Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Senin, 27 Desember 2010

SELAKSA CINTA UNTUKMU IBU

SELAKSA CINTA UNTUKMU IBU

A. SEKILAS CINTA
Dalam setiap nafasku ada deru-deru nafasmu, ibu. Setiap langkahku ada tapakan-tapakan kaki yang terus mencoba untuk belajar terus semangat. Setiap detakan jantungku senantiasa mengalir darahmu. Dan setiap urat nadiku tersemai cintaku untukmu, ibu.
“Ibumu, ibumu, ibumu, baru kemudian bapakmu.” Sabda Rosululloh SAW, “surga itu ada di bawah telapak kaki ibu”. Sungguh betapa mulianya Alloh menempatkan ibu dalam posisi yang begitu istmewa bagi kita.
Ibu yang berjuang selama sembilan bulan lebih sepuluh hari, dalam keadaan lemah dan letih, beliau berusaha tetap memberikan yang terbaik untuk kita anak-anaknya. Ibu yang berjuang siang dan malam, dalam keadaan lapang ataupun sempit, megais setiap rizki illahi untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong agar si jabang bayi tidak kelaparan. Dialah ibu yang tegar, ibu kita.
Ibu, ibu, dan ibu. Beliau berjuang dengan mempertaruhkan nyawa beliau demi mengeluarkan si jabang bayi yang ingin segera melihat indahnya dunia. Dalam setiap pesonanya ibu senantiasa berharap dan memohon kepada Alloh agar si jabang bayi bisa lahir dengan selamat. Bisa segera melihat pesona dunia dan menatap masa depan yang gemilang. Ibu, [I]ndah wajahmu dalam [B]iasan kalbuku yang membahana penuh [U]ntaian cinta.

B. PERJUANGAN, SETAPAK DEMI SETAPAK NAN MEMBUNCAH
Jika para pahlawan di negeri kita berjuang untuk kemerdekaan negeri ini, bila para pejuang bola tengah berjuang melawan derasnya kucuran peluh yang mengalir di wajah-wajah mereka untuk mengharumkan nama bangsa dalam piala AFF, beliau adalah sosok pejuang yang berusaha membebaskan kita dari belenggu kebodohan serta kedzaliman para penguasa dunia. Beliau adalah tiangnya suatu Negara, dimana ketika para ibu itu memiliki kekuatan positif yang sangat luar biasa sudah dapat dipastikan bahwasannya negeri ini akan kuat. Sebaliknya jika negeri itu para ibunya sangat lemah (dalam artian akhlak serta akidahnya) maka kemungkinan besar negeri ini akan menanti kebinasaan yang luar biasa.
Ibu, sosok negeri ada dalam genggamanmu. Begitu pun dengan diriku. Yang senantiasa mengais kasih padamu. Ibu, dalam setiap perjuangan kami senantiasa ada doa-doa yang tersemai dalam buaian cintamu. Ibu, perjuangan dalam kehidupanmu membuatku semakin sadar bahwasannya aku belum memberikan yang terbaik untukmu.
Masa mudamu yang penuh liku memberikan inspirasi dan motivasi untukku. Ketika engkau kecil engkau harus rela menjadi si yatim. Tak hanya itu ibu, engkau harus rela ditinggal ibumu untuk menikah lagi dan merantau meninggalkanmu. Di usiamu yang masih balita, dengan penuh ikhlas engkau harus ikut dengan nenekmu. Beliaulah yang mengajarimu untuk menjadi mukmin yang kuat, mukmin yang bersahabat, serta mukmin yang tak sekedar mementingkan duniamu, namun juga akhiratmu.
Waktu terus berputar, dan engkau harus mengikhlaskan kedua saudaramu untuk menyusul sang ayah di surga. Dan harus kau ikhlaskan ibumu terpaksa menelantarkanmu karena lelaki lain yang kini harus kau panggil ayah, si ayah tiri.
Ketika engkau beranjak dewasa ibumu tak kunjung datang dengan cinta, tak sedikit pun ada kabar darinya. Aku tahu ibu, engkau sangat rindu padanya. Namun itu hanya kau simpan. Bahkan ketika kini telah memiliki anak-anak yang baru, tak sedikitpun ada rasa iri dihatimu,
Ibu, waktu terus bergulir, dan kejadian itu telah berlalu sekitar 35 tahun yang lalu. Kini ibumu telah datang ibu. Dia mengharapkan pintamu, mendamba cintamu, memohon belasan kasih sayangmu. Ibu, tak sedikitpun ada dendam di hatimu, tak ada rasa menyesal pun darimu ketika harus kau ikhlaskan dua adikmu yang baru itu. Kau menganggap mereka juga adik-adikmu yang lucu dan suci. Ibu aku benar-benar kagum denganmu.
Kini lengkap sudahlah cintamu, karena apa yang engkau impikan telah terwujud. Walaupun dalam keadaan yang tejepit, engkau ikhlaskan dirimu berkorban demi ibumu. Yah, lagi-lagi harus berkorban. Karena yang kau inginkan saat ini adalah “membalas tuba yang diberikan dengan sejuta untaian susu murni yang tiada habisnya”.
Ibu, akan ada selaksa cinta ini untukmu dariku, aku berharap engkau semakin kuat dan tegar. Walau pelupuk mata ini jauh dari pandangmu, cinta ini hanya kuserahkan untukmu, ibu.

C. KARENA AKU MENCINTAIMU IBU
Ibu, aku ingin menjadi Fatimah putri Rosululloh, yang memberikan ganti kasih sayang yang seharnusnya kau terima dari ibumu. Ibu, aku ingin menjadi pengobat rindumu pada ayah yang tak sempat engkau dapatkan dari kakekku. Ibu, aku ingin menjadi “asy syifa” mu yang senantiasa mengobati setiap perihmu. Ibu, karena aku mencintai Robbku, aku ingin engkau bahagia ibu. Aku ingin senantiasa mendekapmu dalam setiap dekapanku. Aku ingin senatiasa mengisi doa-doaku dengan namamu. Ibu, aku ingin mewujudkan apa yang ingin kau rengkuh. Apa yang engkau cita-citakan, bersekolah hingga ujung nafas, meraih mimpi hingga menjelajah angkasa.
Ibu, aku tahu pederitaanmu. Saat ini engkau tengah berjuang untuk bertahan, untuk memompa diri agar keluar dari jeratan dunia yang semakin kejam. Ibu, sungguh aku hanya mampu berdoa untukmu saat ini, agar Alloh senantiasa menjagamu.
Ibu, jika penjagaanku untukmu tak mampu kurengkuh, Alloh izinkan hanya Dia yang menjagamu ibu. Alloh yang akan membalas sejuta cinta ini untukmu ibu. Ibu, aku mencintaimi. Jaga ia dalam dekapan cinta Mu Ya Robb, amiin.
Teman, kutitipkan salam penuh cinta untuk ibumu di rumah ya. Keep spirit n’ full love for our mom.

Tidak ada komentar: