Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Selasa, 15 Februari 2011

SEJARAH NLP


SEJARAH NLP
Sejarah NLP (Neuro Linguistic Programming) bermula di California pada
awal 1972 ketika Richard Bandler, mahasiswa University of Santa Cruz
bersepakat dengan John Grinder, profesor bahasa, untuk mempelajari
kesempurnaan keterampilan berkomunikasi. Kesempurnaan ini
ditampilkan oleh beberapa orang yang terbukti mampu menyembuhkan
klien yang tergolong “orang sulit” (atau bagi kebanyakan orang sudah
layak disebut sebagai “mustahil”). Orang-orang yang terbukti mampu dan
kemudian dijadikan model adalah:
• Virginia Satir, yang mengembangkan Conjoint Family Therapy.
• Fritz Perls, yang mendirikan aliran Gestalt Psychology.
• Milton H. Erickson, yang mengembangkan Clinical
Hypnotherapy.
Bandler dan Grinder menemukan bahwa meskipun ketiga orang itu
berbeda gaya dan kepribadian, ternyata ada pola yang sama dalam
melakukan komunikasi. Pola itu memungkinkan ketiga orang tersebut
mencapai kesempurnaan teknik komunikasi di bidang masing-masing.
Jika benar demikian, pikir Bandler & Grinder, tentunya pola yang sama
bisa dipakai untuk mencapai kesempurnaan di bidang lain. Hasil
penelitian terhadap ketiga orang ini menjadi bahan baku bagi NLP.
Selanjutnya Bandler dan Grinder memperkaya NLP dengan menyerap
masukan dari:
• Alfred Korzybski, ahli lingustic, tentang mental map.
• Noam Chomsky, ahli linguistic, tentang deep & surface
structure .
• Gregory Bateson, ahli antropologi, tentang logical level.
Kini NLP tidak hanya dipakai untuk keperluan terapetis, melainkan
meluas pada berbagai disiplin di berbagai negara di dunia. Aplikasinya
beragam mulai dari menghentikan kebiasaan buruk hingga menguasai
gerakan senam, mulai dari rekrutmen pramugari sampai pelatihan sniper.
APA ITU NLP
NLP dapat dirunut dari ketiga kata pembentuknya, neuro-linguisticprogramming.
Dengan neuro, NLP mendasarkan teknik-tekniknya pada
fakta bahwa syaraf memegang peran sentral bagi seseorang dalam
menyerap pengalaman. Bagaimana syaraf (dan berikutnya otak)
menafsirkan pengalaman tersebut dan menggerakkan tubuh sesuai ta fsir
atas pengalaman itu. Dengan kata lain, otak dan saraf lah yang
sesungguhnya mengalami sesuatu.
Dengan linguistic, NLP menunjukkan bahwa neuro dapat dipengaruhi
oleh bahasa dalam menafsirkan suatu pengalaman. Kata tertentu dapat
mempengaruhi otak agar memberi tafsir tertentu terhadap suatu
pengalaman. Pengalaman yang sama akan diberi tafsr berbeda oleh otak
jika dirangsang dengan kata yang berbeda.
Dengan programming, NLP memberi kesempatan kepada kita untuk
mengambil prakarsa mengendalikan cara otak/neuro dalam menafsirkan
pengalaman melalui pengaturan rangsang bahasa.
KONSEP NLP
NLP yang dikembangkan oleh 2 orang kini mencakup beberapa
aliran, ratusan buku dan ribuan program pelatihan maupun seminar.
Sebagai pengantar kepada aneka ragam pilihan ini, kami kutipkan
beberapa konsep yang mendasari Buku Panduan Ini.
• Presuposisi
• Rapport (Pacing – Leading)
• Metafora
PRESUPOSISI
Jika kita mempelajari sesuatu, kita berusaha memahami sesuatu
yang belum kita ketahui benar salahnya. Sebagai alat untuk memahami,
kita memerlukan sesuatu yang dianggap benar dan dijadikan dasar bagi
pembahasan selanjutnya.
Misalnya, kita hendak belajar memainkan piano. Guru kita
mengajarkan untuk menekan kunci C-D-E dengan jari jempol-telunjuktengah,
sedangkan kunci FGABC ditekan dengan jempol-…-kelingking.
Dengan menganggap ajaran ini benar, kita mempunyai pedoman
bagaimana bermain dengan baik.
Bila kita tinjau lebih lanjut, sebenarnya bisa saja kita menciptakan
ajaran sendiri, misal kunci CD ditekan dengan telunjuk-tengah, EF
dengan telunjuk-tengah, GABC dengan telunjuk-..-kelingking. Namun
ketika kita menggunakan ajaran sendiri, tidak ada jaminan kita akan
belajar dengan baik. Mengapa? Karena ketika ada situasi yang tidak
cocok, misalnya partitur mengharuskan kita menekan kunci C lalu G, kita
akan harus meggunakan telunjuk berturut-turut. Guru kita dengan
presuposisi ajarannya punya jawaban atas problem belajar ini. Adapun
Kita melakukan dua hal sekaligus: 1. belajar main piano sekaligus 2.
menciptakan presuposisi belajar piano, akan harus memilih satu di antara
dua: mengoreksi presuposisi yang berarti mengulang proses belajar, atau
melanjutkan belajar dengan melanggar presuposisi yang berarti tiap saat
membuat presuposisi baru.
Presuposisi adalah alat ketika kita mempelajari sesuatu, agar kita
mempuyai landasan. Selama belum menguasai, sebaiknya kita
memanfaatkan presuposisi. Sesudah kita menguasainya, menjadi pilihan
bagi kita untuk terus menggunakan atau memodifikasi atau
menggantinya sama sekali.
Rapport, Pacing & Leading
Komunikasi berhasil jika lawan bicara kita berada pada suasana
setara. Kesetaraan itu dirasakan oleh lawan bicara, bukan dideklarasikan
oleh kita. Kapan mereka merasakan kesetaraan? Ketika ia mempunyai
bukti bahwa ia diperlakukan dengan respek dan apa yang ia kemukakan
ditanggapi.
Jika seseorang mengemukakan pendapat, dan sebelum selesai ia
bicara kita sudah memotong dan menanggapi pendapatnya, maka ia
mendapat tanggapan namun tidak mendapat respek.
Jika seseorang mengemukakan pendapat sampai selesai tanpa satu
kalipun kita memotong, ia akan merasa mendapat respek. Jika
sesudahnya kita juga tidak menyampaikan tanggapan, tentu saja ia tidak
merasa ditanggapi.
Respek dan tanggapan adalah dua hal yang harus ada bersamasama.
Dapatkah proses merasa setara ini dipercepat? Bisa!
Orang bicara kemudian dipotong berati tidak respek, tapi ada
tanggapan. Kita bisa memberi tanggapan tanpa menghilangkan respek.
Caranya adalah dengan memberi tanggapan NON VERBAL selama ia
bicara. Rincian teknis dapat dipelajari di sesi bahasa tubuh.
Keseluruhan aksi yang kita lakukan secara terus menerus, yang
membuat lawan bicara mendapat respek + tanggapan inilah yang disebut
rapport.
Pada saat kita berhasil menciptakan rapport, lawan bicara akan
berada pada situasi bebas, ia tidak merasa perlu menyembunyikan
sesuatu karena toh apa pun yang tadi ia kemukakan tetap mendapat
respek dari kita. Ia juga tidak perlu “memperindah” sesuatu karena dari
tadi selalu mendapat tanggapan.
Situasi bebas ini bisa melemah, atau bahkan hilang walaupun kita
tidak mengurangi respek atau menghentikan tanggapan. Kita lah yang
harus memelihara situasi bebas ini, kita lah yang perlu terus menerus
mempertahankan respek dan tanggapan ini.
Kita melakukannya dengan menunjukkan pada lawan bicara bahwa
kita bisa merasakan apa yang ia rasakan, bisa memahami apa yang ia
pikirkan. Bagaimana caranya? Dengan terus menerus mengirimkan
tanda-tanda melalui bahasa tubuh dan bahasa verbal yang
mengekspresikan respek dan tanggapan.
Upaya mempertahankan dan memelihara rapport inilah yang disebut
dengan pacing. Mengangguk-angguk, menatap mata lawan bicara,
tersenyum ketika ia berhenti bicara, memberi komentar, menjawab
pertanyaan, menyatakan afirmasi, semuanya dapat menjadi alat
melakukan pacing.
Kita tahu apakah berhasil melakukan pacing ketika kita seolah-olah
dapat menebak apa yang akan terjadi. Kita seperti bisa mengetahui apa
yang akan ia katakan, dan kita bisa memastikan apakah sesudah bicara ia
akan menerawang jauh ke depan atau menghembuskan nafas sambil
menunduk.
Saat kita sudah berhasil melakukan pacing, kita berkesempatan
untuk membawa lawan bicara kita kepada tujuan berkomunikasi. Upaya
mengajak lawan bicara ke arah yang kita rancang inilah yang disebut
leading. Persuasi adalah persoalan melakukan pacing-leading ini,
dengan berbekal 3 V yang sudah dibahas dalam modul.
Metafora (kiasan, analogi, kisah)
Metafora adalah alat yang sangat ampuh dalam membuat
perubahan, khususnya perubahan pola pikir. Dalam sesi ini semua modul
berusaha diawali dengan metafora untuk tujuan mempengaruhi pikiran
peserta pelatihan.
Di dalam sesi Bahasa Sugestif juga dibahas bagaimana cara
menyusun metafora. Jika dibaca dengan teliti, akan terasa bahwa secara
ekstensif penulis menggunakan berbagai metafor dalam modul ini.
Metafora bisa dibedakan melalui dua cara :
• Metafora sederhana
• Metafora yang kompleks.
Metafora sederhana adalah perumpamaan, apabila kita hendak
menjelaskan sesuatu yang baru dan mungkin belum mudah diterima
orang lain, maka kita menggunakan perumpamaan. Perumpamaannya
dicari dengan cara mencari kemiripannya dengan konsep/benda/hal lain
yang memiliki ciri-ciri sesua i.
Umumnya dalam membuat metafora sederhana ditandai dengan
kata “mirip, seperti, bagaikan, layaknya”, dll. Contoh, memahami aktivitas
advokasi mirip dengan melihat konser musik.
Metafora kompleks bekerja lebih dalam lagi, mekanismenya bisa
mempengaruhi alam bawah sadar dengan lebih kuat. Metafora ini
umumnya berupa kisah, anekdot, hikayat dan sebagainya yang biasanya
panjang. Di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sejajar
dengan masalah yang mau disasar, dan mengikuti suatu alur tertentu
yang akan menuntun pendengarnya mengalami peristiwa “aha”.
Peristiwa ini terjadi karena pendengar mencari makna “apa dari
kisah itu yang relevan baginya” dengan cara menerjemahkan kisah itu di
bawah sadar. Akhirnya kisah itu akan membawa pengaruh yang kuat
untuk memfasilitasi perubahan.
Jika kita perhatikan para pembicara profesional, motivator, tokoh
agama, politisi, mereka semua senang sekali menggunakan kisah-kisah
inspiratif untuk mempengaruhi pikiran pendengarnya.
Seorang tokoh yang sangat terkenal yang disebut di awal tulisan ini
yakni Milton H. Erickson (Clinical Hypnotherapy ) adalah orang yang
berjasa sangat besar pada pengembangan metafora sebagai alat
transformasi perubahan secara ilmiah dan modern.
Demikianlah, beberapa hal penting mengenai NLP yang perlu
dipelajari. Hal-hal lain yang lebih detail dapat dibaca di sejumlah literatur
NLP atau mengikuti kursus NLP.

Tidak ada komentar: