Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Senin, 11 Oktober 2010

BAHAN TP BR

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN KELOMPOK 5
PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN

1. PERBEDAAN PENGERTIAN PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Apabila antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
2. POLA-POLA / KEDUDUKAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Media dalam Proses Pembelajaran
Proses belajar mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses pembelajaran.
Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar tersebut mampu mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber informasi, tetapi akan lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan menjadi lebih realistik (Hartono, 1996)
Berkenaan dengan taraf berpikir siswa, taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir kompleks. Dalam hal ini, penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media, hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. (Chaerudin, 2004)
Edgar Dale (1991) menggambarkan pentingnya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum (kesinambungan) dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar.
Dari gambar kerucut pengalaman, dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan media pembelajaran
Menurut Sardiman (1991), media pengajaran mempunyai nilai-nilai praktis, diantaranya :
1.Meletakkan dasar-dasar kongkret dari konsep yang bastrak, sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme
2.Menampilkan objek yang terlalu besar dan tidak memungkinkan untuk di bawa ke dalam kelas.
3.Memperlambat gearakn yang terlalu cepatdan mempercepat gerakan yang lambat.
4.Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
5.Membangkitkan motivasi belajar siswa
6.Dapat mengontrol dan mengatur tempo belajar siswa
7.Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sumber belajar
8.Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau dsimpan untuk digunakan pada saat yang lain.
9.Memungkinkan menampilkan objek yang langka
10.Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, (1985) adalah :
1.Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2.Pembelajaran dapat lebih menarik
3.Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4.Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5.Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6.Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7.Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8.Peran guru berubahan kearah yang positif
Dari uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya media pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah, dimana media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik (murid) akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.

3. PERBEDAAN PENGERTIAN ALAT PERAGA, MEDIA, DAN SUMBER BELAJAR
Berikut ini penulis mencoba mendiskusikan kembali pemikiran-pemikiran pokok mengenai ketiga konsep di atas baik antara sumber belajar, media pembelajaran maupun alat peraga.
1. Sumber Belajar
Suatu pandangan yang keliru jika sumber belajar berarti di luar apa yang dimiliki guru, atau siswa. Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat diperoleh dari guru tersebut. Siswa, siswa memiliki sejumlah variasi aktivitas belajar, pengalaman belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang terdapat pada diri siswa apat dijadikan sebagai sumber belajar dalam mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang baru.
Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah, sekitar sekolah bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota,desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan budaya mengajar guru atau pendidika itu sendiri.
Vernon S. Gerlach & Donald P. Ely (1971) menegaskan pada awalnya terdapat jenis sumber belajar yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan, serta aktivitas.
a. Manusia
Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peranannya sebagai sumber belajar dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah manusia atau orang yang sudah dipersiapkan khusus sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang khusus pula, seperti guru, konselor, administrator pendidikan, tutor dan sebagainya. Kelompok Kedua yaitu manusia atau orang yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk menjadi seorang nara sumber akan tetapi memiliki keahlian yang mempunyai kaitan erat dengan program pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.

Pembagian Manusia Sebagai sumber Belajar
b. Bahan
Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran. Baik pesan itu dikemas dalam bentuk buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan sebagainya. Kelompok ini biasany disebut dengan media pembelajaran. Demikian halnya dengan bahan ini, bahwa dalam penggunaannya untuk suatu proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi du akelompok yaitu bahan yang didesain khusus untuk pembelajaran, dan ada juga bahan/media yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan materi pembelajaran yang relevan.
c. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar. Lingkungan ini juga di bagi dua kelompok yaitu lingkungan yang didesain khusus untuk pembelajaran, seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan lingkungan yang dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan penyampaian materi pembelajaran, di antaranyai lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.
d. Alat dan perlengkapan
Sumber belajar dalam bentuk alat atau perlengkapan adalah alat dan perlengkapan yang dimanfaatkan untuk produksi atau menampilkan sumber-sumber belajar lainnya. Seperti TV untuk membuat program belajar jarak jauh, komputer untuk membuat pembelajaran berbasis komputer, tape recorder untuk membuat program pembelajaran audio dalam pelajaran bahasa Inggris, terutama untuk menyampaikan informasi pembelajaran mengenai listening (mendengarkan), dan sejenisnya.
e. Aktivitas
Biasanya aktivitas yang dapat diajdikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, di mana didalamnya terdapat perpaduan antara teknik penyajian dengan sumber belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar. Seperti aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati, belajar tutorial, dan sejenisnya.
2. Media Pembelajaran
Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang terkandung , yaitu (a) pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan atau perangkat lunak, dan (b) alat penampil atau perangkat keras. Sebagaii contoh guru akan mengajarkan bagaimana urutan gerakan melakukan sholat. Kemudian guru tersebut menuangkan ide-idenya dalam bentuk gambar ke dalam selembar kertas, ia menggambarkan setiap gerakan sholat tersebut dalam kertas tersebut, saat di kelas ia menjelaskannya kepada siswa bagaimana gerakan sholat tersebut dengan cara memperlihatkan poster yang bergambarkan gerakan-gerakan yang telah ia buat sebelumnya. Kemudian siswapun melakukan gerakan sholati dengan apa yang terdapat dalam poster tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya poster ini termasuk ke dalam media sederhana.
Dalam perkembangannya dan pemanfaatannya media pembelajaran ini dapat dibagi berdasarkan jenisnya, daya liputnya, bahan pembuatannya, yaitu sebagai berikut :

Pembagian Jenis Media Pembelajaran
3. Alat Peraga
Kata kunci dalam memahami alat peraga dalam konteks pembelajaran adalah Nilai Manfaat , dalam arti segala sesuatu alat yang dapat menunjang keefektifan dan efesiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi atau pesan pembelajaran. Ada istilah lain dari alat peraga ini, diantaranya sering disebut sebagai sarana belajar.
Sebagai ilustrasi, misalnya Pak Budi akan mengajarkan bagaimana gambar dalam televisi bisa terlihat di layar, maka Pak Budi membawa televisi ke kelas, kemudian ia membukanya di depan kelas, kemudian menjelaskan satu-persatu fungsi dari masing-masing komponen televisi tersebut kepada siswa sehingga siswa memahami kenapa gambar terlihat pad alayar televisi. Dalam ilustrasi tersebut kedudukan televisi adalah sebagai alat peraga , bukan sebagai media.
D. ESENSI DARI SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA.
Pada dasarnya baik sumber belajar, media maupun alat peraga memiliki esensi penting jika ketiganya diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Di mana esensi pentingnya adalah informasi. Jadi informasi yang terkandung, yang melalui, yang diolah, atau yang disampaikan, semuanya akan mempengaruhi daya dukung keberhasilan ketiganya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dimaksud. Dengan kata lain ketiganya harus memperhatian karakteristik dari informasi itu sendiri, dalam hal ini Santoso S. Hamodjoyo (2001) menyatakannya, yaitu:
• Dimensi Accessibility ( Daya Jangkau/Akses Informasi)
Informasi yang terdapat, atau dimuat dalam sumber belajra, media dan alat mestinya memperhatikan daya jangkau. Hal ini menjadi masukan bagi pendidikan bagaimana mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber belajara media dan alat peraga agar informasi pembelajaran dapat mencapai kualitas akses yang optimal.
• Dimensi Speed (Kecepatan Informasi)
Penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar, media dan alat pera setidaknya harus mampu menambah atau membantu atau menjembatani karakteristik informasi yang cepat, akan tetapi mampu didengan cepat pula difahami oleh peserta didik dengan cepat pula.
• Dimensi Amount (Jumlah/ Kuantitas Informasi)
Keluasan dan varisi informasi pembelajaran yang menyulitkan siswa untuk memahaminya, maka diperlukan pula sumber, media, dan alat peraga yang mampu menampungnya. Dengan demikian serumit apapun informasi pembelajran tertentu, maka dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar, media dan alat peraga yang mendukung, maka informasi tersebut akan bisa diterima peserta didik dengan sistematis.
• Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan Memperoleh Pengetahuan)
Informasi yang tepat, sesuai dengan objek yang dipelajari maka pencapaian pengetahuan yang dibutuhkan akan dengan efektif dicapai melalui pemanfaatan sumber belajar, media dan alat peraga. Kecenderungan informasi yang bersifat kognitif akan kongkrit dan lebih bermakna jika menggunakan sumber belajar, media atau alat peraga yang kongkrit.
• Dimensi Relevance (Kesesuaian Informasi)
Informasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa akan lebih bermakna dan akan lebih lama tersimpan dalam memori peserta didik. Hal ini terutama akan cepat terwujud jika informasi tersebut diperolehnya melalui pancaindera baik visual, pendengaran maupun perabaan. Dalam kaitannya dengan hal tersbeut, maka sumber belajar, media dan alat peraga yang digunakan perlu kiranya diperhatikan relevansinya.
• Dimensi Motivating (motivasi )
Informasi yang terlahir dari proses berpikir manusia akan memiliki latar belakang kebutuhan untuk keseimbangan berpikir. Jenis dan bentuk informasi yang dikemas, atau yang terkandung dari sumber belajar, media, dan alat peraga akan mampu memberikan motivasi bagi peserta didik.
E. PEMILIHAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA
Agar sumber belajar, media dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat mendukung pencapaian kualitas pembelajaran, maka perlu diketahui beberapa patokan, acuan, kriteria atau prinsip masing-masing. Demikian juga dalam melakukan pemberdayaannya maka seorang guru harus memperhitungkan aspek-aspek yang mendukungnya.
1. Pemilihan Sumber Belajar, Meida dan Alat Peraga
a. Pemilihan Sumber Belajar
Dalam pemilihan sumber belajar tergantung kepada (1) motivasi; (2) kemampuan guru dalam penggunaannya. Selanjutnya akan ditentukan berdasarkan :
1. Program Pengajaran
2. Kondisi Lingkungan
3. Karakteristik siswa
4. Karakteristik sumber belajar
Kelima hal tersebut harus menjadi patokan dalam memilih sumber belajar yang akan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
b. Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam pemilihan media pembelajaran harus dikaitkan dengan : (1) kompetensi dasar; (2) strategi pembelajaran; (3) sistem evaluasi yang digunakan. Prinsip Pemilihan media: a) Tujuan Pemilihan; b)karakteristik media; 3)alternatif pemilihan. Faktor yang perlu diperhatikan : 1) objektivitas; 2) program pengajaran; 3) Sasaran program (siswa); 4) situasi dan kondisi; 5) kualitas teknis; 6) keefektifan dan efesiensi penggunaan. Kriteria Pemilihan , mencakup:
1. Topik menarik minat siswa.
2. Materi dalam media penting bagi siswa.
3. Relevan dengan kurikulum yang berlaku.
4. Apakah materinya autentik dan aktual.
5. Apakah fakta atau konsepnya benar.
6. Format sistematis dan logis.
7. Objektif orientasi kebutuhan siswa.
8. Narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat kualitas.
9. Bahasa, simbol dan ilustrasi cukup komunikatif.
10. Sudah teruji daya dukungnya.
c. Pemilihan Alat Peraga
Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran masa kini terutama jika melihat karakteristik KBK, yaitu mencakup:
1. kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa;
2. kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudian dalam perancangannya;
3. kemudahan dalam penggunaannya;
4. terjamin keamanan dalam penggunaannya;
5. kemampuan dana;
6. kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.
2. Pemberdayaan Sumber Belajar, Media dan Alat Peraga
Dengan ketersediaan ataupun hasil produksi, maka penggunaan sumber belajar, media dna alat peraga tidak hanya dilakukan begitu saja dari waktu ke waktu. Untuk itu perlu upaya pihak guru, sekolah, siswa, orang tua, komiter sekolah dan dewan sekolah untuk melakukan upaya-upaya pemberdayaan kearah yang lebih optimal. Hal ini sangat penting agar penggunaannya tidak monoton.
Asep Herry (2002), mengemukakan beberapa contoh upaya pemberdayaan sumber belajar yang mudah, murah dan efektif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, diantaranya :
1. Barang Bekas (Babe), seperti bekas, bungkus rokok, korek api, kertas, kotak bungkus, dan sebagainya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran seperti dalam melakukan pembekalan keterampilan dalam menghias, menggunting, dan kerjasama.
2. Realitas (sekolah, rumah , pemukiman), misalnya akan efektif dalam memberikan pengalaman tentang perjalanan siswa dari rumah smapai ke sekolah.
3. Benda yang mempunyai nilai khusus, dapat digunakan untuk menyampaikan materi tentang perilaku, sikap dan moral peserta didik yang nilai-nilainya diambil dari perlakukan mereka terhadap benda-benda terebut.
Pemberdayaan sumber belajar, media dan alat peraga dapat dilakukan pada tahapan :
1. diawal pembelajaran
2. selama proses pembelajaran
3. akhir proses pembelajaran
4. di luar waktu pembelajaran
Dalam hubungannya dengan upaya memelihara sumber belajar, media dan alat peraga di sekolah, maka perlu dilakukan kerjasama antara , guru dengan Kepala Sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, pengawas akademis, supervisor, orang tua, dewan sekolah, bahkan siswa itu sendiri.
F. PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA
Terdapat beberapa media sederhana yang dapat dikembangkan guru untuk kepentingan yang segera dipenuhi, misalnya membuat media-media sederhana seperti poster, ceritera bergambar dengan menggunakan foto, OHT, rekaman ceritera (pembelajaran melalui audio), papan planel dan sejenisnya. Berikut ini adalah contoh langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproduksi beberapa jenis media sederhana.
1. Langkah Produksi Poster dalam Pembelajaran Ilmu Sosial
Dalam memproduksi sebuah poster, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a)objek sasaran; b)tempat penyajian; c)lama penyajian; d)perhatikan kata kunci dan simbol yang sesuai; e)harus mampu dibaca dengan singkat.
Langkah dalam membuat poster adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan rancangan isi : tema poster; tujuan khusus; pokok-pokok materi yang akan dituangkan dalam poster.
2. Merancang gambar sketsa.
3. Memperjelas/ memperbesar sketsa.
4. Pemberian warna.
5. Latering yang berisi pesan teks pada poster.
2. Langkah Produksi OHT
Langkah yang ditempuh mulai dari :
1) membuat silabus pembelajran
2) membuat sketsa tranfaran pada kertas
3) membuat transfaransi dengan menuangkan kata-kata kunci dari materi pokok.
4) Pembuatan bingkai, dengan berbagai teknik penyajian:
• Disclosure, yaitu oht dengan penyajian penutupan bagian yang belum dijelaskan serta meperlihatkan bagian yang sedang dijelaskan.
• Overlays , yaitu oht dengan penyajian bagian demi bagian yang saling melengkapi dengan sistem tumpuk, dimulai dari bagian pokok materi (gambar –proses) kemudian dilengkapi dengan bagian gambar selanjutnya dari oht berikutnya hingga terbentuk gambar-proses yang lengkap.
5) Penyimpanan tranfaransi dalam album bernomor.
Pada dasarnya masih banyak sumber belajar, media dan alat peraga sederhana yang dapat diproduksi oleh kita. Dari uraian di atas kita dapat mencobanya secara lebih baik.
4. KLASIFIKASI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat “Self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpan balik yang diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan”, Sudirman N (1991) membagi media pembelajaran sebagai berikut :
1)Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :
a.Media Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder.
b.Media Visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam ataupun gambar bergerak.
c.Media AudioVisual, yaitu media yang mempynyai unsure suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media audiovisual ini dapat dibagi lagi ke dalam (a) audiovisual diam dan (b) audiovisual gerak.
2)Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam :
a)Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak.
b)Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruangan dan tempat, yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus.
c)Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
3)Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi ke dalam :
a)Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya yang tidak sulit
b)Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari urian di atas, dapat disimpulkan pentingnya media dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran. Hal dikarenakan perserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.
Namun walau bagaimanapun, sebaik apapun media pembelajaran yang digunakan, tetap mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan tidak bisa menggantikan peran guru seutuhnya. Artinya, media tanpa guru adalah suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dan peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pembelajaran yang diperlukan siswa.

Klasifikasi Sumber Belajar
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
e. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.
***

Tidak ada komentar: