[perjuangan dakwah bukan karena hanya bersumber dari dalam diri ]
perjuangan dakwah bukan karena hanya bersumber dari dalam diri
Sangat kontras yang terjadi ketika berada pada tahap-tahap transisi dari dunia sekolah ke dunia kuliah.Ketika sebuah kemandirian sangat diperlukan, ketika sosok kedewasaan mulai terbentuk maka butuh proses yang cukup panjang untuk menggapai idealism tersebut.
Ketika pertama saya memasuki dunia perkuliahan ternyata keadaan sungguh berada di luar batas pemikiran awal.sebelumnya saya juga mengira ketika sebuah perhelatan di dunia kampus itu penuh dengan tantangan dan perjuangan hanya ada dalam masalah tugas dan tugas.
Namun ternyata semua itu akan berlanjut dengan dengan irama yang sama ketika hanya berfokus pada pencapaian prestasi dalam kuliah saja.Artinya bahwa kuliah dan belajar di kampus itu adalah proses yang dapat dikatakan statis karena sebuah konsep dan teorinya tidak banyak berubah dari yang di ajarkan dan semuanya itu bergantung kepada kita yang mengembangkannya. Awal mula menjadi aktivis
Tidak ada niat awal untuk bergabung dengan organisasi khususnya dalam organisasi keislaman.Tidak juga karena ikut-ikutan lalu menjalani prose itu semua.Namun semuanya itu berjalan sinergi dengan kebutuhan akan aktualisasi diri terhadap pentingnya ad-din.
Terasa berat memang perjuangan untuk merubah diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.Seorang ikhwan seyogyanya akan menunjukkan sikap dan akhlak yang baik kepada orang lain dan diri sendiri tentunya dengan menjaga pembicaraan, mata, telinga, kaki dan tangan serta yang utama yakni hati.Dinamika keimanan juga sering terjadi saat awal-awal mengikuti segala macam aktivitas yang berhubungan dengan dakwah kampus.Mulai dari tarbiyah seperti pesantren kilat, halaqoh, ceramah, syuro dan sebagainya bukanlah menjadi sebuah aksi yang asing bagi sosok aktivis.
Saat awalnya juga tentu terdapat sebuah pandangan yang berbeda ketika aktivitas dakwah dibandingkan dengan organisasi umum lainnya.Jelas sudah bahwa dalam sebuah susunan acara apapun terdapat pembatas ataupun hijab antara seorang akhwat dan ikhwan dan pengalaman ini sebenarnya merupakan pengalaman pertama yang saya tinjau dan rasakan sendiri dalam kegiatan2 islami.Hubungan komunikasi serta interaksi antara ikhwan dan akhwat memang harus dijaga dengan benar.
Saya juga merasa asing dengan cara bersosialisasi seperti ini namun berjalan seiring waktu saya mulai memahami ini semua karena sesungguhnya kita idealnya harus menjalankan ajaran islam secara kaffah(sepenuhnya),tidak mencampuradukkan antara hak dan yang batil.
Terkadang akal ini berfikir di luar batas pemikiran, terkadang merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan dan aktivitas dakwah ini.Namun dorongan untuk selalu beristiqomah sesungguhnya dapat mengalahkan keinginan-keinginan semu yang membawa diri ini kejalan yang salah.Perasaan tidak dihargai, diacuhkan,dianggap tidak bermanfaat dalam sebuah keanggotaan biasanya menjadi penyebab kelemahan ini semua.Jika memang tidak dibentengi dengan kemimanan yang cukup maka sulit memang untuk terus bertahan di jalan dakwah.
Dari dalam keluarga sendiri sebenarnya banyak hal yang perlu di ubah.Yang terutama ialah sebuah system budaya dan kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua yang tidak sejalan dengan islam.
Sebagian mungkin karena tidak mengetahui hukumnya namun sebagian lagi juga karena kurangnya motivasi intrinsic untuk terus istiqomah di jalan islam.dan sesungguhnya tugas seorang aktivis adalah untuk memberikan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain khususnya diri sendiri dan orangtua.Namun perlu juga diperhatikan bahwa tujuan dakwah adalah untuk mengajak orang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Bukan malah akan semakin menjauh-Nya.
Begitu beratnya perjuangan dakwah bukan karena hanya bersumber dari dalam diri saja.Sesungguhnya sebuah ilmu yang kita ajarkan pada orang lain tidak selalu diterima oleh orang lain.Jika dakwah hanya sebuah proses untuk sekedar member tahu ilmu islam kepada orang lain dan berhenti hanya sampai disitu maka perjuangan dakwah tidaklah seberat yang dirasakan para murabbi.
Namun meskipun seberat apapun perjuangan yang harus dilalui tersebut kita wajib untuk menyampaikan risalah yang dibawa oleh rasulullah saw. Kepada umat manusia karena sesungguhnya kita semua adalah seorang da’i yang menjadi apapun sehingga kita menjadi seorang pribadi-pribadi muslim yang berjiwa pemimpin.Sehingga dunia ini dapat dikuasai oleh seorang amir yang berkarakter kuat dan bias bersikap mandiri.
Satu hal yang kuingat dari murobbi adalah bahwa beliau mengatakan bahwa proses dakwah merupakan sebuah proses yang tidak pernah berhenti sampai kapanpun hingga kita menutup mata kelak.Sebagai contoh ketika kita telah menjerumuskan diri di jalan yang benar yakni di jalan dakwah sebaga seorang aktivis dakwah maka proses yang tentunya akan dilakukan adalah sebuah proses yang namnya liqo, mentoring atau halaqoh.Karena proses belajar agama adalah sebuah proses yang berlangsung terus menerus.Tidak ada kata usai, lelah, capek, dsb.
Alllah swt. Berfirman di dalam al-qur’an sbb :
Wahai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
QS. al-Anfal (8) : 15
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.
QS. al-Anfal (8) : 16
Dari kedua ayat tersebut dapat kita simpulkan juga bahwa ketika kita telah terjun di dunia dakwah maka kita harus siap untuk selalu komitmen di jalan dakwah dan memang hal ini merupakan hal yang susah karena godaan syetan itu akan semakin besar ketika keimanan seseorang itu semakin meningkat.Jalan dakwah memang merupakan jalan yang berat untuk dilalui oleh karenanya sangat sedikit orang yang mau untuk benar-benar bertahan dalam dunia dakwah.Namun beruntungla kita karena termasuk kedalam golongan orang-orang yang sedikit.
Kecurigaan orang tua terhadap kita mungkin sesekali terjadi di awal kita mulai bergabung denga n lembaga dakwah kampus.Mereka khawatir jika kita melupakan kegiatan kita dikampus sebagai seorang mahasiswa yang harus menyelesaikan mata kuliah setiap harinya atau takut ketika nanti mendapatkan ip yang tidak memuaskan pula.Dan yang lebih rumitnya juga ketika orangtua kita mencurigai sebagian aktifitas dalam LDK sebagai sebuah proses yang mengarah kepada kesesatan.tapi ketika kita mampu untuk memberikan penjelasan yang baik kepada orangtua kita mengenai perlunya berorganisasi dan khususnya dalam kawah islam maka insyaallah orangtua kita akan memberikan izin kepada kita untuk melakukan aksi dakwah.
Intinya adalah bahwa perjuangan dakwah bukanlah merupakan sebuah perjuangan yang mudah saja untuk dilakukan, banyak halangan dan rintangan berupa bongkahan batu-batu besar yang harus kita singkirkan untuk dapat memuluskan perjalanan kita untuk menuju Allah swt.Dan ingat bahwa dalam menyingkirkan batu besar tersebut kita tidak dapat melakukannya sendirian namun kita harus bersama-sama melakukan perubahan tersebut yang diwadahi dengan sebuah lembaga yang memiliki sebuah system yang teratur dan birokrasi yang jelas.
wallahu alam bishowab.
Oleh : Imam Setiawan
Mahasiswa psikologi Universitas sumatera utara
1 komentar:
Afwan.
Bisa. Ana bagikan..
Posting Komentar