kaylila. Pemandangan yang begitu mempesona, batinnya. Seorang pemandu sorak mengenakan jilbab, mengaji sambil berlinang airmata… Diam-diam Banna berdoa untuk Kaylila…
______________________________________________________________
“ Ukh, ana dengar dari akh Roby, katanya dulu Kaylila, Ketua Cheerleader itu, dulu aktif di BDI SMP. Anti dekati dia, menurut ana sebenarnya dia cukup hanif.” kata Banna. Dengan sengaja menelpon Putri, Kaput Al Hambra hanya untuk membicarakan itu.
“ Kaylila? Oh ya, ana tau. Oh ya? Dulu dia ikut BDI SMP? SMP barapa memangnya akh?”
“ Wah, ana nggak Tanya akh Roby mereka smp berapa. Yang jelas itu ukh, tadi ana ngeliat Kaylila itu di mushola, ngaji sambil nangis. Tapi untuk hal ini nggak usah di blow up ya, cukup anti yang tau. Hari ini kan dia pakai jilbab, nggak seperti biasanya, biasanya cuma kain kerudung, bukan jilbab.”
Mendengar Ketua-nya cerita cukup banyak tentang kaylila, sang Kaput heran… kok tau? Kok seperhatian itu pada Kaylila?

Cukup lega, setelah kemaren menitpkan Kaylila pada Putri, Putri terkenal pandai ‘menggaet’ teman-temannya sampai bisa halaqoh. Semoga berhasil….

MATERI BULETIN PERTAMA SKI PGSD

IKHLAS DAN BEBERAPA PERUSAKNYA
Pentingnya amalan hati
Secara umum amalan hati lebih penting dan ditekankan daripada amalan lahiriyah. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah mengatakan:"Bahwasanya ia meru pakan pokok keimanan dan landasan utama agama, seperti mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala dan rasulNya, bertawakal kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , ikhlas dalam menjalankan agama semata-mata karena Allah Subhannahu wa Ta'ala , bersyukur kepadaNya, bersabar atas keputusan atau hukumNya, takut dan berharap kepadaNya,.. dan ini semua menurut kesepakatan para ulama adalah perkara wajib (Al fatawa 10/5, juga 20/70)
Imam Ibnu Qayyim juga pernah berkata: "Amalan hati merupakan hal yang pokok dan utama, sedangkan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat ibarat ruh, dan gerakan anggota badan adalah jasadnya. Jika ruh itu terlepas maka matilah jasad. Oleh karena itu memahami hukum-hukum yang berkaitan dengan hati lebih penting daripada memahami hukum-hukum yang berkaitan dengan gerakan anggota badan (Badai 'ul Fawaid 3/224).
Lebih jauh lagi dalam kitab yang sama beliau menegaskan bahwa perbuatan yang dilakukan anggota badan tidak ada manfaatnya tanpa amalan hati, dan sesungguhnya amalan hati lebih fardhu (lebih wajib) bagi seorang hamba daripada amalan anggota badan.
Kedudukan Ikhlas
Ikhlas merupakan hakikat dari agama dan kunci dakwah para rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam .
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: " Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. 98:5)
Juga firmanNya yang lain, artinya: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. 67:2)
Berkata Al Fudhail (Ibnu Iyadl, penj), makna dari kata ahsanu 'amala (lebih baik amalnya) adalah akhlasuhu wa Ashwabuhu, yang lebih ikhlas dan lebih benar (sesuai tuntunan).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu beliau berkata: 'Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya: "Aku adalah Tuhan yang tidak membutuhkan persekutuan , barang siapa melakukan suatu per-buatan yang di dalamnya menyekutukan Aku dengan selainKu maka Aku tinggalkan dia dan juga sekutunya." (HR. Muslim).
Oleh karenanya suatu ketaatan apapun bentuknya jika dilakukan dengan tidak ikhlas dan jujur terhadap Allah, maka amalan itu tidak ada nilainya dan tidak berpahala, bahkan pelakuknya akan menghadapi ancaman Allah yang sangat besar. Sebagaimana dalam hadits, bahwa manusia pertama yang akan diadili pada hari kiamat nanti adalah orang yang mati syahid, namun niatnya dalam berperang adalah agar disebut pemberani. Orang kedua yang diadili adalah orang yang belajar dan mengajarkan ilmu serta mempelajari Al Qur'an, namun niatnya supaya disebut sebagai qori' atau alim. Dan orang ketiga adalah orang yang diberi keluasan rizki dan harta lalu ia berinfak dengan harta tersebut akan tetapi tujuannya agar disebut sebagai orang yang dermawan. Maka ketiga orang ini bernasib sama, yakni dimasukkan kedalam Neraka. (na'udzu billah min dzalik).
Pengertian Ikhlas
Ada beberapa pengertian ikhlas, diantarnya:
• Semata-mata bertujuan karena Allah ketika melakukan ketaatan.
• Ada yang mengatakan ikhlas ialah membersihkan amalan dari ingin mencari perhatian manusia.
• Sebagian lagi ada yang mendefinisikan bahwa orang yang ikhlas ialah orang yang tidak memperdulikan meskipun seluruh penghormatan dan peng-hargaan hilang dari dirinya dan berpindah kepada orang lain,karena ingin memperbaiki hatinya hanya untuk Allah semata dan ia tidak senang jikalau amalan yang ia lakukan diperhatikan oleh orang,walaupun perbuatan itu sepele.
Ditanya Sahl bin Abdullah At-Tusturi, Apa yang paling berat bagi nafsu? Ia menjawab: "Ikhlas, karena dengan demikian nafsu tidak memiliki tempat dan bagian lagi." Berkata Sufyan Ats-Tsauri: "Tidak ada yang paling berat untuk kuobati daripada niatku, karena ia selalu berubah-ubah."
Perusak-perusak Keikhlasan
Ada beberapa hal yang bisa merusak keikhlasan yaitu:
• Riya' ialah memperlihatkan suatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang-orangpun memujinya.
• Sum'ah, yaitu beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain (mencari popularitas).
• 'Ujub, masih termasuk kategori riya' hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan keduanya dengan mengatakan bahwa: "Riya' masuk didalam bab menyekutukan Allah denga makhluk, sedang ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri-sendiri. (Al fatawaa, 10/277)
Disamping itu ada bentuk detail dari perbuatan riya' yang sangat tersembunyi, atau di sebut dengan riya' khafiy' yaitu:
1. Seseorang sudah secara diam-diam melakukan ketaatan yang ia tidak ingin menampakkannya dan tidak suka jika diketahui oleh banyak orang, akan tatapi bersamaan dengan itu ia menyukai kalau orang lain mendahului salam terhadapnya, menyambutnya dengan ceria dan penuh hormat, memujinya, segera memenuhi keinginannya, diperlakukan lain dalam jual beli (diistimewakan), dan diberi keluasan dalam tempat duduk. Jika itu semua tidak ia dapatkan ia merasa ada beban yang mengganjal dalam hatinya, seolah-olah dengan ketaatan yang ia sembunyikan itu ia mengharapkan agar orang selalu menghormatinya.

2. Menjadikan ikhlas sebagai wasilah (sarana) bukan maksud dan tujuan.
Syaikhul Islam telah memperingatkan dari hal yang tersembunyi ini, beliau berkata: "Dikisahkan bahwa Abu Hamid Al Ghazali ketika sampai kepadanya, bahwa barangsiapa yang berbuat ikhlas semata-mata karena Allah selama empatpuluh hari maka akan memancar hikmah dalam hati orang tersebut melalui lisanya (ucapan), berkata Abu Hamid: "Maka aku berbuat ikhlas selama empat puluh hari, namun tidak memancar apa-apa dariku, lalu kusampaikan hal ini kepada sebagian ahli ilmu, maka ia berkata: "Sesungguhnya kamu ikhlas hanya untuk mendapatkan hikmah, dan ikhlasmu itu bukan karena Allah semata.
Kemudian Ibnu Taymiyah berkata: "Hal ini dikarenakan manusai terkadang ingin disebut ahli ilmu dan hikmah, dihormati dan dipuji manusia, dan lain-lain, sementara ia tahu bahwa untuk medapatkan semua itu harus dengan cara ikhlas karena Allah.Jika ia menginginkan tujuan pribadi tapi dengan cara berbuat ikhlas karena Allah,maka terjadilah dua hal yang saling bertentangan. Dengan kata lain, Allah di sini hanya dijadikan sebagai sarana saja, sedang tujuannya adalah selain Allah.
3. Yaitu apa yang diisyaratkan Ibnu Rajab beliau berkata: "Ada satu hal yang sangat tersembunyi, yaitu terkadang seseorang mencela dan menjelek-jelekan dirinya dihadapan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut menganggapnya sebagai orang yang tawadhu' dan merendah, sehingga dengan itu orang justru mengangkat dan memujinya. Ini merupakan pintu riya' yang sangat tersembunyi yang selalu diperingatkan oleh para salafus shaleh.
Cara-cara mengobati riya'
1. Harus menyadari sepenuhnya , bahwa kita manusia ini semata-mata adalah hamba. Dan tugas seorang hamba adalah mengabdi dengan sepenuh hati, dengan mengharap kucuran belas kasih dan keridhaanNya semata.
2. Menyaksikan pemberian Allah, keutamaan dan taufikNya, sehingga segala sesuatunya diukur dengan kehendak Allah bukan kemauan diri sendiri.
3. Selalu melihat aib dan kekurangan diri kita, merenungi seberapa banyak bagian dari amal yang telah kita berikan untuk hawa nafsu dan syetan. Karena ketika orang tidak mau melakukan suatu amal, atau melakukannya namun sangat minim maka berarti telah memberikan bagian (yang sebenarnya untuk Allah), kepada hawa nafsu atau syetan.
4. Memperingatkan diri dengan perintah-perintah Allah yang bisa memperbaiki hati.
5. Takut akan murka Allah, ketika Dia melihat hati kita selalu dalam keadaan berbuat riya'.
6. Memperbanyak ibadah-ibadah yang tersembunyi seperti qiyamul lail, shadaqah sirri, menagis karena Allah dikala menyandiri dan sebagainya.
7. Membuktikan pengagungan kita kepada Allah, dengan merealisasikan tauhid dan mengamalkannya.
8. Mengingat kematian dan sakaratul maut, kubur dan kedah syatannya, hari akhir dan huru-haranya.
9. Mengenal riya', pintu-pintu masuk dan kesamarannya, sehingga bisa terbebas darinya.
10. Melihat akibat para pelaku riya' baik di dunia maupun di akhirat.
11. Meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah dari perbuatan riya'dengan membaca doa:"Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat syirik padahal aku mengetahui,dan aku mohon ampun atas apa-apa yang tidak ku ketahui."
Wallahu a'lam bis shawab.
Disarikan dari buku al ikhlash wa asy syirkul asghar,Dr Abdul Aziz bin Muhammad Al Abdul Lathif, Darul Wathan Riyadh (Ibnu Djawari)

MA'RIFATU HADIST DAN TAFSIR HADIST ARBAIN NO.1

Ketaatan Ibnu Umar Mengikuti Sunnah

Dari lbnu Sirrin katanya, "Suatu ketika aku bersama Ibnu Umar ra. di Arafah. Ketika ia pulang, aku pulang bersamanya sehingga kami menjumpai imam maka ia shalat Dzuhur dan Ashar bersama kami, Kemudian ia wukuf bersamaku dan kawan-kawanku sampai imam turun ke kota Mekkah dan kami pun ikut turun ke Mekkah bersamanya, ketika kami sampai di lorong Ma'jamani maka ia turun dari untanya dan kami pun melakukan hal yang sama sehingga kami mengira kalau ia akan mengerjakan shalat. Kata pelayannya yang senantiasa memegang kendali untanya bahwa sesungguhnya ia (Ibnu Umar ra.) bukan akan mengerjakan shalat akan tetapi ia ingat pada Nabi Saw. ketika beliau lewat di tempat ini beliau sempat buang hajat dan ia pun ingin buang hajat semata-mata meniru apa telah dilakukan oleh beliau Saw." (Ahmad, At-Targhib.1/47).

Dikabarkan bahwa lbnu Umar ra. pernah mendatangi sebuah pohon yang ada di antara Mekkah dan Madinah. Kemudian ia beristirahat di bawahnya dan ia berkata bahwasannya ia melakukan hal itu dikarenakan Rasulullah Saw. telah melakukannya." (Bazzar.Al-Haitsann.1/175,At-Targhib.1/46).

Dari Nafi' bahwasannya lbnu Umar ra. senantiasa mengikuti jejak Rasulullan Saw. sampai pun setiap tempat yang pernah Rasuluilah Saw. shalat di tempat itu ia selalu mengikuti beliau Saw. Sehingga di suatu pohon yang Rasulullah Saw. pernah berteduh di bawahnya dan ia selalu menyirami pohonan tersebut agar tidak mati maka ibnu Umar ra. pun tidak ketinggalan mengikutinya" (Ibnu Katsir Kanzul Ummal. 7/59).

Dari Mujahid katanya. "Pernah kami berpergian bersama lbnu Umar ra. Ketika tiba di suatu tempat. maka ia menggoyang ke kiri dan ke kanan. Ketika aku tanyakan. "Mengapa engkau berbuat demikian?" Ibnu Umar ra. menjawab. "Aku melihat Rasulullah SAW pernah melakukannya seperti itu di sini, maka aku menirunya (Ahmad,Bazzar,At-Targhib,1/46).

Dari Nafi bahwa Ibnu Umar ra. pernah berpergian, ketika di jalan menuju kota Mekkah ia menundukkan kepala kendarannya seraya berkata, "Andaikan telapak kaki untaku dapat menginjak bekas telapak kaki unta Rasulullah Saw." (Abu Nuaib Al-Hilyah).
Dari Nafi' katanya, "Jikalau engkau melihat apa saja yang dilakukan oleh Ibnu Umar ra. dalam mengikuti sunah Nabi SAW, pasti engkau akan mengatakan. "Orang ini gila". (AbuNuaim,Al-Hakim,3/561)


Dari 'Aisyah ra. katanya. "Tidak ada seorang pun yang senantiasa mengikuti perilaku Nabi SAW". seperti yang dilakukan oleh lbnu Umar ra."

Dari Asim Al-Ahwal dari seorang sahabat katanya, Tidak seorang pun yang melihat kelakuan Ibnu Umar ra. kecuali ia akan mengira bahwa apa yang dilakukanoleh Ibnu Umar adalah yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW. (Ibnu Nu'aim dalam bukunya 1/30, Ibnu Sa'ad dalam bukunya 1/107).

Hadit Arbain ke-1

Diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Dan setiap orang itu akan mendapat sesuatu sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka Hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya maka Hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya

Niat bukan bersumber dari lisan berupa ucapan.akan tetapi niat bersumber dari desakan rasa yang terbesit dalam hati yang kemudian diterjemahkan oleh lisan kita. Jadi niat adalah suatu amalan yang tidak tampak,niat adalah amalan yang ada dalam hati kita

Dalam hadits ini Rosulullah Salallahu Alaihi Wa Salam menegaskan bahwa standar yang menjadi timbangan amal disisi Allah bukanlah bentuk lahiriyah yang ada dalam diri manusia saja tapi yang terutama adalah berupa bisikan spirit dari relung hati kita.Dan Ingatlah, Allah Maha mengetahui segala sesuatu hatta itu berupa lintasan-lintasan hati kita yang sangat halus sekalipun.

Allah hanya menilai amalan kita sebagai pahala jika amalan itu hanya diniatkan dan diperuntukkan bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja.Jadi barang siapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rosul-Nya,maka kita akan mendapat pahala dan balasan yang baik. Namun jika hijrahnya hanya untuk harta yang diinginkannya,atau dunia agar bisa diperolehnya,maka ia akan mendapatkan dunia dan memilikinya.Begitu pula jika kita mengejar kedudukan maka kita akan mendapatkan kedudukan itu.Akan tetapi kita harus sadar bahwa saat kita mati nanti kita hanya akan dibekali oleh selembar kain kafan yang kita tidak bisa memilihnya sendiri, dan hijrah kita itu tidak akan bermanfaat.Kita akan tinggalkan dunia dengan penuh kehinaan, kefakiran, kerendahan dan kelak akan disiksa karena amal kita yang buruk dan tidak diperuntukkan bagi Allah.

Maroji' : Tafsir Hadist Arbain


Fith-Thariq Ilallah, An-Niyyah wal Ikhlas
(Niat dan Ikhlas)
Perkataan ulama-ulama mengenai urgensi niat :
“Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal …
Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat.”
Pentingnya niat tergambarkan dalam hadits Nabi yang menceritakan tiga orang yang )
PENGANTAR
secara fisik mengerjakan amal kebajikan yang besar tetapi karena tidak dilandasi oleh niat yang ikhlas, maka ketiganya mendapatkan balasan neraka.
“Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya,’Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid’. Allah berfirman,’Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan,’Dia adalah orang yang gagah berani’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al-Qur’an karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan, ‘Dia adalah orang yang berilmu, dan engkau membaca Al-Qur’an agar dikatakan, ‘Dia adalah qari’ (pandai membaca)’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan juga diberi-Nya berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar dinafkahkan harta melainkan aku pun menafkahkannya karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau melakukan hal itu agar dikatakan, ‘Dia seorang pemurah’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian dia diperintahkan agar diseret dengan wajah tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka (HR. Muslim)
Mengapa mereka dibalas dengan adzab padahal secara fisik mereka menunaikan suatu amal kebaikan (bahkan termasuk amal kebaikan yang paling utama (infaq, jihad dan mengajar Al-Qur’an)) ?? Karena mereka telah menipu Allah.
Makna Ikhlasunniyah
Secara bahasa :
• Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih / murni
• Niyat berarti al-qoshdu, artinya maksud / tujuan
Secara istilah :
Ikhlasunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azza wa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat.
Beberapa hal mengenai niat :
• Hakikat niat : Niat adalah tujuan yang terdetik dalam hatimu
• Niat ini merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah. (Maka dari itu tidak pernah dikenal dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam adanya niat dalam ibadah yang dilafazhkan. Tetapi yang kita lihat justru sebagian orang ada yang melafazhkan niat itu)
Pentingnya Ikhlasunniyah
1. Merupakan ruhnya amal
Allah hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka dari itu Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalnya. (Al-Hajj:37)
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya …” (Al Hajj : 37)
2. Salah satu syarat diterimanya amal
“Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
Syarat diterimanya amal atau perbuatan :
1. Bersungguh-sungguh dalam melaksana-kannya
2. Ikhlas dalam berniat
3. Sesuai dengan syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)

3. Penentu nilai/kualitas suatu amal. Satu jenis amal dapat berbeda nilai pahalanya berdasarkan perbedaan niatnya
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung kepada niat. Dan, setiap orang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa ditujunya.” (HR. Al-Bukhary, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa’y)
4. Dapat merubah amal-amal yang mubah dan tradisi menjadi ibadah.
Pekerjaan mencari rezki bisa menjadi ibadah dan jihad fi sabilillahi selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan mencari yang halal.
Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu seksual yang disalurkan orang Mukmin kepada yang halal, bisa mendatangkan pahala di sisi Allah.
“’Dalam persetubuhan salah seorang di antara kalian terdapat shadaqah’. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan birahinya dan dia mendapat pahala karenanya?’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana menurut kalian jika dia meletakkannya pada yang haram, apakah dia mendapat dosa? Begitu pula jika dia meletakkannya pada yang halal, maka dia mendapat pahala’.” (HR. Muslim)
5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah, bahkan sebelum ia melaksanakan amalnya
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Jika hamba-Ku hendak mengerjakan suatu keburukan, maka janganlah kalian (para malaikat) menulisnya sebagai dosa hingga dia mengerjakannya. Jika sudah mengerjakannya, maka tulislah satu dosa yang sama dengannya, dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah satu kebaikan baginya. Dan, jika dia hendak mengerjakan satu kebaikan namun belum mengerjakannya, maka tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia sudah mengerjakannya, maka tulislah baginya sepuluh (pahala) kebaikan yang serupa dengannya hingga tujuh ratus kebaikan”. (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
“Barangsiapa menghampiri tempat tidurnya, sedang dia berniat hendak bangun untuk shalat dari sebagian waktu malam, namun dia tertidur hingga pagi hari, maka ditetapkan baginya seperti yang diniatkannya, dan hal itu merupakan shadaqah atas dirinya dari Rabbnya.”
“Barangsiapa sungguh-sungguh memohon mati syahid kepada Allah, maka Allah menghantarkannya ke kedudukan orang-orang yang mati syahid, sekalipun dia mati di atas tempat tidurnya”
Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1. Senantiasa meluruskan niat sebelum mulai beramal.
Sediakan waktu sejenak setiap akan memulai suatu amal untuk memastikan bahwa dorongan motivasi beramal itu memang benar-benar untuk semata-mata mencapai keridhaan Allah dan bukan untuk ambisi-ambisi lainnya. Setelah niat dalam diri benar, barulah beramal.
2. Menyerahkan segala cintanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat
3. Ilmu yang mantap
Ikhlas tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan membaca dan mengamati kandungan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang membicarakan masalah itu atau membaca perkataan orang-orang shalih. Tidak mungkin seseorang menghadap ke sesuatu di luar jangkauan pengetahuannya.
4. Berteman dengan orang-orang yang ikhlas
Agar bisa mengikuti irama langkah mereka, mengambil pelajaran dari mereka dan mencontoh akhlak mereka.
5. Membaca sirah orang-orang Mushlih
Mengenali kehidupan mereka, mengikuti jejak dan petunjuk mereka.
6. Mujahadah terhadap nafsu
Maksudnya, mengarahkan kehendak untuk memerangi hawa nafsu yang menjurus kepada keburukan, mengendalikan egoisme dan kecenderungan kepada keduniaan, hingga ikhlas karena Allah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-‘Ankabut : 69)
7. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah.
Bukti-bukti Penguat Ikhlas (Pengayaan)
Pertama : Takut Ketenaran
Ketenaran itu sendiri tidak tercela. Tetapi yang tercela itu mencari ketenaran.
Kedua : Menuduh Diri Sendiri
Orang yang mukhlis senantiasa menuduh diri sendiri sebagai orang yang berlebih-lebihan di sisi Allah dan kurang dalam melaksanakan berbagai kewajiban, tidak mampu menguasai hatinya karena terpedaya oleh suatu amal dan taajub terhadap diri sendiri. Bahkan dia senantiasa takut andaikata keburukan-keburukannya tidak diampuni dan takut kebaikan-kebaikannya tidak diterima.
Ketiga : Beramal Secara Diam-diam Jauh dari Sorotan
Amal yang dilakukan secara diam-diam harus lebih disukai daripada amal yang disertai sorotan dan diekspos.
Keempat : Tidak Menuntut Pujian dan Tidak Terkecoh Oleh Pujian
Orang-orang memujimu dari persangkaan mereka tentang dirimu. Maka jadilah engkau orang yang mencela dirimu sendiri karena apa yang engkau ketahui pada dirimu. Orang yang paling bodoh adalah yang meninggalkan keyakinannya tentang dirinya karena ada persangkaan orang-orang tentang dirinya.



Kelima : Tidak Kikir Pujian terhadap Orang Yang Memang Layak Dipuji
Boleh jadi seseorang tidak mau memberikan pujian kepada orang yang layak dipuji, karena ada maksud tertentu di dalam dirinya atau karena rasa iri yang disembunyikan. Karena dia juga tidak mampu untuk melemparkan celaan, maka setidak-tidaknya dia hanya diam dan tidak perlu menyanjungnya
Keenam : Berbuat Selayaknya dalam Memimpin
Orang yang mukhlis karena Allah akan berbuat selayaknya ketika menjadi pemimpin di barisan terdepan dan tetap patriotic ketika berada di barisan paling belakang. Hatinya tidak dikuasai kesenangan untuk tampil. Tetapi dia lebih mementingkan kemaslahatan bersama karena takut ada kewajiban dan tuntutan kepemimpinan yang dia lewatkan.
Dia tidak ambisi dan tidak menuntut kedudukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tetapi jika dia dibebani tugas sebagai pemimpin, maka dia melaksanakannya dan memohon pertolongan kepada Allah agar dia mampu melaksanakannya dengan baik.
Ketujuh : Mencari Keridhaan Allah, Bukan Keridhaan Manusia
Tidak mempedulikan keridhaan manusia jika di balik itu ada kemurkaan Allah. Sebab satu orang dengan yang lain saling berbeda dalam sikap. Berusaha membuat mereka ridha adalah sesuatu yang tidak bertepi.
Kedelapan : Menjadikan Keridhaan dan Kemarahan Karena Allah, Bukan Karena Pertimbangan Pribadi
Boleh jadi engkau pernah melihat orang-orang yang aktif dalam medan dakwah, apabila ada salah seorang rekannya melontarkan perkataan yang mengganggu atau melukai perasaannya, atau ada tindakan yang menyakiti hatinya, maka secepat itu pula dia marah, lalu meninggalkan harakah.
Ikhlas menuntutnya untuk tegar dalam dakwah dan gerak langkahnya, sekalipun orang lain menyalahkan, meremehkan dan bertindak kelewat batas terhadap dirinya. Sebab dia berbuat karena Allah.
Kesembilan : Sabar Sepanjang Jalan
Perjalanan yang panjang, lambatnya hasil yang diperoleh, kesuksesan yang tertunda, kesulitan dalam bergaul dengan berbagai lapisan manusia dengan perbedaan perasaan dan kecenderungan mereka, tidak boleh membuatnya menjadi malas, bersikap santai, mengundurkan diri, atau berhenti di tengah jalan. Sebab dia berbuat bukan sekedar untuk sebuah kesuksesan atau pun kemenangan, tetapi yang paling pokok tujuannya adalah untuk keridhaan Allah dan mengikuti perintah-Nya.
Kesepuluh : Rakus terhadap Amal Yang Bermanfaat
Dia senang melakukan puasa nafilah dan shalat dhuha. Tapi sekalipun waktunya habis untuk mendamaikan orang-orang yang sedang bertikai, maka justru inilah yang lebih dia pentingkan.
Kesebelas : Menghindari Ujub
Yaitu tidak merusak amal dengan ujub, merasa senang dan puas terhadap amal yang telah dilakukannya. Yang seharusnya dilakukan orang Mukmin setelah melaksanakan suatu amal ialah takut kalau-kalau dia telah melakukan kelalaian, disadari maupun tidak disadari.

Maraji’
Dr. Yusuf Qardhawi : Niat dan Ikhlas

KISAH ABU BAKAR DICERCA

Dikeluarkan oleh Ahmad dan At-Tabarani dari Abu Hurairah r.a. bahawa seorang lelaki telah mencerca Abu Bakar r.a. Ketika itu, Rasulullah SAW juga sedang duduk di sana. Baginda SAW tersenyum dan keheranan melihatkan keadaan lelaki tersebut. ketika lelaki itu mula bersikap kurang ajar terhadap dirinya, Abu Bakar r.a. pun membalas beberapa kata lelaki tersebut. Dengan yang demikian, Rasulullah SAW menjadi marah lalu bangun dan dibuntuti oleh Abu Bakar r.a.. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW: "Lelaki itu bersikap kurang ajar terhadap diriku, oleh kerana itu aku membalasnya.
Ketika aku mulai membalasnya, kamu meninggalkan kami di tempat itu".

Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu tidak membalas kata-katanya, terdapat malaikat yang membalasnya untuk kamu. Walau bagaimanapun apabila kami mulai membalas kata-kata kasarnya itu syetan mula mengambil tempat dan duduk di antara kamu. yang demikian itu aku tidak mau duduk bersama-sama dengan syaitan".

Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi: "Ya Abu Bakar ! Terdapat tiga perkara yang benar yaitu:
1) Apabila seorang hamba itu dizalimi dengan satu kezaliman, maka dia meninggalkan tempat itu semata-mata kerana Allah, Allah akan menguatkan dan membantunya.
2) Apabila seseorang itu membuka pintu kedermawannannya dan memberi hadiah, maka Allah akan menambahkan kekayaannya.
3) Apabila seseorang itu mula meminta-minta untuk menambahkan kekayaannya, maka Allah akan mengurangkan kekayaannya.

TUJUH MACAM PAHALA YANG DAPAT DINIKMATINYA SELEPAS MATINYA

Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1) Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.
2) Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
3) Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4) Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
5) Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
6) Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7) Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

Sujud Bikin Cerdas, Tawarruk

Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!

Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Ftidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.


BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dalam.

PACU KECERDASAN

Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR

Gerakan gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.

Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

AWET MUDA

Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruh besar pada kekencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher.. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghin¬darkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.
salam


Sumber: dendy_telkom@yahoo.com
















iuh suara menggema ke seluruh gedung olahraga in door di sekolah itu. Mereka menyoraki tim cheerleader sekolahnya yang menang se-Jawa Timur di ajang kompetisi bola basket dan pemandu sorak tahun ini.
Kaylila mendapat giliran pertama keluar dengan saltonya. Semua lantas turut menyoraki Ketua tim cheerleader yang baru menginak kelas 2 sma. Mereka begitu lincah. Seragam merah atasan lengan panjang dan rok selutut plus nikra hitam se-betis cukup ‘sopan’ daripada kostum tahun lalu yang benar-benar rok mini tanpa celana.
Semua mata memandang ke arah mereka. Tim itu begitu popular. Di antara 12 gadis belia itu, banyak di antaranya adalah tergolong kategori the most wanted girl. Mendekati sempurna, wajah cantik, supel dan gaya, mereka dengan mudah menjadi popular.
Tak kecuali Banna, Ketua Umum Aktivis Mushola Al Hamra itu memandang mereka. Tapi yang ini pandangan sinis.
“ Lumayanlah, kostumnya sekarang cukup sopan. Soalnya Ketua tim-nya itu Kaylila, mantan anak BDI waktu SMP, adik kelasku. ” Komentar Roby yang ada tepat di sebelah Banna, anggota Al Hamra juga.
“ Lumayan apanya?! Aurat tetap aurat!” jawab Banna culas, apalagi mengetahui bahwa mantan anak BDI jadi Ketua tim cheerleader. Memang begitu karakternya, cukup pedas. Tapi sebenarnya hatinya lembut. “ Kita harus bertindak!” lanjut Banna.
“ Masih inget kan apa kata Boy? Kita nggak bisa apa-apa Ban…” ucap Roby. Boy, Ketua Osis. Tahun lalu, Banna ikut dalam aksi penututan pembubaran ekskul cheerleader bersama para seniornya, tapi usaha mereka gagal. Kepala Sekolah tentu tak mungkin membubarkan ekskul yang meraih banyak prestasi itu. Dan tahun ini, Boy yang memang suka pada Kaylila, keburu mengancam aktivis Al Hamra untuk tidak melakukan aksi apa pun.
“ Masa mau diem aja kita diinjak-injak begini?!” lanjut Banna.
“ Trus mau apa? Syuro kemaren juga nggak memutuskan apa-apa kan?”
Banna berpikir sebentar. Kemudian menoleh ke salah satu sudut di gedung itu yang cukup aman.
“ Ikhwan semuanya!! Kita ke sana!” kaya Banna kemudian memberi arahan pada beberapa aktivis Al Hamra yang ada di sekitarnya. Dengan terheran mereka pun menuruti perintah Ketua-nya.
Sesampai di tempat yang dimaksud, masih di dalam gedung itu, Banna kemudian meninstruksikan untuk membentuk halaqoh,
“ Assalamu’alaiku Warohmatullahi Wabarokatuh.” Katanya, semua menjawab salamnya. Siswa lain mulai heran dengan apa yang dilakukan mereka. Para penonton yang tadinya bersorak sorai dengan tarian tim chherleader di tengah lapangan mulai terganggu ‘konsentrasinya’ karena adanya segerombolan anak membentuk lingkaran di salah satu sudut ruangan. Meski Banna dan teman-temannya tidak menganggu jalannya penampilan tin cheerleader, tapi mereka berhasil menarik perhatian yang lainnya, bahkan Pers Sekolah pun sempat memotret mereka.
Singkatnya, Banna memberi tausyiah ringan tentang bahaya kemaksiatan. Yang lain pun mendengarkan dengan baik. Rupanya mereka faham mengapa tiba-tiba sang Ketua menyuruh mereka melakukan itu. Ini adalah salah satu bentuk aksi penolakan, tapi tidak kelihatan seperti aksi sehingga Boy pun tak bisa protes karena mereka memang tidak aksi.
Di tribun Boy geram. “ Banna… liat saja nanti.” Gumamnya.
Beberapa menit setelah penampilan tim cheerleader itu, Banna dan yang lainnya pun ikut bubar, kemudian menyebar ke seluruh penjuru tribun, kecuali Banna. Dia menuju mushola, sudah pukul 09.00, dia hendak menunaikan sholat Dhuha.
Jalan menuju Mushola ternyata melewati sebuah kelas yang digunakan tim cheerleader ganti kostum dan istirahat. Cukup kaget, Kirana, satu-satunya anggota tim yang sudah kelas 3 tiba-tiba muncul dan mendorongnya.
“ Apa maksudnya tadi di pinggir lapangan?!” bentaknya. Banna langsung beristighfar. Banna tidak mempermasalahkan bentakan Kirana, tapi tangan Kirana yang mendorong dada Banna-lah yang dia permasalahkan. Bukan muhrim.
“ Jaga tangan kamu!” balas Banna.
“ Sok alim! Nggak tahan ya liat saya yang sexi gini!” balas Kirana lagi bahkan sambil mendekat pada Banna.
Ya Allah, perempuan ini… Banna terus beristighfar sambil memundurkan langkah.
Mendengar kehebohan itu Kaylila yang sudah ganti dengan seragam keluar lebih dulu.
“ Ya, kamu cantik. Tapi lebih cantik lagi kalau tidak mempertotonkan tubuh kamu di depan ratusan mata dan menutup aurat kamu.” kata Banna, datar. Kata – kata itu begitu menusuk, bukan menusuk hati Kirana yang ada di depan Banna, tapi menusuk hati Kaylila yang juga mendengarnya.
Mempertontonkan tubuh di depan ratusan mata… benar. Menutup aurat… itu juga benar. Batin Kaylila.
“ Munafik! ” balas Kirana.
Tapi Kaylila merasa tak pantas. Dia sadar apa yang dikatakan Banna itu benar. Dia teringat semua ajaran Mbak Inay, guru ngajinya ketika SMP bahwa seorang perempuan harus menutup aurat. Seketika itu juga dia merasa sangat malu, apalagi begitu Banna menyadari kehadirannya, dia malu berdiri di hadapan sang Ketua Aktivis Mushola Al Hamra itu.
“ Kak, ayo…” Kaylila buru-buru menarik tangan Kirana untuk masuk kembali ke kelas. Tapi Kirana menampik tangannya. “ Aku belum selesai urusan sama ni anak!” lanjut Kirana, kembali mendekat pada Banna.
“ Kak, jangan begitu, ayo..” ajaknya lagi. Kaylila tak berani memandang Banna.
“ Kay! Dia tadi yang ngganggu kita! Tahun lalu dia juga nge-recoki kita. Kita laporin ke Boy aja!” lanjut Kirana masih dengan menampik tangan Kaylila.
“ Udahlah Kak, dia melakukan hal yang benar kan…?” ucap Kaylila spontan. Kirana mengernyitkan dahi mendengarnya.
“ Kamu bilang apa Kay? Kok kamu nggak bela tim kamu sih?” lanjut Kirana yang memang emosional. Saat itulah Banna mengambil kesempatan untuk segera pergi dari tempat itu, segera menuju Mushola dengan seribu pertanyaan di hatinya.


Sore tiba, tapi Banna masih ada di sekretriat Al Hamra untuk membersihkan beberapa berkas sendirian. Boy kemudian masuk dan langsung menutup pintu sekret kecil itu.
“ Saya ingatkan sekali lagi, kalau kamu bikin masalah sama tim cheerleader lagi…” belum selesai Boy mengancam, Banna menimpal, “ Saya tidak bikin masalah, saya kan cuma halaqoh, tempatnya kan bebas…”. Boy semakin geram, tapi kemudian keluar begitu suara kesayangannya memanggilnya. “ Boy…” Kaylila rupanya.
“ Ya? Pulang sekarang Kay?” tanya Boy. Kaylila mengangguk.
Banna memandang terus ke arah mereka, sampai mereka tak terlihat lagi.
Jadi itu Kaylila. Ketua Tim Cherrleader yang dulu anak BDI.

Dia melakukan hal yang benar kan….
Kata-kata Kaylila siang tadi terngiang terus dalam benak Banna. Apa apa ini? Tapi Banna berhasil meyakinkan dirinya bahwa dia hanya menyayangkan tentang Kaylila, karena sebenarnya Kaylila pasti faham hukum menutup aurat, tapi kenapa tidak segera melaksanakannya?
Betapa pun, derajat Kaylila kini cukup naik di mata Banna dibandingkan dengan anggota tim cheerleader yang lainnya.

“ Mbak, saya pengen pake jilbab nanti waktu SMA…” ujar Kaylila SMP.
“ o ya? Barakallah ya niatnya Subhanallah bagus sekali…” ucap guru ngajinya, Inayah.

Itu tiga tahun yang lalu saat Kaylila masih SMP. Pakai jilbab? Siapkah?
Wajah Kaylila yang manis membuatnya ternyata cukup popular di kelas, beberapa teman yang mengetahui keluwesannya dalam menari pun mengajaknya untuk ikut ekskul cheerleader. Maka prestasinya pun melesat, di akhir kelas1 saja ia sudah diangkat jadi Ketua Cheerleader. Niatnya untuk meutup aurat pun tertunda.
Kaylila sempat meneteskan airmata bada Subuh itu, dia kangen sekali dengan suasana Mushola di SMP-nya dulu.

Dibukanya lemari bajunya, lipatan kaos berwarna-warni tak membuatnya bahagia, dia menyadari itu, begitu pula dengan tumpukan jeans, dengan segala model-nya, itu juga tak membuatnya bahagia.
Kemudian dibukanya sebuah laci kecil, ada sehelai kain kotak berwarna coklat, masih rapi di dalam plastik. Itu kain jilbab pemberian Mbak Inayah. Dibukanya, lalu dipakainya.
Ah, cantiknya…


Berhari-hari sudah sejak kejadian itu. Batin Kaylila cukup bergejolak. ANtara ingin memakai jilbab, dan meneruskan kariernya di dunia pemandu sorak. Dua bulan lagi, ada kontes pemandu sork se-Jatim.

Kaylila tidak kenal Banna. Hanya sebatas tahu, bahwa anak Kelas 3 IPA 1 itu Ketua Al Hamra. Tahun lalu, Kaylila ikut berhadapan dengan aksi para anggota Al Hamra di lapangan depan Ruang Kepala Sekolah. Tapi saat itu dia sedang lupa, kepopuleran membuatnya melambung tinggi, nasehat-nasehat yang tertulis di karton besar yang dibawa dan diangkat oleh para aktivis Al Hamra tidak menyentuh hatinya sama sekali.
Banna memang terkenal tegas dalam agama. Tapi ia tetap banyak teman, tentu teman yang memang memahami bahwa Banna melakukan hal yang benar. Entah kenapa, setiap bertemu Banna Kaylila salah tingkah, malu.

Hari itu hari Sabtu, pelajaran agama untuk kelas 2 IPA 1, kelas Kaylila. Dipakainya seragam pramuka panjangnya. Biasanya dia memakai jilbab hanya ketika pelajaran agama, itu pun hanya di gantungkan saja, tidak ditutup rapat. Tapi hari itu, dipakainya jilbabnya sejak pagi dengan rapi dan cukup syar’i.

“ Kay…?” salah satu teman genk-nya merasa surprise melihat penampilan Kaylila. Kaylila sedikit malu dan salah tingkah “ pelajaran agama Hanna…” kata Kaylila kemudian.
“ Tapi kan nggak pernah kamu pake dari pagi?”
“ Pengen aja, nggak boleh?”
“ cantik kok.”

Yang lainnya, hampir smeua berkomentar Kaylila sangat pantas menggunakannya, meski kemudian mereka yakin bahwa hanya hari Sabtu saja Kaylila mengenakannya.
Boy pun cukup kaget melihatnya. “ Lebih anggun…” pujinya. Dalam hati, Kaylila merasa teriris-iris. Mereka memuji karena Kaylila memang popular. Segala yang dikenakannya selalu pantas. Karena pakaian luar Kaylila, karena penampilan dan fisik Kaylila, bukan karena pribadinya…


Dalam tas itu, Kaylila membawa mushaf-nya, Sabtu-Sabtu sebelumnya, Kaylila membawanya karena memang wajib dibawa, tapi kali ini, dia membawa mushaf itu dengan segenap hatinya.
Merasa penat, Kaylila istirahat di mushola Al Hamra. Kemudian membaca beberapa ayat. Dia kemudian menyadari, sudah lama sekali dia tak mengaji.

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka mengubah diri mereka…
Surat Ar Ra’d ayat 11 itu begitu menyentuh. Wajah Kaylila hangat. Sebutir air menetes dari matanya.
Menutup aurat, menutup aurat… bergejolak terus…

Mushola Al Hamra berjendela panjang dari atas ke bawah. Kalau bukan aktivis akhwat Al Hamra yang ada di sana, gorden jendela itu tidak pernah ditutup, supaya terang dan tentunya siapa yang ada di dalamnya hamper bisa dilihat. Begitu pun dengan Kaylila, meski dia sudah ‘mojok’ di samping lemari, tapi tetap saja terlihat.

Tepat sekali, ketika itu Banna sedang menuju mushola, karena baru dari kamarmandi, jadi dia melewati depan mushola bagian akhwat. Gorden tidak tertutup, jadi dia yakin bahwa bukan akhwat yang ada di sana, maka ia memberanikan diri menoleh kea rah mushola itu begitu lewat, hanya penasaran saja, di depan mushola itu ada sepatu bagus, siapa kira-kira yang sedang di mushola…

Betapa kaget. Seorang perempuan, sedang membaca mushaf dengan berlinang airmata. Dan itu… dia! Kaylila! Mantan aktifis!

Seharian tadi dia memang sudah mendengar tentang Kalila yang memakai jilbab sejak pagi. Dia lewat di depan gerombolan Boy ketika mereka mengomentari Kaylila. Entah kenapa, sejak kejadian tidak penting itu, Banna merasa ada perhatian khusus terhadap Boy, atau pun cerita-cerita lain tentang Kaylila, maupun tim cheerleadernya. Termasuk ketika tidak sengaja dia mendengar salah satu teman Boy berkata, “Kelamaan lu! Kaylila sekarang pakai jilbab deH!”. Banna mengerti maksudnya. Murid yang berjilbab di sekolah itu hamper sebagian besar tidak mau pacaran karea sudah tau hukumnya. Teman Boy itu, mungkin menyindir Boy, Boy terlalu lama untuk ‘menembak’ Kaylila sehingga sekarang Kaylila sudah berjilbab, meski itu hanya bercanda karena mereka masih yakin kalau kaylila hanya mengenakan jilbab itu di hari itu saja. Itu hanya sindiran.

Kini, dia melihat Kaylila. Pemandangan yang begitu mempesona, batinnya. Seorang pemandu sorak mengenakan jilbab, mengaji sambil berlinang airmata… Diam-diam Banna berdoa untuk Kaylila…
______________________________________________________________
“ Ukh, ana dengar dari akh Roby, katanya dulu Kaylila, Ketua Cheerleader itu, dulu aktif di BDI SMP. Anti dekati dia, menurut ana sebenarnya dia cukup hanif.” kata Banna. Dengan sengaja menelpon Putri, Kaput Al Hambra hanya untuk membicarakan itu.
“ Kaylila? Oh ya, ana tau. Oh ya? Dulu dia ikut BDI SMP? SMP barapa memangnya akh?”
“ Wah, ana nggak Tanya akh Roby mereka smp berapa. Yang jelas itu ukh, tadi ana ngeliat Kaylila itu di mushola, ngaji sambil nangis. Tapi untuk hal ini nggak usah di blow up ya, cukup anti yang tau. Hari ini kan dia pakai jilbab, nggak seperti biasanya, biasanya cuma kain kerudung, bukan jilbab.”
Mendengar Ketua-nya cerita cukup banyak tentang kaylila, sang Kaput heran… kok tau? Kok seperhatian itu pada Kaylila?

Cukup lega, setelah kemaren menitpkan Kaylila pada Putri, Putri terkenal pandai ‘menggaet’ teman-temannya sampai bisa halaqoh. Semoga berhasil….