“ KEIKHLASAN KU “
Hari yang panas. Terik mentari membelenggu romadhon tahun ini. Ini adalah hari ke 18 di bulan Romadhon. Sepanjang Romadhon ini belum ada tanda- tanda air hujan kan mengguyur bumi pertiwi.
Di usiaku yang sudah tak muda lagi aku masih sendiri. Hemm, melankolis sekali akhwat satu ini. Kini aku sudah semester 8 dan tinggal menunggu waktu sahja aku harus keluar dari Green Kampus ini. Tak jarang orang banyak yang bertanya pada ku,”kapan ukh menikah”, “Kapan nduk”, dan sebagainya.
Hufh, ingin aku mengeluh, namun mau gimana lagi, yang nama nya kampong pasti begini lah.
Usia 23 tahun tak pelak mereka katakan gadis yang belum laku. Padahal dalam dunia ku sekarang yakni dunia kampus, usia 23 tahun adalah usia yang masih terlalu muda untuk menyandang gelar istri,hehe..nyonya Joko, kembali fikirku.
Siang ini banyak amanah yang menanti untuk kuselesaikan, terus saja aku berburu dengan waktu untuk segera menyelesaikan nya, hingga tak terasa adzan Ashar telah berkumandang.
Dari balik tirai akhwat kulihat Eza temanku menghampiri.
“Assalamu’alaikum, ukhti” , sapanya saat aku tersenyum padanya.
“Wa’alaikumussalam ya ukhti ku sayang, tumben baru kelihatan,kemana aja?”, Tanya ku memberondong.
“iya nih, sinuk ngurusin walimahan”.
“emang siapa ukh?”
“loh anti g tau ya, kan 2 pekan lagi akh Joko kan walimahan”.
“emang iya to ukh, sama siapa?kok ana gak dapet undangannya”.
“ukhti Sri, ukh”.
“oya?”
“nih ana kasih undangan ana, buat anti”
“jazzakillah ya ukh”
“waiyak, solat yuk”,ajaknya.
***
Duhh, Ya Robb, bukan maksud hamba untuk mengeluh, namun hati ini telah tertaut Ya Alloh,walau berat ku percaya pada taqdir Mu Robbi.
Yah, akh Joko telah berhasil membuat aku menanti,tanpa kepastian.
Selama 4 tahun lebih kami berkumpul dalam satu lembaga yang biasa disebut LDK.
Di situ lah hati ini tercuri, astaghfirrulloh.
Siang ini ku masih sibuk di sekre akhwat mengerjakan tugas dari qiyadah LDK di kampus PGSD Kerten UNS ini.
“Assalamu’alaikum”, panggil seorang ikhwan di balik hijab.
“Wa’alaikumsalam”, jawabku.
Kebetulan aku hanya sendiri saja di sana.
“ukh Farida ada?”
“ya ,ana sendiri,afwan dengan siapa?”
”ana Rudin, ukh”
“o nggeh ada apa akh?”
”ada hal yang ingin ana sampaikan, boleh ana minta ijin terlebih dahulu?”
“ya jika masih dalam hal yang diperbolehkan syari’at kenapa tidak?”,balik ku Tanya beliau nya.
“insyaAlloh syar’I, ana hendak telfon anti, karena tak mun gkin ana menyampikan nya di sini”.
“insyaAlloh bolehh, tapi tetap dalam hal dan cara yang syar’I ya akh,afwan masih ada lagi?”
“insyaAlloh enough ukh”.
“Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikumsalam”.
Hemm,da pa ni,tumbenan ada al akh seperti beliau hendak menelfon ku.
Ya siapa sih yang tidak tau akh Ridwan, beliau termasuk jajaran ikhwan yang TOPBGT,cie..
Beliau adalah teman dekat akh Joko, dan merupakan salah satu tim pusat yang mengurusi masalah wilayah. Kami memang masih satu atap dalam LDK walaupun wilayah kami berbeda, kami berada di eilayah otonom atau LSO, dan Kentingan adalah pusatnya.
“dengan nya di sisi perjuangan ini” Teman Sejati ny- Snada mendering, hp ku menjerit-jerit, sebuah SMS ku terima.
Dari mbak Deni-murobbi ku.
“aslm.de’ bias ketempat ana sekarang?ana di rumah”
Segera ku pencet tombol, jawab,dan kutulis” siap meluncur ukhti”
Segera kua mbil kunci “Beki” kesayangan ku, klangsung tancap gas,werrrrr.
***
Tak sampai 20 menit sudah ku parkirkan motorku di depan kost-an beliau yang asri. Sejuk…
“Assalamu’alaikum”, sambil ku ketok pintu nya.
Tak berapa lam pintu pun di buka dan aku segera saja nyelononh.
“Wa’alaikumsalam,gak repot ukh?”
“tidak begitu ukh,lah ini ada pa?mau bahas halaqoh ya?”
“ehm enggak sih, cum apengen saja segera ana sampaikan titipan ini”,katanya sambil meyodorkan sebuah amplop coklat.
“apa ukh ini?”
”buka saja di rumah, jangan lupa, di pelajari juga solat istikharoh nya ya ukh.”.
“maksudnya?”
“ya,2 pekan lalu ada ikhwan yang menghubungi saya, beliau adalah MR nya ikhwan yang ada di amplop ini. Insya Alloh beliau soleh ukh”.
“tapi…”
“jangan pakai tapi ukh, di coba saja”.
“bukan , bukan begitu.”
Tak terasa air mata ini tertumpah.
“ukh,ada yang salh ya perkataan ana?”katanya.
“tidak ada ukh”. Geleng ku.
“lalu?”
”sebenarnya ana punya ikhwan incaran ukh,tapi saying sudah terlambat sekarang”.
“terlambat, meksunya?”
“2 pekan lagi beliau menikah.”
“ehm, boleh ana tebak beliau siapa ukhti?”
“menurut anti”.
“akh Joko ukhti?”
“ya, ukh”.
Hemmm, desah nya kemudian.
“semoga anti mendapatkan ganti yang terbaik ukhti, ikhlas saja, ana yakin antimkuat,tetep tawakal ya ukh”, saran nya yang selalu menguatkan ku.
“insyaAlloh ukh, oya sekalian ana pamit, amna masih ada agenda lagi”.
“oya gpp ukh, jangan lupa pesan ana ya”.
“insya Alloh ukhti, Assalamu’alaikum”.
“wa’alaikumussalam”.
***
Sudah sepekan semenjak kedatangan ku kerumah mbak deni, tapi belum juga ku buka amplop itu. Aku tsiqoh saja atas tawaran beliu, tak mungkin murrobbi ku ini menjerumuskan ku, dan aku yakin akan pilihannya.
“aku ingin mencintaiMusesungguh nya setulus nya, sebenar- benar aku cinta dalam do’a dalaam…” edcoustic nasyid kembali memanggilku.
“Assalamu’alaikum”, sapa ku.
“Wa’alikumussalam, apakah benar ini nomer nya ukh Farida?”suara dari seberang sana.
“ya, saya sendiri, afwan dengan siapa ini?”.
“ana Rudin ukh, yang tempo hari”.
“ya akh, ada yang bias ana Bantu?”
“tentu, ana ingin menanyakan tentang titipan, anti sudah menerima nya?”
“titipan apa akh?”
“yang dari murrobbi anti”.
“”maksud antu, afwan ana g ngerti”.
“ehm beberapa pecan yang lalu ana mengirimkannya lewat MR ana”.,jelasnya.
Degg, jangan-jangan al akh ini yang biodatanya ada dalam amplop itu.
“ehm, afwan ana belum membuka nya , jadi ana belum mafhum, afwan”.
“o,ya sudah, afwan if ganggu, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”.
Tet. Tet. Tet. Sambungan pun terputus.
Ya Robbi, benarkah dia?
***
Sore itu ku azzam kan diri untuk berkenan membuka amplop itu. Dan benar dia. Benarkah Ya Alloh?
Mulai hari ini aku mencoba tetap untuk mendekatkan diri ini pada Nya, istikharoh senantiasa aku tegakkan, aku yakin Dia akan membantu menguatkan ku dalam memberikan jawaban.
Sepekan telah berlalu. Dan hari ini adalah waktunya aku memberikan jawan nya,
Bismillah kulangkah kan kaki menuju rumah MR ku.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam ukhti”
“bagaimana?”Tanya beliau.
“insya Alloh ana siap ukh”.
“Allohu Akbar. Subhanalloh”takbir beliau bahagia.
“semoga di judahkan ya ukh”
“insyaAlloh ukhti ana akan selalu mendoakan untuk antiu. Kapan akan kita mulai ukh?”Tanya nya segera.
“tafadhol ikhwannya ukhti, ana manut saja”.
“ya dan, nanti akan ana bicarakan dengan MR nya, kebetulan MR nya itu abang ana”.
Cless, sejuk nya ya Robbi.
***
Tak terasa 5 tahun telah berlalu, sejuknya embun pagi ini mengingatkanku pada proses ku dulu dengan abi nya anak-anak. Ya akh Rudin adalah suamiku, darinya Alloh menitikan dua mujahid kecilku, Alya dan Zahra, mereka lucu- lucu, Alya yang kini berusia 4 tahun sudah bias ngemong adiknya yang berusia 2 tahun. Yah,mereka membuat hati kami semakin berseri.
Ya Alloh jadikan mereka qurota’ayun bagi kami, para orang tuanya.
Sore ini aku akn diskusi dengan abi nya anak-anak.Tentang ukh Sri yang kini telah menjanda. Kini beliau sebatang kara hanya dengan Putra lah beliau sekarang. Karena akh Joko telah di panggil Nya beberapa bulan yang lalu.
“mi,kok melamun sih, katanya mau ngobrol ma abi, ada apa mi tumben?” kedantangan nya mengagetkan ku.
Duhai suami ku tersayang, sebenarnya jika ku paksa kan ego , aku takkan mau suamiku berbagi kasih. Namun bukankah ini juga adalah ajara Rosul kita, dan bukan kah menolong saudara nya adalah berpahala.
“ eh Abi, selalu deh bikin Umi kaget”.
“ada apa to mi?”
“ boleh Umi Tanya bi?”
“tentu, selama Abi bisa menjawab nya”.
“Abi cinta ga ma Umi?”
“ya jelaslah mi, kan dari Umi Abi telah mendapatkandua putrid yang cantik-cantik seperti Umi nya”
“ada lagi bi, jika ada saudara kita yang harus di tolong, apakah Abi akan menyegerakan nya?”
“ya selama Abi mampu kenapa tidak, selama itu masih dalam batasan syar’i”
“jadi, jika Umi minta sesuatu yang lebih Abi bisa memenuhi?”
“insya Alloh Umi selama Abi mampu”
Ku terdiam sejenak, ku ambil nafas sebelum mengutarakan padanya, duhai cintaku.
“Umi ingin Abi menikahi ukh Sri”.
“maksud Umi?”Tanya nya tak mengerti.
“ya Abi, Umi ingin Abi berbagi cinta pada nya.”
“tapi Umi”.
“Abi sendirikan yang bilang tadi, selama Abi mampu kenapa tidak?insya Alloh Umi ridho Abi. Ukh Sri adalah saudara seiman kita.”
Beliau diam. Tak berapa lam keluarlah suara dari bibir nya yang arif. Oh Abi, tak pernah sedikit pun engkau melukai ku selama ini, mungkin ini permintaan yang terberat yang aku minta pada mu. Maafkan aku Abi, karena aku mencintai mu, maka aku ingin kita berbagi cinta pada saudara kita.
“lalu, bagimana dengan orang tua kita?”
“insya Alloh mereka semua bias menerima. Ya walaupun awalnya mereka bersikeras menolak nya. Namun kini hati itu telah luluh. Mereka hanya minta abi adil.”
“baiklah”
***
Embun pagi masih menemani ku, dengan penuh khusyu’ terlantun mitsqon goliza itu dari suamiku tercinta. Tepat 5 tahun yang lalu kata itu terucap untuk ku , dan kini kata itu terucap lagi untuk saudariku tercinta.
Ya Alloh mudahkan lah kami dke depan nya. Amin.
“karena aku sangat mencintaimu Abi, mari kita bawa surga itu ke rumah kita”.
18 Romadhon 1430 H
Sukoharjo, 8 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar