Mencerna apa yang dimakan, menyaring menjadikannya nutrisi, nutrisi kehidupan^^v

Bismillah...proses belajar yang terus-menerus, seharusnya menjadikan diri semakin produktif, insya Alloh...

Senin, 27 September 2010

KAIDAH BAHASA SEMESTER 5. . .

MAKALAH BAHASA INDONESIA
Disusun guna memenuhi
Tugas mata kuliah pendidikan Bahasa Indonesia
Semester 5






DISUSUN OLEH:
NAMA: INGKE PERMATASARI
NIM: K7108161
KELAS: 5 C
PROGRAM S1 PDSG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, serta membri kesabaran hati dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesiakan penulisan Makalah Bahasa Indonesia ini dengan tepat waktu. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan di program PGSD FKIP UNS Surakarta semester IV.

Penulisan ini telah selesai berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah Bahasa Indonesia ini masih terdapat kekuramgan. Oleh sebab itu. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk memperbaiki pelaksanaan penulisan berikutnya.

Akhirnya penulis berharap dengan kekurangan yang ada semoga Makalah Bahasa Indonesia ini dapat bermanfaat bagi pembaca tercinta.


Surakarta, 27 September 2010
Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
A. Pendahuluan 4
a. Latar Belakang 4
b. Rumusan Masalah 4
c. Tujuan dan Manfaat 4
B. Landasan Teori 5
a. Tinjauan Kepustakaan 5
b. Kerangka Pemikiran 5
C. Pembahasan 6
a. Kaidah Ejaan 6
b. Kaidah Istilah 23
c. Kaidah Tata bahasa 25
D. Simpulan Dan Penutup 31
E. Daftar Pustaka 32








A. PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991.
Karena wilayah pemakaiannya yang amat luas dan penuturnya yang beragam, bahasa Indonesia pun mempunyai banyak ragam. Berbagai ragam bahasa itu tetap disebut sebagai bahasa Indonesia karena semua ragam tersebut memiliki beberapa kesamaan ciri. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan tata makna pada umumnya sama. Itulah sebabnya kita dapat saling memahami orang lain yang berbahasa Indonesia dengan ragam berbeda walaupun kita melihat ada perbedaan perwujudan bahasa Indonesianya.
Di samping ragam yang berdasar wilayah penuturnya, ada beberapa ragam lain dengan dasar yang berbeda, dengan demikian kita mengenal bermacam ragam bahasa Indonesia (ragam formal, tulis, lisan, bidang, dan sebagainya).; selain itu ada pula ragam bidang yang lazim disebut sebagai laras bahasa.
2. Rumusan Masalah
Kaidah dalam seni kata yang menghasilkan ragam susastra. Untaian kalimat yang berlarik-larik tidak selalu dapat disebut sajak. Bahkan dalam ejaan, istilah, dan tata bahasa terdapat kaidah ynag akan dapat membuat kita mengarti akan pengertian ejaan, istilah dan tata bahasa.

3. Tujuan Dan Manfaat
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia.
b. Membantu masyarakat tentang penggunaan bahasa yang baik dan genar.
c. Mengurangi kesalan dalam penggunaan bahsa Indonesia.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebahasaan yang baik dan benar.
e. Menjadi patokan berbahasa yang baik dan benar
f. Menjadi landasan pengunaan bahasa di masyrakat.
g. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia.
h. Membantu mahasiswa dalam mempelajari kaidah kebahasaan Indonesia.

B. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
Ejaan, Istilah dan Tata bahasa pendidikan merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar bahasa, baik yang dipandu oleh guru atau instruktur dalam lembaga pendidikan bahasa maupun yang tidak. Kehadiran tata bahasa pendidikan merupakan hasil rekayasa yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memperlancar proses penguasaan suatu bahasa. Artinya, penguasaan bahasa yang tidak hanya sekadar berupa kesanggupan untuk mengungkapkan pikiran dalam bentuk lisan dan tulisan, tetapi juga kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajari dalam berbagai kepentingan.

Untuk dapat menerapkan linguistik dalam pengajaran bahasa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah adanya deskripsi linguistis tentang bahasa yang akan diajarkan, buku-buku pegangan sekolah yang berlandaskan pada linguistik, dan guru-guru bahasa yang menerapkan dan mendasarkan pengajaran bahasa di sekolah pada linguistik.
2. Kerangka Pemikiran
a. Kaidah ejaan
1. Kaidah ejaan yang berlaku untuk huruf abjad, vocal, konsonan, diftong, gabungan huruf konsonan, pemenggalan kata dan serapan
2. Pemakaian huruf capital dan huruf dalam ejaan
3. Penulisan kata
b. Kaidah istilah
1. Tata Istilah
2. Penggunaan Tata Istilah Dalam Bahasa Indonesia
3. Karakteristik Dan Penggunaan Tata Bahasa

c. Kaidah tata bahasa
1. Karakteristik dan sifat tata bahasa
2. Perbadaan antara tta bahasa pendidikan dan tata bahasa deskriptif
3. Ciri khas tata bahasa pendidikan
4. Beberapa ciri tata bahasa untuk Bahasa Indonesia baku
C. PEMBAHASAN

1. Kaidah Ejaan
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a A J j je S s Es
B b Be K k ka T t Te
C c Ce L l el U u U
D d De M m em V v Fe
E e E N n en W w We
F f Ef O o o X x Eks
G g Ge P p pe Y y Ye
H h Ha Q q ki Z z Zet
I i I R r er
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
A api padi Lusa
e* enak petak Sore
emas kena Tipe
I Itu simpan Murni
O oleh kota Radio
U ulang bumi Ibu
* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
B bahasa sebut adab
C cakap kaca –
D dua ada abad
F fakir kafir maaf
G guna tiga balig
H hari saham Tuah
J jalan manja mikraj
K kami paksa sesak
– rakyat* bapak*
L lekas alas kesal
M maka kami Diam
N nama anak daun
P pasang apa Siap
q** Quran Furqan –
R raih bara putar
S sampai asli lemas
T tali mata rapat
V varia lava –
W wanita hawa –
x** xenon – –
Y yakin payung –
Z zeni lazim Juz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Ai ain syaitan Pandai
Au aula saudara harimau
Oi – boikot Amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabungan
Huruf
Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Kh khusus akhir Tarikh
Ng Ngilu bangun Senang
Ny nyata hanyut –
Sy syarat isyarat Arasy
F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal.
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan
(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi

Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring Dalam Ejaan
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus hari Natal
bulan Maulid Perang Candu
hari Galungan tahun Hijriah
hari Jumat tarikh Masehi

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba Selat Lombok
Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk Benggala



Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal
baal
octaaf pal
bal
oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe
aerodinamics aerob
aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
haematite hemoglobin
hematite
ai tetap ai
trailer
caisson trailer
kaison
au tetap au
audiogram
autotroph
tautomer audiogram
autotrof
tautome
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
construction kalomel
konstruksi
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom

Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia..
Dalam Penyesuaian ejaan terdapat beberapa macam dalam penyesuaian ejaan antara lain:
 Penyesuaian fonem
Tanpa perubahan
1. ae jika tidak bervariasi dengan e. Contoh: aerobe → aerob.
2. ai
3. au
4. e
5. ea
6. ei
7. eo
8. eu
9. f
10. i jika di awal suku kata di muka vokal. Contoh: ion → ion.
11. ie jika lafalnya bukan i. Contoh: variety → varietas.
12. kh (Arab)
13. ng
14. ps
15. pt
16. u
17. ua
18. ue
19. ui
20. uo
21. v
22. x, jika di awal kata. Contoh: xenon → xenon.
23. y, jika lafalnya y. Contoh: yen → yen.
24. z.
Dengan perubahan
1. aa (Belanda) → a. Contoh: octaaf → oktaf.
2. ae → e, jika bervariasi dengan e. Contoh: haemoglobin → hemoglobin.
3. c → k, jika di muka a, u, o, dan konsonan. Contoh: crystal → kristal.
4. c → s, jika di muka e, i, oe, dan y. Contoh: cylinder → silinder.
5. cc → k, jika di muka o, u, dan konsonan. Contoh: accumulation → akumulasi.
6. cc → ks, jika di muka e dan i. Contoh: accent → aksen.
7. ch dan cch → k, jika di muka a, o, dan konsonan. Contoh: saccharin → sakarin.
8. ch → s, jika lafalnya s atau sy. Contoh: machine → mesin.
9. ch → c, jika lafalnya c. Contoh: check → cek.
10. ç[1] (Sansekerta) → s. Contoh: çāstra → sastra.
11. ee (Belanda) → e. Contoh: systeem → sistem.
12. gh → g. Contoh: sorghum → sorgum.
13. gue → ge
14. ie (Belanda) → i, jika lafalnya i. Contoh: politiek → politik.
15. oe (oi Yunani) → e
16. oo (Belanda) → o. Contoh: komfoor → kompor.
17. oo (Inggris) → u. Contoh: cartoon → kartun.
18. oo (vokal ganda) tetap. Contoh: zoology → zoologi.
19. ph → f. Contoh: phase → fase.
20. q → k
21. rh → r. Contoh: rhetoric → retorika.
22. sc → sk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: scriptie → skripsi.
23. sc → s, jika di muka e, i, dan y. Contoh: scenography → senografi.
24. sch → sk, jika di muka vokal. Contoh: schema → skema.
25. t → s, jika di muka i. Contoh: ratio → rasio.
26. th → t. Contoh: methode → metode.
27. uu → u. Contoh: vacuum → vakum.
28. v (Sanskerta) → w atau v
29. x → ks, jika tidak di awal kata. Contoh: exception → eksepsi.
30. xc → ksk, jika di muka a, o, u, dan konsonan. Contoh: excavation → ekskavasi.
31. y → i, jika lafalnya i. Contoh: dynamo → dinamo.
32. konsonan ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali jika dapat membingungkan. Contoh: effect → efek, mass → massa.
Penyesuaian akhiran
Tanpa perubahan
1. -anda, -andum, -endum
2. -ar
3. -ase, -ose
4. -ein
5. -ein. Contoh: protein → protein.
6. -et
7. -or. Contoh: dictator → diktator.
8. –ot
Dengan perubahan
1. -(a)tion, -(a)tie (Belanda) → -(a)si. Contoh: action, actie → aksi.
2. -aat (Belanda) → -at. Contoh: plaat → pelat.
3. -able, -ble → -bel
4. -ac → -ak
5. -acy, -cy → -asi, -si
6. -age → -ase. Contoh: percentage → persentase.
7. -air → -er
8. -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) → -al. Contoh: formeel → formal.
9. -ance, -ence → -ans, -ens (yang bervariasi dengan -ancy, -ency)
10. -ancy, -ency → -ansi, -ensi (yang bervariasi dengan -ance, -ence)
11. -ant → -an. Contoh: accountant → akuntan.
12. -archy, -archie (Belanda) → -arki. Contoh: anarchy, anarchie → anarki.
13. -ary, -air (Belanda) → -er. Contoh: primary, primair → primer.
14. -asm → -asme
15. -ate → -at
16. -eel (Belanda) → -el, jika tak ada padanan dalam bahasa Inggris.
17. -end → -en
18. -ete, -ette → -et
19. -eur (Belanda), -or → -ur, -ir. Contoh: director, directeur → direktur.
20. -eus (Belanda) → -us
21. -ic, -ique → -ik
22. -icle → -ikel
23. -ics, -ica → -ik, -ika. Contoh: logic, logica → logika.
24. -id, -ide → -ida
25. -ief, -ive → -if. Contoh: descriptive, descriptief → deskriptif.
26. -iel, -ile, -le → -il. Contoh: percentile → persentil.
27. -ific → -ifik
28. -isch, -ic → -ik. Contoh: elektronic → elektronik
29. -isch, -ical → -is. Contoh: optimistisch, optimistical → optimistis
30. -ism, -isme (Belanda) → -isme. Contoh: modernism, modernisme → modernisme.
31. -ist → -is. Contoh: egoist → egois.
32. -ite → -it
33. -ity → -itas
34. -logue → -log. Contoh: dialogue → dialog.
35. -logy, -logie → -logi. Contoh: analogy, analogie → analogi.
36. -loog (Belanda) → -log. Contoh: epiloog → epilog.
37. -oid, -oïde (Belanda) → -oid. Contoh: hominoid, hominoide → hominoid.
38. -oir(e) → -oar. Contoh: trottoir → trotoar.
39. -ous ditanggalkan
40. -sion, -tion → -si
41. -sy → -si
42. -ter, -tre → -ter
43. -ty, -teit → -tas. Contoh: university, universiteit → universitas.
44. -ure, -uur → -ur. Contoh: premature, prematuur → prematur.
Penyesuaian awalan
Tanpa perubahan
1. a-, ab-, abs- ("dari", "menyimpang dari", "menjauhkan dari")
2. a-, an- ("tidak", "bukan", "tanpa")
3. am-, amb- ("sekeliling", "keduanya")
4. ana-, an- ("ke atas", "ke belakang", "terbalik")
5. ante- ("sebelum", "depan")
6. anti-, ant- ("bertentangan dengan")
7. apo- ("lepas", "terpisah", "berhubungan dengan")
8. aut-, auto- ("sendiri", "bertindak sendiri")
9. bi- ("pada kedua sisi", "dua")
10. de- ("memindahkan", "mengurangi")
11. di- ("dua kali", "mengandung dua ...")
12. dia- ("melalui", "melintas")
13. dis- ("ketiadaan", "tidak")
14. em-, en- ("dalam", "di dalam")
15. endo- ("di dalam")
16. epi- ("di atas", "sesudah")
17. hemi- ("separuh", "setengah")
18. hemo- ("darah")
19. hepta- ("tujuh", "mengandung tujuh")
20. hetero- ("lain", "berada")
21. im-, in- ("tidak", "di dalam", "ke dalam")
22. infra- ("bawah", "di bawah", "di dalam")
23. inter- ("antara", "saling")
24. intro- ("dalam", "ke dalam")
25. iso- ("sama")
26. meta- ("sesudah", "berubah", "perubahan")
27. mono- ("tunggal", "mengandung satu")
28. pan-, pant-, panto ("semua", "keseluruhan")
29. para- ("di samping", "erat berhubungan dengan", "hampir")
30. penta- ("lima", "mengandung lima")
31. peri- ("sekeliling", "dekat", "melingkupi")
32. pre-("sebelum", "sebelumnya", "di muka")
33. pro- ("sebelum", "di depan")
34. proto- ("pertama", "mula-mula")
35. pseudo-, pseud- ("palsu")
36. re- ("lagi", "kembali")
37. retro- ("ke belakang", "terletak di belakang")
38. semi- ("separuhnya", "sedikit banyak")
39. sub- ("bawah", "di bawah", "agak", "hampir")
40. super-, sur- ("lebih dari", "berada di atas")
41. supra- ("unggul", "melebihi")
42. tele- ("jauh", "melewati", "jarak")
43. trans- ("ke/di seberang", "lewat", "mengalihkan")
44. tri- ("tiga")
45. ultra- ("melebihi", "super")
46. uni- ("satu", "tunggal")
Dengan perubahan
1. ad-, ac- → ad-, ak- ("ke", "berdekatan dengan", "melekat pada")
2. cata- → kata- ("bawah", "sesuai dengan")
3. co-, com-, con- → ko-, kom-, kon- ("dengan", "bersama-sama", "berhubungan dengan")
4. contra- → kontra- ("menentang", "berlawanan")
5. ec-, eco- → ek-, eko- ("lingkungan hidup")
6. ex- → eks- ("sebelah luar", "mengeluarkan")
7. exo-, ex- → ekso-, eks- ("di luar")
8. extra- → ekstra- ("di luar")
9. hexa- → heksa- ("enam", "mengandung enam")
10. hyper- → hiper- ("di atas", "lewat", "super")
11. hypo- → hipo- ("bawah", "di bawah")
12. poly- → poli- ("banyak", "berkelebihan")
13. quasi- → kuasi- ("seolah-olah", "kira-kira")
14. syn- → sin- ("dengan", "bersama-sama", "pada waktu")
Penyerapan dengan penerjemahan
1. a- → tak-. Contoh: asymetric → tak simetri
2. ante- → purba-. Contoh: antedate → purbatanggal
3. anti- → prati-. Contoh: antibiotics → pratirasa
4. auto- → swa-. Contoh: autobiography → swariwayat
5. de- → awa-. Contoh: demultiplexing → awa-pemultipleksan
6. bi- → dwi-, bi-. Contoh: bilingual → dwibahasa
7. inter- → antar-, inter-. Contoh: international → antarbangsa
8. mal- → mal-, mala-. Contoh: malnutrition → malagizi, malnutrisi
9. post- → pasca-. Contoh: postgraduate → pascasarjana
→ purna-. Contoh: purnawirawan
1. pre- → pra-. Contoh: prehistory → prasejarah
2. re- → -ulang. Contoh: recalculate → hitung ulang
3. -ble → laik-. Contoh: edible → laik-santap
4. -like → lir-, bak-. Contoh: jelly-like → liragar
5. -less → nir-, awa-, mala-, tan-. Contoh: seedless → nirbiji; colourless → awawarna, tanwarna
 Aturan penyerapan imbuhan
Aturan-aturan imbuhan serapan dari bahasa asing mengikuti aturan yang kurang lebih sama dengan aturan pembentukan kata berimbuhan lain.
1. Disambung jika menggunakan kata dasar. Contoh: dwiwarna, pascasarjana.
2. Dipisah jika menggunakan kata bentukan atau turunan. Contoh: pra pemilu.
3. Diberi tanda hubung jika kata dasar berawalan huruf kapital. Contoh: non-Indonesia, anti-Israel.

2. Kaidah Istilah
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Berikut ini Definisi istilah kata dasar
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sanskerta. Unsur pinjaman tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap, serta unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Halaman ini memuat pedoman penyerapan istilah
Tata Istilah
Peristilahan merupakan hal yang penting dalam sebuah bahasa. Sebuah bahasa pasti mempunyai istilah tertentu dalam mengungkapkan suatu bidang tertentu. Demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan istilah tertentu untuk mengungkapkan hal atau bidang tertentu.
Kalau dirujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), istilah bermakna: (1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas bidang tertentu; (2) sebutan; nama: janda muda disebut dengan istilah ”janda kembang”; (3) kata atau ungkapan khusus.
Di samping kata istilah, ada pula kata turunan istilah yang lain, yaitu peristilahan dan pengistilahan. Peristilahan bermakna perihal istilah, sedangkan pengistilahan bermakna proses, cara, perbuatan mengistilahkan.

Istilah dalam Bahasa Indonesia
HOMONIM
adalah kata yang tulisan dan cara pelafalannya sama tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
genting = keadaan genting = gawat
genting = genting rumah = atap
jarak = pohon jarak = tanaman
jarak = jarak jauh = ukuran
bisa = bisa berjalan = dapat
bisa = bisa ular = racun

HOMOFON
adalah kata cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
kol = sayur kol = tanaman
kol = naik colt = kendaraan
bang = Bang Ali = kakak
bang = Bank Mandiri = lembaga penyimpanan uang

HOMOGRAF
adalah kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda.
Contoh :
seri = berseri-seri = gembira
seri = bermain seri = seimbang
teras = pejabat teras = inti
teras = teras rumah = bagian depan rumah
apel = makan apel = buah
apel = apel bendera = upacara
apel = kencan

SINONIM
adalah persamaan makna antara dua kata atau lebih.
Contoh
agar = supaya
ahli = pakar
badai = topan
bagan = skema
benar = betul
agung = besar

Pengertian Tata Istilah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian tata istilah ialah perangkat peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Dalam koteks ini, berarti semua peristilahan yang biasa digunakan dalam pertelevisian. Tata istilah atau sering disebut glosarium tersebut merupakan kesepakatan yang berlaku di dunia pertelevisian di seluruh dunia. Kalau naskah ibarat darah/jiwa suatu program televisi/video maka tata istilah adalah komponen dan elemen pembentuknya. Tanpa menguasai komponen dan elemennya mustahil mampu membentuk substansinya dengan benar dan efektif. Tata istilah yang harus dikuasai terlebih dahulu adalah yang langsung berkaitan dengan kegiatan produksi program. Setelah itu, ditambah dengan berbagai terminologi pertelevisian pada umumnya sehingga akan jauh lebih membantu dalam proses penyusunan skenario
3. Kaidah Tata Bahasa
Karakteristik dan Sifat Tata Bahasa
Tata bahasa pendidikan merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar bahasa, baik yang dipandu oleh guru atau instruktur dalam lembaga pendidikan bahasa maupun yang tidak. Kehadiran tata bahasa pendidikan merupakan hasil rekayasa yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memperlancar proses penguasaan suatu bahasa. Artinya, penguasaan bahasa yang tidak hanya sekadar berupa kesanggupan untuk mengungkapkan pikiran dalam bentuk lisan dan tulisan, tetapi juga kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajari dalam berbagai kepentingan. Untuk dapat menerapkan linguistik dalam pengajaran bahasa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah adanya deskripsi linguistis tentang bahasa yang akan diajarkan, buku-buku pegangan sekolah yang berlandaskan pada linguistik, dan guru-guru bahasa yang menerapkan dan mendasarkan pengajaran bahasa di sekolah pada linguistik.
Perbedaan Antara Tata Bahasa Pendidikan dengan Tata Bahasa
Deskriptif
Pada prinsipnya menurut Natividad perbedaan antara tata bahasa deskriptif dengan tata bahasa pendidikan dapat dilihat dari aspek-aspek: 1) tujuan penyusunan, 2) isi dan format pengembangannya, 3) dasar pemerian, 4) gaya penyajian, dan 5) ruang lingkup pemakaian.
Ciri Khas Tata Bahasa Pendidikan
Ciri khas atau karakteristik tata bahasa pendidikan dapat dilihat dari segi internal tata bahasa tersebut dan dari segi keterkaitannya dengan para pemakai tata bahasa ini. Ciri khas internal tata bahasa pendidikan ditentukan oleh isi dan struktur pengorganisasiannya. Cakupan ini berarti unsur-unsur bahasa dan aspek-aspek kegiatan berbahasa mana yang dituangkan dalam tata bahasa tersebut.
1. Pragmatik
Secara umum dapat dikatakan bahwa tata bahasa pendidikan merupakan sarana pemandu para pembelajar bahasa untuk dapat menggunakan bahasa secara komunikatif. Secara khusus, kepragmatisan tata bahasa pendidikan ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) tata bahasa pendidikan harus lebih menekankan pada penggunaan kaidah tata bahasa daripada pengetahuan tentang tata bahasa,
2) tata bahasa pendidikan harus lebih menekankan pada penampilan berbahasa daripada penjelasan tentang norma-norma berbahasa,
3) sebuah materi tata bahasa pendidikan harus lebih banyak berisi materi wacana (discourse) dibandingkan dengan aturan-aturan kalimat yang terpisah, dan
4) sebuah tata bahasa pendidikan haruslah membawa siswa pada situasi pemerolehan (acquisition) daripada situasi belajar (learning).
2. Independen
Sifat kedua dari tata bahasa pendidikan adalah independen. Meskipun dalam proses penulisan tata bahasa pendidikan merupakan rekayasa dari bahan baku bahasa deskriptif, tetapi sebagai hasil olahan lebih lanjut tata bahasa pendidikan harus independen dari linguistik. Artinya, pemilihan materi, prosedur penulisan dan penyajian, serta organisasi materi yang disajikan haruslah bebas dari prinsip-prinsip memilihan, penyajian, dan pengorganisasian materi tata bahasa deskriptif. Tata bahasa pendidikan harus bertumpu pada prinsip-prinsip pedagogis. Keseluruhan dan strukturnya harus bertolak dari prinsip yang dalam praktik belajar berbahasa sangat menopang perolehan kemampuan berbahasa. Fakta menunjukkan bahwa kemutakhiran dan kepopuleran suatu bentuk tata bahasa ilmiah tidak serta merta berdampak langsung pada keunggulan penguasaan bahasa. Penentuan pedagogis atau tidaknya sebuah tata bahasa pendidikan sangat bergantung pada hasil riset yang akurat tentang bagaimana bahasa itu peroleh dan digunakan penuturnya. Dimaksudkan bahwa tata bahasa pendidikan bersifat independen. Berarti tuangan-tuangan materi yang ada dalam tata bahasa pendidikan tidak menuntut kemungkinan adanya integrasi dari sejumlah aliran ketata bahasan yang ada.
3. Purposif
Tata bahasa pendidikan berorientasi pada tujuan dan sasaran program pengajaran bahasa yang khusus. Pemakainya tidak terbatas pada golongan tertentu. Tata bahasa deskriptif yang lahir dari penelitian ilmiah, boleh dimanfaatkan oleh siapa saja, dan tidak dibatasi oleh karakteristik pembacanya.
Dengan adanya penyelarasan ini berarti secara tidak langsung penulis buku tata bahasa pendidikan secara purposif menentukan siapa pemakai buku yang dibuatnya.
Beberapa Ciri Tata Bahasa Untuk Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yg tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal
3. Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Dep Diknas) menghimpun ciri-ciri kaidah bahasa Indonesia baku dalam buku berjudul Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia, di samping Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam kedua naskah tersebut terdapat banyak kaidah yang merupakan pewujudan ciri bahasa Indonesia baku.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara lain:
1. Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan sample penelitian ini” (seharusnya “berhati-hati”).
2. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur kalimat, misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus baru” (kata dalam dapat dibuang).
3. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosa kata bahasa daerah yang belum dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit temuan” (Cuma diganti hanya).
4. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya ”Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan terus.” (konjungsi tetapi sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi meskipun).
5. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara mendalam, peserta rapat menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul tersebut’ tidak boleh dilesapkan).
Penyebab terjadinya variasi penggunaan bahasa asing dalam lingkup masyarakat Indonesia, sebagai berikut :
1. Interferensi
Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
2. Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia.
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.

4. Bahasa Gaul
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar
Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut :
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya Gue
Kamu Elo
Di masa depan kapan-kapan
Apakah benar? Emangnya bener?
Tidak Gak
Tidak Peduli Emang gue pikirin!


















D. SIMPULAN DAN PENUTUP
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap asebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.














DAFTAR PUSTAKA
Blog pada WordPress.com -24 September 2010-
http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/04/22/karakteristik-dan-sifat-tata-bahasa/-24 September 2010-
http://www.facebook.com/note.php?note_id=236051076691--24 September 2010-
http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/04/22/karakteristik-dan-sifat-tata-bahasa/-24 September 2010-
http://www.scribd.com/doc/9678465/Fungsi-Bahasa-24 September 2010-
http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/390-bahasa-indonesia-antara-variasi-dan-penggunaan.html-24 September 2010-
"http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan/Bab_IV-24 September 2010-
http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/390-bahasa-indonesia-antara-variasi-dan-penggunaan.html-24 September 2010-
http://imadesudiana.wordpress.com/2010/04/23/tata-istilah/-24 September 2010-
http://prapatanprod.blogspot.com/p/pengertian-tata-istilah.html-24 September 2010-

Tidak ada komentar: