Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Minggu, 25 April 2010

N. Faqih Syarif H--Sales Magic for Dakwah

Urgensitas Dakwah Islam atau Amar ma’ruf nahi munkar

Islam adalah Agama yang sempurna dan menyeluruh tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah,juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya yang diturunkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia karena Islam itu membawa rahmat bagi seluruh alam bila diterapkan di tengah-tengah umat manusia. Oleh karenanya mengemban dakwah Islam adalah misi Agung dan Mulia untuk kesejahteraan umat manusia bahagia dunia dan akherat bagi yang mengikuti dengan penuh kesungguhan dan menyeluruh.
Dakwah pada hakekatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada apa yang anda serukan , yakni Islam. Oleh karenannya dakwah Islam tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktivitas – lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam. Komitmen seorang muslim dengan dakwah Islam mengharuskan dirinya untuk memberikan contoh yang hidup dari apa yang diserukannya melalui lisannya, sekaligus memberikan gambaran Islam sejati melalui keterikatannya secara benar dengan Islam itu sendiri.
Allah Swt. Berfirman :


“Siapakah yang lebih baik ucapannya dibandingkan dengan orang-orang menyerukan Islam dan beramal shalih sembari berkata,”Sesungguhnya aku adalah bagian dari umat Islam.” (QS Fushilat (41) : 33 )

“Oleh karena itu , berdakwahlah dan beristiqamahlah sebagaimana Aku perintahkan …” ( QS Asy-Syura (42) : 15 )

Menyeru manusia ke jalan Allah Swt. Merupakan kewajiban sekaligus ibadah yang bisa mengantarkan pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya.Dakwah juga mengajarkan pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah adalah sangat tinggi;Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia maupun di akherat. Dakwah ke jalan Allah juga merupakan aktivitas terpenting dari para nabi. Mereka semuanya senantiasa menjalankan aktivitas dakwah. Melalui jalan dakwah juga mereka berupaya menegakkan agama Allah.

“ Sesungguhnya Kami senantiasa mengutus kepada setiap umat seorang rasul agar mereka menyembah Allah dan menjauhi thaghut. (QS an-Nahl (16): 36 )

Dakwah Islam merupakan aktivitas yang diwariskan Nabi Muhammad Saw kepada umatnya. Kita tentu harus menjaga dan memeliharanya demi keberlangsungan Islam di tengah-tengah kita. Seandainya tidak melalui perjuangan dakwah, Islam tidak mungkin memiliki kekuatan;tidak mungkin akan tersebar luas; tidak mungkin dapat dijaga; dan tidak mungkin pula hujjah Allah bisa ditegakkan atas para makhluk-Nya. Dengan perjuangan dakwah Islam, kemuliaan, kekuatan, dan eksistensi Islam bisa dikembalikan sebagaimana terjadi di masa lalu.Betapa kita amat membutuhkan semua itu pada saat ini. Dengan perjuangan dakwah Islam, Islam bisa disebarkan di tengah-tengah manusia seluruhnya, sehingga agama seluruhnya hanya milik Allah. Betapa dunia membutuhkan hal semacam ini pada saat ini.Dengan perjuangan dakwah Islam pula, hujjah umat Islam demikian nyata hingga mampu memporakporandakan hujjah
Orang-orang kafir, sehingga tidak ada alasan atau dalih apa pun yang bisa menjustifikasi kebolehan untuk mencampakkan Islam.
Allah Swt berfirman :


“Allah mengutus para rasul sebagai pembawa gembira serta pemberi peringatan agar manusia tidak memiliki lagi hujjah ( alasan ) di hadapan Allah setelah diutusnya rasul-rasul itu. Allah Maha Agung lagi Maha bijak.”( QS an-Nisa’ (4) : 165 )

Atas dasar semua ini,urgensinya perjuangan dakwah Islam mesti disosialisasikan di tengah-tengah umat Islam, dan wajib dijadikan sebagai prioritas dalam pikiran mereka, bahkan umat Islam wajib untuk mengorbankan waktu,tenaga,harta, dan bahkan jiwanya, serta mengerahkan segenap kesungguhannya demi keberlangsungan dakwah Islam. Imam An-Nawawi menyatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah perkara besar karena merupakan penjaga dan pilar dakwah. Jika kemaksiyatan telah banyak dilakukan, niscaya azab Allah akan menimpa secara merata, baik kepada orang yang shalih maupun orang yang banyak berbuat dosa. Jika umat Islam tidak berusaha mencegah perbuatan orang-orang yang dzalim, Allah Swt pasti akan meratakan azab kepada mereka semuanya.
Rasulullah Saw telah menjelaskan sejauhmana kebutuhan kita akan dakwah itu di dalam sebuah hadisnya :


“ Perumpamaan orang yang menetapi hukum-hukum Allah dan menjaganya adalah laksana suatu kaum yang menumpang kapal; sebagian orang menempati bagian atas dan sebagiannya lagi menempati bagian bawah. Orang-orang yang berada di bawah, jika hendak mengambil air minum, akan melewati orang-orang di bagian atas. Diantara mereka kemudian ada yang berkata,” Seandainya saja kami melubangi kapal ini di bagian kami, tentu kami tidak akan merepotkan orang-orang di bagian atas” jika orang-orang di bagian atas membiarkan tindakan dan keinginan orang-orang yang ada di bagian bawah, niscaya semua orang yang ada di kapal akan tenggelam. Sebaliknya, jika mereka berusaha mencegahnya, mereka semuanya akan selamat. ( HR. al-Bukhari )
Hadis ini menggambarkan secara jelas betapa amar ma’ruf nahi mungkar sebanding dengan keberlangsungan kehidupan dan keselamatan masyarakat. Seandainya ada sebagian kelompok saja yang mengabaikan aktivitas amar ma’ruf nahi mngkar, niscaya perahu kehidupan akan karam, sekaligus menenggelamkan dan menghancurkan seluruh penumpang.


Sales Magic for Dakwah

Setiap Pengemban Dakwah hendaknya siap sebagai tenaga “marketing”.
Manakala diminta memberi sepatah kata pada acara apapun semisal aqiqah, walimah, sampai prosesi jenazah, setiap syabab wajib siap. Selain materi ideologis yang bisa disampaikan, dia juga siap dengan “benda promosi” lain, semisal buku saku, CD, stiker-souvenir atau sekedar kartu nama.
Lebih baik lagi bila ada alamat maktab/kantor lengkap dengan teleponnya.

Si badrun, suatu hari dia lagi enjoy menikmati liburan dengan memancing di sungai di hutan yang terpencil 25 km dari tempat tinggalnya. Lagi enak-enaknya mancing dia terkejut bercampur heran ada seorang ibu yang melintasi dan menyeberang sungai yang airnya deras dan dalam seperti berjalan di atas air layaknya pendekar Wiro Sableng 212 di sinetron, eh… ehh ternyata ada juga di dunia nyata
Sambil kegirangan karena kailnya disambar oleh ikan gabus yang cukup besar, ia terus-menerus berpikir. Betapa hebatnya ibu tadi yang bisa menguasai ilmu meringankan tubuh sehingga bisa berjalan di atas air sungai yang dalam dan lebar. Tiba-tiba ia kembali dikejutkan kembali oleh seorang bocah belasan tahun yang dengan cara yang sama menyebrang sungai dengan ilmu berjalan di atas permukaan air. Bahkan kali nampak lebih sempurna dan tenang menyebrangi sungai dengan sukses. Dalam keadaan semakin penasaran, datanglah seorang pemuda desa yang sedang berjalan santai di jalanan setapak di tepi sungai.Badrun menghampiri si pemuda itu dan menanyakan tentang bagaimanakah caranya belajar ilmu kesaktian agar bisa berjalan di atas permukaan air. Mendapatkan pertanyaan lugu dari badrun, pemuda itu tertawa ngakak dan begitu saja meninggalkan Badrun sambil memperagakan kemahirannya berjalan di atas permukaan air sebagaimana warga desa yang sebelumnya telah dilihat oleh Badrun.
Dalam keadaan yang makin penasaran, Badrun terus memancing .Nampaknya sangat beruntung hari itu dia mendapatkan ikan begitu banyak. Kemudian datanglah seorang pemuda yang membawa pancing dan memancing tidak jauh dari Badrun memasang kailnya. Sambil ngobrol sana-sini dengan pemuda ini Badrun menanyakan apakah ia juga menguasai ilmu berjalan di atas air. Pemuda ini bertanya sambil keheranan. Ilmu apa yang dimaksud Badrun. “Gini mas, selama berada di sini saya sudah mendapati tiga orang penduduk desa yang mahir berjalan di atas permukaan air ketika menyebrangi sungai ini. Persis seperti Jaka Tingkir atau Wiro Sableng dalam serial sinetron TV.”
“Ooooalah mas, saya juga bisa kok” jawab pemuda itu.
“Anda bisa” sahut Badrun
“Bisa” Oke Kalau begitu masnya mau ngajari saya ilmu seperti itu? Sahut Badrun.
“Mau, Tapi ada syaratnya!” Apa Syaratnya mas? Tanya Badrun penasaran. “Ada tiga. Pertama, Bila Anda menguasai ilmu ini, Anda tidak boleh sombong!”
Oo kalau gitu saya berjanji. Saya tidak akan sombong. Syarat kedua?”
“Anda harus membayar 500 ribu sebagai akad antara guru dan murid”
“Ok. Kebetulan saya lagi bawa uang.Saya bayar sekarang” Jawab Badrun
“Nanti dulu, ada syarat ketiga, Anda harus memiliki komitmen yang tinggi setelah mempelajari ilmu ini terhadap kata-kata yang pernah anda ucapkan dan tidak boleh menelan ludah anda kembali. Artinya, Anda tidak boleh melanggar komitmen yang telah Anda buat dengan orang lain.” Ok. Saya setuju dengan semua syarat itu. Ini uangnya saya serahkan.” “Baik. Sekarang kita mulai pelajarannyaa.” “Ok, Saya Siap”
Sambil melompat ke sungai , Si pemuda tadi memulai pelajarannya, “ Inti ilmunya anda harus jeli dan konsentrasi serta menghafalkan posisi batu-batu besar yang ada di sungai ini.Saya akan tunjukkan lokasinya dan setelah itu anda harus menghafalkannya. Melompatlah tepat di batu besar itu, jangan salah. Karena kesalahan akan menjadikan anda tercebur dalam sungai yang dalam ini.
Sambil bengong Si badrun memperhatikan “kesaktian” pemuda kampung ini. Badrun tidak bisa menarik uang yang telah diberikannya kepada guru “ilmu sakti berjalan di permukaan air sungai” karena sudah menjadi kesepakatan bersama.
Sobat, apa hikmahnya dari kisah ini? Begitulah perbedaan antara orang yang ahli dan tidak ahli. Keahlian seseorang dalam bidang tertentu akan nampak sebagai sebuah kesaktian bagi orang lain yang tidak memahaminya. Badrun telah kehilangan uang 500 ribu untuk belajar ilmu berjalan di permukaan air. Memang begitulah. Ilmu sesederhana apapun harus dipelajari dengan pengorbanan . Jangan harap anda ongkang-ongkang kemudian tiba-tiba mendapatkan sebuah ilmu apalagi sebuah keahlian.
Sobat, saya mengajak anda untuk belajar apapun yang bermanfaat dengan 5 langkah proses pembelajaran yaitu ; Memahami, mengerjakan, mengulang-ulang, membiasakan dan menuai hasil termasuk juga dalam teknik dan uslub-uslub dakwah melalui suatu ilmu strategi marketing ataub “Sales Magic”yang saya kaitkan dengan dakwah Islam karena aktivitas dakwah adalah suatu aktivitas yang amat urgen bagi kelangsungan hidup Islam sebagaimana yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Adapun dalam “Sales Magic” yang dirumuskan oleh Antony Robbins ada empat tahapan dan bisa dipakai juga sebagai uslub dakwah selama tidak bertentangan dengan hukum syara’:
1. Building Trust ( Membangun kepercayaan )
2. Building Need ( Membangun Kebutuhan )
3. Give Solution ( Memberikan solusi )
4. Close the Sales ( Menutup penjualan )

Kita akan bahas satu persatu dalam kaitannya dengan konteks dakwah dengan selalu memperhatikan dan mengikuti thoriqoh dakwah Rasulullah Saw dalam bab selanjutnya.



Membangun kepercayaaan dalam Dakwah (Building Trust )


Trust bisa timbul karena :
•Reputasi/Integritas/referensi, penampilan,gelar/jabatan, terkait dgn merk org terkenal, catatan prestasi, edifikasi
•Akrab/Membangun kesamaan :
•1. Gerakan
•2. Kata-kata dan kualitas suara yg sama
•3. Type Komunikasi ke otak
•4. Strategi Mengambil keputusan
•Semua itu dilakukan dgn 2 Teknik :
•1.Match & Mirroring
•2.Pacing & Leading

Ada tiga type komunikasi ke otak :
Type Visual ( Penglihatan ) : Ciri-ciri orang type visual sbb:
•Cenderung bernapas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat.
•Mereka suka menyela pembicaraan org lain, bergerak cepat, makan cepat,penuh energi, dan berbicara dgn nada tinggi.
•Penampilan rapi dan enak dipandang mata.
•Mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka lihat. Berkomunikasi dgn type visual, anda harus memvisualisasikan keadaan, buat mereka melihat apa yang anda katakan,
Pilhan kata orang-orang Visual antara lain;
•Melihat
•Memperhatikan
•Menonton
•Menunjukkan
•Memandang
•Membayangkan
•Mewarnai
•Memvisualisasikan
•Penglihatan
•Sudut pandang
•Lihatlah dari sudut pandang saya.
•Ide anda kabur
•Bisa anda bayangkan ?
•Izinkan saya tunjukkan pada anda.
•Perhatikan benar-benar maka anda akan paham maksud saya.

Type Auditori ( Pendengaran )
•Cenderung bernapas lewat diafragma.
•Lebih suka mendengarkan daripada berbicara, ketika berbicara menggunakan variasi warna suara.
•Berkomunikasi dgn type auditori, anda harus berbicara pelan dan teratur, ubah-ubah warna suara anda. Jelaskan situasinya dgn detil dan picu diskusi lebih lanjut dgn pertanyaan.
Pilhan kata orang type auditori :
•Dengar
•Mendengarkan
•Mengatakan
•Kegaduhan
•Bunyi
•Bicara
•Kesunyian
•Nada
•Ritme
•Kedengarannya akrab.
•Kedengarannya itu ide yang bagus
•Dengarkan, saya punya ide bagus
•Ada yang ingin saya katakan.
•Mari kita bicarakan tentang pekerjaan baru anda.

Type Kinestetis ( Perasaan /gerak)
•Cenderung bernapas dalam dan tenang.
•Lebih mengutamakan perasaan
•Keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi.
•Berkomunikasi dengan tipe ini anda harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang anda katakan
Pilihan kata orang Kinestetik :
•Merasa
•Emosi
•Tenang
•Frustasi
•Tertekan
•Malu
•Gugup
•Kesepian
•Santai
•Stress
•Ide anda benar-benar menyentuh perasaan.
•Bisakah anda merasakan yang saya rasakan?
•Saya setuju. Anda sangat emosional.
•Saya tidak suka berada di bawah tekanan. Saya lebih suka ketenangan.
•Di sini dingin. Apa anda merasakannya?

Petunjuk berdasarkan gerakan mata

•Type Visual

•Memory Visual : jika anda bertanya org type visual pertanyaan-pertanyaan yg jawabannya ada diingatan mereka, anda bisa perhatikan mata mereka bergerak ke atas lalu ke kiri. Coba tanyakan apa warna sepeda motornya atau mobilnya? Seperti apakah rumah Anda?
•Kreatif Visual : Jika anda bertanya kepada mereka dan mereka tidak siap menjawabnya. Atau dia tidak punya gambaran yg belum mereka miliki. Perhatikan mata mereka bergerak ke atas lalu kanan.Coba bayangkan ada kuda yg bertubuh sapi dan mempunyai sayap dan terbang.
•Tanpa Fokus : tidak menggerakkan mata mereka sama sekali. Mereka sepertinya melihat anda,tapi menatap ke arah anda.

•Type Auditori

•Memory auditori ;Jika kepada type auditori anda ajukan pertanyaan yg mereka telah mempunyai jawabannya, perhatikan mata mereka bergerak ke kiri lalu lurus ke depan. Ingatlah lagu kesukaan anda, ingatlah suara ibu anda
•Kreatif auditori ;Untuk pertanyaan-pertanyaan yg mereka tidak dapat jawab langsung, type auditori akan menggerakkan matanya lurus ke depan lalu bergerak ke kanan. Bayangkan bunyi klakson mobil atau bel rumah anda berbunyi seperti meongan kucing.
•Berdialog / self talk ; ketika mereka berdialog dan berbicara dengan diri sendiri maka type auditori akan menggerakkan matanya ke bawah lalu ke kiri. Coba ingat-ingat ucapan anda kepada diri sendiri ketika anda lulus.
Gerakan mata type kinestetik•Jika anda coba tanyakan kepada tipe kinestetik, “Apa yang anda rasakan saat anda jatuh cinta?” Matanya akan begerak ke bawah lalu ke kanan saat berupaya mengingat perasaannya ketika itu terjadi.

Sobat, kita bisa gunakan pengetahuan di atas untuk kepentingan dakwah.Ketika kita berdakwah maka perlu juga Building Trust. Pertama dan utama adalah Keyakinan kita kepada Allah Swt serta memahami bahwa Islam adalah membawa rahmatan lil’Alamin, memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia dan menentramkan hati. Bagaimana mungkin kita bisa meyakinkan orang lain kalau diri kita tidak yakin dan memahami apa yang mau kita sampaikan ? Islam merupakan reprensentasi dari berbagai perkara yang makruf yang diperintahkan oleh Allah untuk ditegakkan serta dari berbagai kemungkaran yang dilarang-Nya untuk dilaksanakan dan harus dihilangkan. Puncak kebajikan yang paling tinggi adalah keimanan kepada Allah Swt berikut seluruh rukun akidah Islam. Sebaliknya puncak kemungkaran yang paling buruk adalah kekufuran dalam segala bentuknya. Puncak kebajikan setelah keimanan adalah ketakwaan. Ketakwaan diwujudkan melalui ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Keterikatan dengan syariat Islam jelas terkait dengan keimanan.Jika keimanan seorang muslim semakin kuat, niscaya akan semakin kuat pula keterikatannya untuk melakukan ketaatan. Sebaliknya jika semakin lemah iman maka semakin lemah pula keterikatannya terhadap syariat islam. Keimanan dan ketakwaan seorang muslim, serta sikap menjauhnya dari kekufuran dan kemaksiatan, tidak akan mungkin bisa tetap kekal dan tersebar, kecuali dengan adanya upaya dari dirinya untuk selalu mengemban dan mendakwahkan Islam.Umat Islam wajib melakukan amar makruf nahi munkar. Umat Islam juga sudah seharusnya telah lebih dulu mengerjakan berbagai perkara yang makruf sebelum mereka memerintahkannya kepada orang lain. Mereka pun sudah semestinya telah lebih dulu menjauhi kemungkaran sebelum melarangnya atas orang lain. Inilah sobat yang disebut integritas, setiap muslim adalah da’I dan sebagai pengemban dakwah kita harus memiliki integritas yang tinggi karena ini adalah modal utama building trust dalam berdakwah.
Dalam building trust , trust juga bisa timbul karena reputasi maka dalam berdakwahpun kita harus berusaha menjaga reputasi kita sebagai pengemban dakwah dan Islam itu sendiri maka sikap dan perilaku kita juga adalah materi dakwah disinilah pentingnya kepribadian Islam yang harus dimiliki bagi pengemban dakwah. Sobat, kita bisa mulai berdakwah pada orang-orang yang akrab atau orang yang sudah kita kenal dekat dan baik. Gunakan rumus KLOP ( Keluarga, Lingkungan, Organisasi, kenalan Pribadi )
Keluarga; Siapa keluarga kita yang bisa kita kontak baik di kota maupun di luar kota saat kita bersilaturrahmi baik keluarga dekat atau keluarga jauh. Misalnya ; Ibu, bapak, adik, kakak, kakek, nenek, saudaranya ibu, saudaranya bapak, sepupu,cucu, saudara kakek, saudara nenek , dst.
Lingkungan ; tetangga kanan –kiri , tetangga depan- belakang, tetangga atas-bawah, Teman bermain, teman sekolah, teman hoby, guru anda SD, guru SMP, guru SMU, Dosen PT anda, teman kerja, temannya isteri, temannya bapak, temannya ibu, dst
Organisasi ; Anda mungkin pernah aktif atau partisipan di organisasi pemuda, Kartar,IPNU/IPPNU,IRM,Pemuda Muhammadiyah,organisasi massa, parpol, tentunya banyak juga orang yang kita kenal dan itu juga bisa menjadi obyek dan ladang dakwah bagi kita.
Kenalan Pribadi ; Bisa Klien, konsumen, pegguna jasa anda, kenalan di apotek, kenalan di halte bus, kenalan di seminar, kenalan saat antri bayar listrik atau telphon, kenalan di bis kota, kenalan di warung, dsb. Jangan lupa setiap ketemu dengan siapa saja berikan kartu nama anda dan minta kartu nama dia kalau ada atau dapatkan namanya, alamatnya, nomer kontaknya karena itu juga bisa menjadi obyek dakwah dan menambah jaringan silaturrahmi.

Segmentasi – Melihat "Pasar" kita secara kreatif

Rasulullah memulai dakwahnya
pada orang-orang yang beliau kenal baik
dan merekapun kenal beliau,
mulai dari keluarganya, kerabatnya, qabilahnya, sahabat-sahabatnya, kemudian ke suku Quraisy dan kota-kota terdekat.
Demikian juga Dakwah, meski menganggap dakwah wajib untuk seluruh manusia,
namun dakwah untuk menegakkan kembali Khilafah dilakukan dengan prioritas pada dunia Islam, dan dari dunia Islam itu yang lebih diprioritaskan lagi adalah dunia Arab. Pada tataran mikro kita juga perlu melakukan segmentasi, mana yang akan kita garap dulu:
Para tokoh politik? Tokoh agama?Intelektual?Kalangan Eksekutif?Kelas Menengah?
Kelas Pekerja? Mahasiswa?Pemuda?Pelajar?

Membidik sasaran – Tempatkan sumberdaya kita secara tepat

Rasulullah menyapa pertama-tama para kepala-kepala suku / tokoh kunci dalam masyarakat. Walaupun begitu, Rasul tidak menolak ketika datang orang biasa yang ingin belajar Islam.Beliau juga mengutus sahabat berdakwah sesuai karakter masyarakat yang dituju, semisal Abu Bakar ke kalangan pedagang,
Mush’ab bin Umair ke Yatsrib
atau Muadz bin Jabbal ke Yaman.Maka di daerah ini pada segmen apa kekuatan kita?
Bila kita ada pengemban dakwah dengan keunggulan intelektual, mereka seharusnya juga menyapa kalangan intelektual, mahasiswa, kelas menengah, atau tokoh politik.
Pengemban dakwah yang “ngustadz” lebih baik mengakses para ulama, pesantren atau eksekutif pencari spiritualitas.
Pengemban dakwah yang “gaul” bisa mengakses remaja dan pelajar.
Pengemban dakwah yang pekerja mengakses pekerja lainnya.
Demikian seterusnya.
Intinya adalah, target akan lebih efektif diakses oleh mereka yang potensinya memang di situ.
Untuk bisa berdakwah di kalangan remaja, anda harus tahu bahasa anak muda sekarang, tahu bacaan mereka, film kesayangan mereka, dandanan yang mereka bilang “cool”, dsb.
Sebaliknya untuk bisa berdakwah di kalangan ustadz, anda harus tahu tatakrama pesantren, bisa bahasa Arab atau minimal membaca kitab kuning, dan setidaknya memiliki “nasab kyai” atau “kesaktian kyai”.
Sobat, perlu juga dipahami dalam melakukan kontak dakwah kita bisa gunakan pengetahuan sales magic di atas misalnya, ketika kita mengikuti dan menyamakan gerakan tubuh kita, ketukan napas, mimik sekalipun hanya beberapa menit dengan persis, kita bisa baca pikiran dan perasaan mereka yang sedang kita kontak. Seringkali di pelatihan peserta kami minta berhadapan dua orang dan yang ketiga berdiri, salah satu diantara mereka , A berpikir tentang apa saja kemudian B mengikuti gerakan bahasa tubuhnya, ketukan napasnya, mimiknya dengan dibantu oleh C mengawasi dan membetulkannya maka bila dirasa persis dan tepat setelah itu kami tanyakan kepada B maka dia bisa menebak pikiran dan perasaan A dan lakukan pergantian agar semua merasakan dan paham akan pelajaran ini. Hal ini bisa membantu kita ketika melakukan kontak karena kita bisa mengetahui pikiran dan perasaan mereka sekalipun hanya sepintas cukup membantu untuk masuk dan menyesuaikan diri dengan baik sehingga berjalan lancar. Ingat tadi trust bisa dibangun dari Akrab dan kesamaan ; gerakan, kata-kata dan kualitas suara, serta type komunikasi.
Sobat, ketika kita menggunakan kata-kata dan kualitas suara yang sama dengan kontak dakwah kita ini juga sangat membantu untuk melakukan pendekatan apalagi kita bisa mengetahuan type komunikasinya apakah visual, auditori, ataupun kinestetis sebagaimana ciri-ciri yang telah kami jelaskan di atas maka kita harus menggunakan gaya atau type komunikasi yang sama didalam melakukan pendekatan.

Mendapatkan posisi – Pimpin jama'ah kita secara meyakinkan (Kredibel)

Sebelum menjadi Rasul, Muhammad saw sudah sangat kredibel, terkenal sebagai orang jujur.
Abu Bakar adalah pebisnis sukses yang menjadi tumpuan harapan kaumnya.
Umar adalah jawara pemberani yang tegas membela apapun yang dia yakini.
Dan ketika Islam semakin menancap, kredibilitas itu pun justru semakin tinggi.
Satu kata dengan perbuatan.Mulailah dari diri kita sendiri.
Karena Islam mengajarkan kebersihan, semestinya pakaian atau rumah setiap syabab selalu bersih.
Karena Islam menekankan menjaga amanat, maka syabab yang bertransaksi muamalat harus amanah.
Karena kita konon memiliki konsep pengaturan negara, maka hendaknya gerak organisasi kita juga teratur. Bagaimana mau mengatur negara,
kalau menaruh sandal di masjid saja berantakan.

Mulai dari hal-hal kecil, dari diri sendiri, dan sekarang!Setiap pengemban dakwah hendaknya memiliki suatu kelebihan
yang bisa diandalkan di lingkungannya.
Pengemban dakwah di kampus akan lebih kredibel
kalau dia juga bintang kampus.
Bintang ini bisa dari sisi akademis,
bisa dari sisi ektra akademis
(jago olahraga, juara MTQ, aktivis BEM,
penulis, pengusaha, dsb).
Tentu juga sangat kredibel kalau memang tahu banyak soal syari'ah, termasuk fiqh sehari-hari;
jadi tidak cuma mengerti fiqh khilafah saja …

Membangun Kebutuhan manusia dalam Dakwah ( Building Need )

•Dua kebutuhan manusia yang paling mendasar : Menghindari rasa sakit (80%) dan mendapatkan rasa nikmat (20%)
•Enam kebutuhan manusia yang modern :
•1. Kepastian/nyaman/aman
•2. Ketidakpastian/variasi/hal baru
•3. Hubungan/Relationship
•4. Signifikan/ Berbeda
•5. Pertumbuhan/Jadi lebih baik
•6. Kontribusi/ berarti

Tampil Beda – Integrasikan antara "Isi" dengan “Kemasan“

Diferensiasi Rasulullah:
content dakwahnya tak sekedar seruan moral,
juga bukan ke kekuasaan belaka.
Dakwah beliau adalah tauhid ideologis,
yang bila diterima, otomatis akan mereformasi
baik seorang individu maupun masyarakat,
mulai dari aspek aqidah, ibadah, muamalah, ahlaq, hingga politik. Dari sisi context,
beliau menjadi uswatun hasanah
- contoh hidup paling sempurna –
bagaimana menerapkan Islam dengan tepat, baik sebagai pribadi, pemimpin gerakan,
hingga sebagai kepala negara.
Sampai-sampai, dalam urusan pribadi,
mereka yang secara ideologis memusuhinya tetap bermuamalah dengan beliau.
Ini context dakwah yang paling meyakinkan.Maka gerakan dakwah yang meniru Rasulullah harus jelas-jelas ideologis.Gerakan Dakwah memiliki sejumlah keunikan
yang akan membedakan dari gerakan lain.
Namun dengan keunikan ini bukan berarti Gerakan Dakwah superior dibanding gerakan dakwah lainnya, namun Gerakan Dakwah memiliki tanggungjawab lebih besar pada ummat
Kelompok Dakwah – namun juga Partai Politik;Politik– namun mencerdaskanPartai politik – namun tak harus di parlemen;Revolusioner– dimulai dari berpikir;Merubah masyarakat– tak melupakan individu;Fundamental– namun tidak dogmatis;Syariat Islam– tak sekedar Piagam Jakarta;Negara Islam– namun bukan teokrasi;Kesatuan Umat– bukan kesatuan partai;Khalifah– namun bukan ketua kelompok;Orthodoks– namun dengan ijtihad;Syura’ – namun bukan demokrasi;Radikal – namun tidak eksklusif;Substantif– namun juga dengan simbol;Jihad – namun penuh kedamaian;Tak kenal kompromi– namun tanpa kekerasan;Membebaskan– namun bukan liberal;Toleran – namun bukan pluralis;Internasional – tapi bekerja lokal;Lokal– namun bukan nasionalisme

Dari sisi context, dakwah ideologis tidak lantas sedikit-sedikit bicara ideologi.
Sebagian besar orang tak peduli pada ideologi.
Mereka lebih suka sesuatu yang menunjukkan solusi problem yang dihadapinya.
Maka sangat perlu mengembangkan uslub-uslub yang membuat orang berpikir,
bahwa solusi itu ada, namun baru akan sempurna bila dalam suatu kerangka ideologis.

Dakwah Efektif harus punya “ BASIS “

•Benar (= syar’i)
•Aplikatif (= jelas apa yang harus diamalkan)
•Solutif (= jelas apa yang akan terselesaikan)
•Inovatif (= kreatif penyampaiannya)
•Simple (= sederhana, gampang diingat)

Gabungkan antara Penawaran dan Akses

Rasulullah memberi “offer” kepada bangsa Arab: “Kalau menginginkan kekuasaan atas bangsa Arab dan non Arab, ucapkan kalimat Tauhid”.
Tentu saja orang Quraisy sangat faham apa makna “price” mengucapkan kalimat Tauhid itu
– yang akan berarti waktu, tenaga, harta, jiwa
– dan tentu juga kesombongan mereka.
Di kesempatan lain, ketika akan melepas pasukan jihad, offer beliau lain lagi, yaitu tegas-tegas “Al-Jannah”.
Ini sifatnya spiritual (qimah ruhiyah).
Sedang place & promotion yang ditempuh Rasul saat itu adalah di masjid, di pasar-pasar,
di bukit Shafa, pokoknya dia mudah ditemui di tempat-tempat kerumunan.
Promosinya dari mulut ke mulut.
Terkadang black-campaign justru malah jadi promosi gratis – terutama pada orang-orang yang jiwanya merdeka dan terbuka.
Dan memang itu yang terjadi.Offer kita adalah kebangkitan ummat dari keterpurukan, dan ridha Allah di akherat nanti. Pricenya adalah kerja keras kita.
Place-nya ada di mana-mana: buku-buku, leaflet, opini atau surat pembaca di koran, website, mashiroh, tabligh akbar, diskusi publik, khutbah dan semua even yang bisa dimasuki. Beberapa acara akbar kita belum tepat sasaran karena produk (yang dipersonifikasi oleh tokoh yang akan tampil) belum dikenal,
time-cost yang belum efisien,
tempat acara yang kurang strategis,
dan promosi yang belum optimal.

Menjual – Menjalin Hubungan Jangka Panjang dengan Pelanggan

Rasulullah amat menekankan silaturahmi. Malaikat mendoakan orang yang bersilaturahmi, sekalipun tidak ada muamalah. Silaturahmi melapangkan rezki & memperpanjang umur.Silaturahmi telah membuat orang-orang yang semula memusuhi jadi setidaknya netral, yang netral jadi mendukung, setidaknya dalam opini, dan yang semula cuma mendukung dalam opini, jadi mendukung secara langsung (fisik, sarana).-berapa orang external hadir di acara kita
-Namun berapa yang akan hadir lagi?
-berapa majalah/buletin yang terjual bulan ini
-Namun berapa yang akan terjual bulan depan?
-berapa yang akan terrekrut bulan ini
-Namun berapa yang masih akan bertahan sampai tiga bulan lagi?
Gerakan Dakwah pun harus selalu menjaga
orang-orang yang pernah mengikuti acaranya, apakah itu dauroh, seminar, atau mashiroh,
sebagai pembicara maupun peserta.
Mereka harus rutin di-ittisholi,
dikirimi buletin , majalah ,
atau nashroh, baik langsung,
via email, telepon atau sms.
Dari diskusi-diskusi itu
mereka juga akan lebih kenal,
bahwa syabab yang sering ziarah kepadanya memang OK dan pantas didukung atau dibela.Hubungan ini membuat mereka berpikir
bahwa mereka tidak cuma dicari
ketika dibutuhkan saja.
Mereka merasa
bahwa GD memang mencintai mereka,
ketika mereka mencintai kaum mukminin,
ketika agenda mereka
adalah agenda ummat Islam.
Dan dari silaturahmi itulah
mereka akan terus tahu
bahwa GD masih tetap baik,
atau terus makin baik.Sebuah parpol Islam – besar ataupun kecil –selayaknya terus memiliki aktivitas pencerdasan politik (dalam bentuk penyebaran bulletin, seminar, aksi massa, diskusi publik sampai silaturahmi atau kontak tokoh).
Mereka tidak boleh hanya ‘bunyi’ menjelang pemilu, munas atau HUT partai saja. • Sebelum menjadi Ketua PBNU pada tahun 1984, Gus Dur adalah orang yang sangat rajin silaturahmi. Dalam setahun,
Gus Dur bisa mengunjungi 400 tokoh !!!

Give Solution ( Memberikan solusi )

•Position Pribadi
•Taktik Penyampaian :
•1. Memenuhi Fear dan Greed dan top 2 dari six human need
•2. Ultimate Advantage ( Nilai tambah )
•3. Sensational Offer (Hadiah, diskon,limit waktu).
•4. Powerful Promise ( Garansi )

Brand – Hindari Jebakan Komoditas "Kodian“

Nama Rasulullah sangat harum.
Beliau kokoh memegang prinsip, sehingga tidak memberi kesempatan namanya tercemar. Termasuk apa yang beliau lakukan terhadap keluarga beliau.
Ketika ada permohonan amnesti atas wanita bangsawan yang mencuri, beliau dengan tegas mengatakan, bahkan jika pencurinya itu Fatimah binti Muhammad,
beliau sendiri yang akan memotongnya. Gerakan Dakwah amat peduli
agar tiap syabab kokoh berpegang pada syara’.
Syabab yang secara jelas melanggar hukum syara’ akan diberi sanksi. Sekalipun orang itu memiliki pengaruh atau potensi ekonomi yang besar – namun bila keberadaannya dalam syarikah akan membuat nama syarikah tercemar, maka itu harus dijauhi.
Maka aktivitas GD harus selalu menjaga brand image ini.
Brand image pertama adalah syar’i.
Kemudian baru aktivitas itu harus ada nilai politis-ideologisnya, sekalipun hanya mengajar membaca al-Qur’an.
Ini karena aktivitas itu diletakkan secara tepat secara konseptual – sistemik, serta dikerjakan secara cerdas, penuh empati pada objek dakwah dan percaya diri terhadap kendala yang dihadapi.
Di atas itu semua, GD tidak pernah melakukan kekerasan

Melayani – Jadikan Servis / Melayani sebagai Pandangan Hidup

Rasulullah pun selalu memilih saat yang tepat dalam memberi tausiyah kepada shahabatnya atau pada orang-orang yang akan mendengarkannya.
Beliau berpesan agar dalam dakwah kita memakai bahasa yang dikenal oleh kaum yang akan kita tuju, karena kalau tidak,
yang muncul hanya fitnah.Karena itulah setiap Pengemban Dakwah harus benar-benar memahami aspek sosiologis & psikologis target dakwah.
Kontak dakwah sebaiknya dilakukan setelah memahami kondisi orang yang akan dikontak serta dilakukan dengan penuh empati.
Dakwah tak selalu harus dilakukan secara formal. Dakwah bisa di mana saja, bisa sambil ronda atau minum kopi di warteg.
Tentu saja harus tahu mood yang sedang ada di situ, dan bagaimana memilih entry-point yang tepat untuk memulai pembicaraan yang fokus,
tanpa buru-buru langsung ditolak.

Proses – Tingkatkan Kualitas, Pantaskan Harga dan Kirim Tepat Waktu

Pekerjaan harian Rasulullah
adalah mentatsqif para sahabat.
Kemudian bertambah dengan menjawab permintaan dakwah atau keluhan dari mana-mana, terlebih setelah menjadi kepala negara.
Dan di samping itu beliau terus kreatif memutar otak untuk membuka lahan-lahan dakwah baru.•

Close The sales ( Menutup Penjualan )

• Gunakan nada yang tepat ( nada rendah dan mantap, lebih baik daripada nada tinggi)
• Beri 2 pilihan ( Double Yes )
• Gunakan Ya kecil, ya besar
• Mengatasi keberatan

Sobat, jangan lupa ketika udah beberapa kali kontak dan tahapan-tahapan building trust, building need, bahkan udah mencapai give solution sebagaimana penjelasan di atas maka segera lakukan closing dengan menawarkan untuk ikut andil dan ambil peran dalam dakwah Islam melangsungkan kehidupan Islam ini. Dengan mengunakan prinsip-prinsip dan pendekatan di atas Insya Allah memberi kemudahan dalam menjalankan dakwah ini.

Teguh atau Istiqamah Dalam Mengemban Dakwah

Secara bahasa, istiqâmah bermakna i’tidâl (lurus). Sedangkan menurut syariat dan perbuatan Rasul istiqâmah berarti afdhal ash-shalah (shalat yang paling utama) atau penyerahan dan peleburan diri yang sempuma di dalam Islam, baik pemikiran maupun perasaannya, terikat dengan ajarannya dan mendakwahkannya. Allah Swt. berfirman:

Karena itu, serulah (mereka kepada agama itu) dan beristiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu.(QS asy-Sura [42]: 15).

Allah Swt. juga berfriman:
Tuhanmu adalah Allah Yang Maha Esa. Karena itu, tetaplah pada jalan yang lurus. (QS Fushilat [41]: 6).

Istiqamah kepada Allah ditempuh dengan cara: selalu mentauhidkan-Nya, menolak selain-Nya, dan hanya meminta pertolongan kepada-Nya; senantiasa bertawakal dengan sebenar-benarnya dan berserah diri kepada-Nya dalam semua urusan; selalu memohon ampunan, rahmat, pertolongan, kemuliaan, dan kebaikan bagi seluruh umat-Nya dan para pengemban dakwah; senantiasa tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya untuk menghilangkan seluruh keburukan yang menimpa Islam dan penganutnya; serta secara kontinu berzikir dan bersyukur kepada-Nya di saat malam dan siang—atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada segenap makhluk-Nya, atas Kitab dan Sunnah Rasul-Nya, atas keterikatan dengan hukum Islam, dan sebagainya.

Dzikrullâh (senantiasa mengingat Allah) akan menghasilkan kesadaran akan hubungan dengan Allah Swt. (idrak shillah billâh) dan akan menghasilkan pula keimanan yang kuat. Allah adalah Maha Pemberi dan Penghalang, Maha Menghidupkan dan Mematikan, Maha Memuliakan dan Menghinakan, serta Maha Menjaga dan Menolong. Allah akan senantiasa menjaga dan menolong dakwah beserta orang-orang yang istiqamah di dalamnya. Allah akan selalu menjaga dan menolong mereka yang selalu menyakini dengan pasti Kitab-kitab dan Sunnah Rasul-Nya dengan keyakinan yang tidak disertai unsur keraguan dan prasangka; yang selalu terikat dengan al-Quran dan Sunnah; yang selalu teguh di dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya; yang selalu mengikuti kunci-kunci kebaikan dan berusaha memasuki pintu-pintunya; yang tidak akan pemah keluar darinya dan bersikeras untuk mencari berbagai upaya untuk dapat memasukinya; yang berusaha merobohkan seluruh pintu yang ada yang tidak sesuai dengan kebaikan; yang selalu mewaspadai pintu-pintu dosa hingga merasa takut untuk memasukinya; serta yang senantiasa mencari berbagai upaya dan cara untuk mengetahui pintu-pintu dosa dan kunci-kuncinya. Dengan itu, ia bisa memahami berbagai kesalahan, bahaya, dan tipudayanya, sehingga tidak akan terperangkap dan terjatuh di dalamnya.

Sobat Pengemban dakwah, ketika meyakini hanya Allah-lah yang akan meneguhkan umatnya, hendaknya senantiasa melandaskan diri pada Islam, terikat dengan Islam, sekaligus selalu mendakwahkannya. Semua itu harus dibarengi dengan keyakinan yang pasti, bahwa Allah-lah yang memberikan berbagai sebab dan hanya ditangan-Nyalah hasil itu didapat. Ketika mereka berkeinginan untuk mencegah berbagai bahaya yang akan menimpa agama dan umatnya—sebagaimana telah diserukan Allah—maka sudah menjadi suatu kepastian untuk mengambil berbagai cara dan upaya yang dapat mencegah bahaya-bahaya tersebut; dengan keyakinan bahwa Allah Swt. akan selalu menjaga agama dan wali-wali-Nya. Ketika mereka berkehendak untuk istiqamah pada Islam, hendaknya mereka selalu berpegang pada ideolog Islam. Para ulama salaf yang salih dari kalangan para Sahabat Nabi dan mereka yang telah datang sesudahnya— yakni orang-orang Mukmin yang selalu istiqamah dan bersungguh-sungguh—tidak pernah patah semangat, selalu gigih, dan tidak pemah main-main.

Sobat yang berbahagia, pengemban dakwah wajib mengambil berbagai cara dan upaya yang dapat mengantarkan pada sifat-sifat istiqamah tadi, serta pada terwujudnya tujuan dan harapan, yakni ketakwaan kepada Allah Swt. Allah Swt. berfirman:

Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia duga. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya. (QS ath-Thalaq [65]: 2-3).


Allah Swt juga berfiman:
Jika salah seorang di antara keduanya atau dua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah!”(QS al-Isra [17]: 23).


Sementara itu, Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah telah berwasiat kepada ibu kalian, kemudian kepada ibu kalian, kemudian berwasiat kepada bapak kalian, kemudian kepada kerabat dekat

Ketika pengemban dakwah membaca ayat dan sabda Rasul di atas, mereka tidak akan pemah berlaku kasar kepada kedua orang tuanya, dan selalu berperilaku baik kepada keduanya—walaupun keduanya bertindak zalim—selama mereka tidak memerintahkan kemaksiatan. Ia akan selalu berbicara kepada keduanya dengan lemah-lembut, mendoakan dan memohonkan ampunan bagi keduanya, melaksanakan amanat-amanat keduanya, memuliakan kebaikan-kebaikan mereka, bersedekah kepada keduanya, tidak melangkahi keduanya, tidak angkuh kepada keduanya, serta mengupayakan hal-hal yang dapat mendatangkan keridhaan keduanya.

Rasulullah saw. juga bersabda:
Sesungguhnya rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum yang memutuskan silaturahim. Silaturahim itu merupakan penghubung dan kasih sayang. Barangsiapa yang menjalin silaturahim, maka dia akan dihubungkan. Barangsiapa yang memutuskannya, maka dia akan diputuskan.

Ketika memahami kedua sabda Rasul di atas, pengemban dakwah akan selalu bersikap welas-asih kepada karib-kerabatnya; senantiasa berlaku santun dan berlapang dada; selalu bersabar atas penderitaan yang ditimpakan oleh mereka; dan selalu berusaha menyambungkan silaturahim yang telah diputuskan oleh mereka. Mereka akan senantiasa mengambil berbagai cara yang dapat menyatukan dan menghubungkan kembali silaturahim, disertai berserah diri dan tunduk kepada Allah, supaya ditunjuki pada berbagai sebab yang dapat merealisasi maksud dan tujuan tersebut.

Oleh karena itu, sobat pengemban dakwah—ketika meresapi ayat-ayat Allah dan memahami hadis-hadis Rasul yang memerintahkan untuk merealisir tujuan-tujuan yang yang telah ditetapkan oleh syariat, yakni melalui sebab-sebab dan cara-cara yang juga ditetapkan oleh syariat—hendaknya berjalan dengan sungguh-sungguh untuk menjiwai berbagai tujuan tersebut. Ia harus selalu terikat dan berjalan sesuai dengan jalan Islam atau sebab-sebab yang telah ditetapkan syariat, tanpa pernah berpaling darinya.

Allah Swt. berfirman:
Jika saja mereka tetap lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan memberi kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (QS al-Jin [72]: 16).


Karena itu, segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS adz-Dzariyat [51]: 50).

Pengemban dakwah hendaknya mengambil berbagai sebab atau kondisi, yakni dengan mulai membuat berbagai perencanaan dan tujuan umum, serta mengikuti metode dinamis dan tidak jumud untuk mencapai sejumlah tujuan yang lebih khusus. Setelah itu, ia memilih wasilah (cara) yang paling baik, yang dapat membantu meraih berbagai tujuannya.

Rasulullah saw., pada saat Perang Badar, sepenuhnya yakin bahwa Allah akan menolongnya, dan bahwa pertolongan itu hanya di tangan Allah semata. Beliau telah mempersiapkan sejumlah prasyarat yang dapat mengantarkan pada tercapainya pertolongan Allah, yaitu dengan tetap berpegang teguh pada perintah-Nya. Kekalahan yang terjadi pada kaum Muslim tidak akan terjadi seandainya saja pasukan panah tidak melanggar perintah Rasulullah. Tidaklah Rasulullah saw. berperang bagaikan singa merah di hadapan musuh-musuhnya saat Perang Uhud, kecuali untuk mengenyahkan berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi dan kaum musyrik atas Islam dan Daulah Islam.

Ketika Rasulullah saw. berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Abu Bakar, beliau berusaha menghindari kekejaman orang-orang Quraisy. Beliau selalu berbekal keyakinan bahwa Allah-lah yang akan menjaga beliau sekaligus dakwah yang diembannya.

Istiqamah di jalan Allah juga berarti ikhlas semata-mata untuk Allah—baik dalam pemikiran, amal, maupun cita-cita; menjauhkan diri dari motif karena manusia; berserah diri bahwa Islam adalah qiyâdah fikriyyah; berupaya mewujudkan semua hal tersebut semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt.

Dengan demikian, pengemban dakwah wajib memiliki sifat-sifat mulia, kesadaran penuh, dan keikhlasan; sebagaimana hikmah dan doa yang ditamsilkan oleh ‘Umar ibn al-Khaththab r.a. Hikmah itu menyebutkan:

Manusia itu ada tiga macam: yang berakal, yang bodoh, dan yang gila. Orang yang berakal adalah yang tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak kekal atas yang kekal. Orang yang bodoh adalah sebagaimana sebatang pohon yang ditiup angin, kemudian terombang-ambing. Orang yang gila adalah orang yang menjual akhiratnya demi meraih dunia.

Sedangkan doa Umar ibn al-Khaththab adalah sebagai berikut:
Ya Allah, jadikan seluruh amalku ini ikhlas, dan jadikan seluruh amalku hanya karena Engkau, dan jangan engkau jadikan amalku untuk seorang pun.

Metode Islam untuk mendapatkan sifat istiqamah di dalam Islam dan dakwah adalah sebagai berikut:

Pertama: Mengidentifikasi pemikiran yang mendalam dan pemikiran rusak yang diwariskan dari masa kemunduran. Hal ini, akan menjaga akal dengan pemikiran Islam, baik pemikiran yang berhubungan dengan akidah ataupun syariat. Setelah melakukan identifikasi, kemudian berupaya mengubah pemikiran tersebut menjadi mafâhîm (pemahaman) bagi dirinya, dengan jalan meyakininya, memahami fakta-faktanya di dalam otak dengan pemahaman yang cemerlang, jernih, dan jelas berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Mafâhîm tersebut harus menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dalam pembentukan akal. Dengan demikian, akan didapatkan suatu keterikatan dan dorongan kuat untuk menegakkan pemikiran tersebut.

Bertolak dari pemikiran dan mafâhîm ini, lalu ditegakkan metode dakwah dan dakwah Islam itu sendiri. Keduanya sekaligus dijadikan sebagai parameter (timbangan) untuk menghukumi fakta yang ada.

Selanjutnya adalah memahami fakta secara mendalam untuk mendapatkan tujuan-tujuan yang ingin diraih tanpa terpengaruh sedikit pun oleh berbagai pemikiran, hukum, pandangan, dan patokan-patokan yang bertentangan dengan Islam. Bahkan, semua itu harus dihilangkan. Persoalan-persoalan seperti nasionalisme dan demokrasi mesti dihilangkan. Demikian pula konspirasi antara gerakan-gerakan Islam dengan para penguasa di negeri-negeri Islam, seperti: meminta pertolongan kepada negara-negara kafir dan memberikan loyalitasnya kepada mereka; berhukum dengan asas nasionalisme; membiarkan dan berdiam diri dari penguasa yang berkhianat; masuk dalam sistem parlemen dan berdiam diri atas perundang-undangan kufur; menjadi perpanjangan tangan untuk menghambat berdirinya Daulah Khilafah; atau menafsirkan Islam sesuai dengan peradaban dan pemahaman Barat—seperti mengikuti kemaslahatan akal dan hawa nafsu sebagai pembenaran untuk menempuh jalan-jalan setan dan menentang jalan Islam; menjadikan fakta sebagai rujukan (sumber) hukum; menganggap adat-istiadat sebagai hukum (al-’âdah muhakkamah); meyakini bahwa (hukum) Islam bisa berubah atau berganti karena perubahan waktu, tempat, zaman, dan kejadian; atau rela dengan kenyataan (buruk) yang ada, dan sebagainya.

Para pengemban dakwah, dengan demikian, wajib secara kontinu menjaga akal dengan pemikiran Islam. Mereka harus terus-menerus mengemban dakwah Islam serta memerangi setiap pemikiran, hukum, patokan-patokan, pendapat, dan adat-istiadat yang bertentangan dengan Islam tanpa kompromi. Dengan itu, Islam mampu merobohkan kaum kafir, dan pemikiran Islam pun mampu menggulung seluruh kekuasaan kafir.

Walhasil, istiqamah dalam akal (istiqâmah al-aql) diperoleh dengan cara meleburkan diri secara sempurna dalam ajaran Islam. Hal itu akan tercapai jika para pengemban dakwah menegakkan kewajiban-kewajiban Islam, kewajiban-kewajiban dakwah, dan selalu bersabar di dalamnya. Allah Swt. berfirman:

Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan duani ini. Jangan pula kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaanya melewati batas. (QS al-Kahfi [18]: 28).

Katakanlah, “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Karena itu, barangsiapa yang ingin beriman hendaklah beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir.” (QS al-Kahfi [18]: 29).

Seandainya Kami tidak memperkuat (hatimu), niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Seandainya terjadi demikian benar-benarlah Kami akan timpakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dari Kami. (QS al-Isra [17]: 74 – 75).

Dengan demikian, kewajiban berdakwah tidak boleh dipengaruhi oleh penerimaan ataupun penolakan manusia; tidak dipengaruhi pula oleh panjang atau pendeknya waktu ataupun oleh keuntungan dan kerugiannya. Akan tetapi, semua perkara harus selalu dihubungkan dengan surga dan neraka, atau ridha dan murka Allah. Pengemban dakwah harus bersemangat terhadap agama Allah dan berisitqamah di atasnya, walaupun akan tertimpa cobaan dan kerugian. Untuk itu, pengemban dakwah wajib selalu terikat dengan Islam, terikat dengan ide (fikrah) dan metode (thariqah)-nya tanpa ada pemisahan. Musibah yang sebenarnya bagi pengemban dakwah adalah musibah yang menimpa agamanya dan kerugiannya adalah kerugian dalam beragama. Setiap musibah setinggi dan sebesar apapun, walaupun diterpa goncangan yang dahsyat, tidak akan berpengaruh pada dirinya di dalam mengemban dakwah. Ia akan selalu berjalan lurus di atas ideologi Islam dan senantiasa berdakwah atas nama Islam. Setiap kerugian yang menimpanya, walau kerugian itu memuncak, tidak boleh mengguncang keteguhan para pengemban dakwah.

Allah Swt. berfirman:
Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya yang menimpa orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya. “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS al-Baqarah [2]: 214).


Jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS al-Aniam [6]: 116).

Allah tidak akan mengingkari janji-janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Rum [30]: 6).

Katakanlah, “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Luqman [31]: 25).

Akan tetapi, sebagian besar tidak beriman. (QS Hud [11]: 17).

Akan tetapi, sebagian manusia tidak mau bersyukur. (QS al-Baqarah [2]: 243).

Sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. (QS Yusuf [12: 103).

Kedua: Memecahkan persoalan perasaan instinktif yang bersifat primordial (fitri) dengan melandaskannya pada ideologi Islam, artinya perasaan yang terbentuk melalui jalan ‘aqliyyah Islâmiyyah. Rasulullah saw. bersabda:

Tidak beriman di antara kalian sampai kalian menjadikan hawa nafsu kalian tunduk (mengikuti) apa saja yang aku bawa.

Mengganti perasaan cinta kekuasaan dunia dengan perasaan cinta terhadap Islam; mengganti perasaan takut akan dunia menjadi takut hanya kepada Allah; mengganti perasaan tamak atas dunia menjadi perasaan dekat dengan Allah; beristiqamah dalam agama Allah dan dakwah; dan senantiasa menegakkan sabda Rasulullah saw. artinya, “Mati di dalam ketaatan kepada Allah lebih baik daripada hidup di dalam lumpur kemaksiatan.”

Mengganti kecintaan pada harta-benda dan umur panjang, menjadi kecintaan untuk bersedekah semata-mata karena Allah tanpa meminta imbalan dan jasa; mengganti perasaan bertanggung jawab pada kedudukannya, diri sendiri, dan keluarga, menjadi perasaan bertanggung jawab pada seluruh umat manusia.

Oleh karena itu, para pengemban dakwah hendaknya menundukkan perasaanya masing-masing dengan mengikuti agama Allah. Tidak terpaku hanya pada hal itu saja, tetapi meleburkan secara sempurna dengan ikatan Islam dan senantiasa berdakwah untuk Islam, dengan tujuan mengharap keridhaan Allah Swt.

Tidak diragukan lagi, dengan mengikuti perilaku Rasulullah saw. pada periode Makkah dan Madinahg, sekaligus mempelajari kisah-kisah para sahabat, kita akan mendapatkan bagaimana keistiqamahan mereka dalam Islam dan dakwah. Mereka sungguh menjadi “Islam yang hidup” dalam realitas. Mereka adalah suri teladan yang baik di dalam membangun kepribadian Islam dan dalam melakukan dakwah Islam. Mereka adalah contoh yang baik di dalam keterikatannya dengan hukum syariat. Mereka juga adalah contoh yang baik yang menunjukkan bahwa keagungan dan kemuliaan mereka hanyalah untuk Islam, baik dalam pemahaman, keterikatan, dan di dalam mendakwahkan Islam. Begitu pula kebiasaan mereka untuk merealisasikan pemahaman mereka, yaitu berkurban dengan sesuatu yang tinggi semata-mata untuk Islam. Mereka adalah orang-orang yang tiada bandingannya di dalam menegakkan Islam di dalam masyarakat dan di dalam mengemban dakwah ke seluruh dunia.

Rasulullah saw. menolak perjanjian dengan penguasa Quarisy yang didasarkan pada “toleransi” dengan peraturan-peraturan yang rusak. Beliau menolak meninggalkan permusuhan dan peperangan terhadap kebatilan. Beliau tidak pernah terpengaruh oleh berbagai goncangan atau ancaman. Beliau menganggap bahwa pergulatan politik merupakan suatu hal yang sangat penting, yang terkait dengan persoalan hidup dan mati. Beliau bersabda:

Demi Allah, seandainnya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di atas tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara dakwah ini, (tentu tidak aku tinggalkan) sampai Allah menyaksikan perkara mereka atau aku binasa (yang) di dalamnya, (maka) aku tidak akan pernah berpaling. []

Tidak ada komentar: