Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Rabu, 08 Desember 2010

“ WAYANG, WORD HERITAGE DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER WUJUD KEPRIBADIAN NUSANTARA “

“ WAYANG, WORD HERITAGE DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER WUJUD KEPRIBADIAN NUSANTARA “
Wayang telah dikenal dunia sebagai word heritage yang mampu memberikan apresiasi bagi pecintanya, terutama budayawan serta sastrawan Indonesia. Dalam sejarah perjalanannya kemudian wayang dikenal di seluruh penjuru dunia. Sejak zaman dahulu wayang telah dijadikan sebagai media berdakwah. Hal ini disebabkan karena wayang lebih bersifat fleksibel. Sehingga lebih mudah masuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya berhenti disitu saja, wayang adalah wujud cinta kasih sebagai makhluk ciptaan Nya. Sebagaimana dalam firman Nya dalam QS. Ali Imran ayat 30 telah dijelaskan bahwasannya, “Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa – dosamu”. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(TQS.Ali Imran:30)”. Serta dalam QS.Ar Rahman:55, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. (TQS.Ar Rahman:55)”.
Wayang memiliki banyak kandungan seni diantaranya adalah seni drama, seni rupa, seni kriya, seni sastra, seni suara, serta yang tidak kalah menariknya adalah seni karawitan. Hal ini juga menyebabkan wayang sangat cocok ketika harus dimasukkan ke dalam sistem pendidikan Indonesia.
Sistem pendidikan Indonesia sekarang ini sedang diarahkan pada pendidikan berkarakter. baik di tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Menurut Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah dibentuk sejak dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang nantinya. Diharapkan dengan adanya pendidikan karakter ini mampu membangun kepribadian bangsa yakni kepribadian nusantara.
Komponen dalam perwujudan pendidikan berkarakter diantaranya:
1. Partisipasi masyarakat
Partisispasi masyarakat yang peduli dengan pendidikan dan kemajuaanya mampu mendukung perkembangan serta kemajuan dari pendidikan itu sendiri. Karena bagaimanapun juga stock holder merupakan inventaris yang penting dalam dunia pendidikan.
2. Kebijakan pendidikan berkarakter
Kebijakan pendidikan berkarakter di sini maksudnya adalah aturan atau kebijakan dari pemerintah pusat yang mendukung diberlakuaknnya pendidikan berkarakter itu sendiri.
3. Kesepakatan bersama, antara Guru – Orang tua – Masyarakat
Peranan guru-orangtua-masyarakat sebagai factor eksternal dari peserta didik yang memberikan kesempatan untuk peserta didik berkembang sangat berpengaruh, karena pandidikan berkarakter itu tidak hanya dilakukan di sekolah saja tetapi juga di rumah dan di lingkungan masyarakat, atau dengan kata lain pwrwujudan “Tiga Pilar Pendidikan”.
4. Kurikulum terpadu
Kurikulum terpadu di sini maksudnya adalah kesatuan sistem kurikulum yang dibuat pemerintah dengan kebijaksanaannya mampu mensistematiskan kerangka pendidikan berkarakter yang dinamis, sehingga nantinya mampu untuk dipadupadankan dengan pembentukan kepribadian nusantara.
5. Pengalaman pembelajaran
Pengalaman pembelajar di sini maksudnya adalah seberapa besar peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam menerima stimulus proses pembelajaran (pendidikan berkarakter).
6. Evaluasi
Evalusi merupakan tonggak akhir sebelum suatu sistem itu direview, apakah sistem ini mampu dilanjutkan ataukah berhenti di sini kemudian diganti dengan sistem yang baru. Evaluasi merupakan tahapan penilaian dalam pengembangan kurikulum pendidiikan berkarakter sebagai wujud dari pembentukan kepribadian nusantara. Evaluasi ini bayak caranya, yang paling penting adalah “Evaluasi tidak sekedar mengevaluasi, namun juga mampu memberikan inspirasi dalam dunia pendidikan dalam upaya mencerdaskabn kehidupan bangsa sebagai penjagaan warisan dunai (word heritage)”.
Unsur – unsur pendidikan tampil dalam bentuk pasemon atau perlambang. Oleh karena itu sampai dimana seseorang dapat melihat nilai - nilai tersebut tergantung dari kemampuan meghayati dan mencerna bentuk - bentuk simbol atau lambang dalam pewayangan. Dalam lakon tertentu misalnya yang diambil dari Serat Ramayana maupun Mahabarata sebenarnya dapat diambil pelajaran yang mengandung pendidikan.
Dalam kesenian wayang secara lokal memiliki sifat pembauran terhadap kebudayaan asing. Sehingga tanpa terasa kebudayaan mampu mendukung dalam perkembangan seni pewayangan. Sebagai falsafah hidup, kesenian pewayangan sendiri memiliki falsafah hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang mampu menjadi pembeda antara bangsa Indonesai dengan bangsa lain (al furqon).
Kepribadian bangsa adalah suatu ciri khusus yang konsisten dari bangsa Indonesia yang dapat memberikan identitas khusus sehingga secara jelas dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Di dalam Pancasila setiap sila - sila yang termaktub di dalamnya mengandung asas - asas yang luar biasa. Di bawah ini akan dijelaskan isi asas dalam Pancasila.
Asas Ketuhanan Yang Maha Esa, di dalam pewayangan dikenal tokoh yang biasa disebut ‘Hyang Suksma kawekas’. Tokoh ini tidak pernah diwujudkan dalam bentui wayang, tetapi diakui sebgai Dewa yang Tertinggi. Misalnya: Batara Guru, Batara Narada, Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kamajaya, dan sebagainya.
Asas kemanusiaan, merupakan jiwa yang terkandung yang pada hakekatnya suatu ajaran untuk mengagung - agungkan norma - norma kebenaran. Sehingga kebenaran adalah segala-galanya, yang bersifat universal yakni mampu untuk berlaku dimana saja, kapan saja, dan mampu dilakukan oleh siapa saja. Contohnya Alengka, Raden Wibisono, dan sebagainya.
Asas persatuan, yang memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi seperti halnya yang ada pada diri Kumbakarna.
Asas kerakyatan / kedaulatan rakyat, didalamnya mengandung sifat ksatriya yang luhur budinya dan baik pekertinya. Misalnya semar yang menjaga ketentraman dunia dalm penampilannya sebagai rakyat biasa.
Asas keadilan sosial, yang dalam pewayangan digambarkan dengan bersama bahagia dalam suka maupun duka sehingga selalu bersatu dan siap mengahdapi tantangan kehidupan. Misalnya Puntadewa, Bima, Arjuna , Nakula dan Sadewa.
Dari penjelasan di atas dapat sedikit penulis simpulkan bahwasannya untuk sekaran wayang memang sangat relevan ketika harus dikorelasikan dengan sistem pendidikan Indonesia. Sebuah pendidikan berkarakter yang mampu mewujudkan kepribadian nusantara dengan penenaman pengetahuan, ketrampila, nilai dan sikap dalam kegiatan pembelajaran sehari – hari di lingkungan sekolah.
Dari sini kita dapat beranjak ke bahasan selanjutnya yakni tentang cara membumikan kesenian wayang dalam proses pembelajaran di sekolah.
Cara yang pertama adalah menceritakan tokoh pewayangan dalam kehidupan sehari – hari. Sebagai guru tidak ada salahnya ketika kita memasukkan tokoh – tokoh inspiratif pewayangan dalam proses pembelajaran.
Cara yang kedua adalah menyaring kebudayaan – kebudayaan yang sekiranya asing ataupun kurang bermanfaat yang di dapatkan dari penokohan pewayangan dan menjadikannya sebuah filterisasi yang menginspirasi.
Cara yang ketiga adalah dengan mengajak peserta didik untuk mengenali, menanamkan, serta menjadikan idola edukatif dalam motivasi belajar efektif. Tanpa mengurangi nilai – nilai ajaran agama yang berlaku.
Cara yang keempat adalah dengan melakukan pembelajaran di tempat – tempat yang mendukung seperti kunjungan ke keraton, museum seni, museum wayang, sanggar seni, pertunjukan wayang, dan lain sebagainya.
Jadi inti dari tulisan ini adalah penulis tetap menganggap wayang relevan untuk dunia pendidikan serta adapun tips – tips membumikan wayang untuk dunia pendidiakan ada empat cara sederhana. Salam sukses penuh inspiratif.

Tidak ada komentar: