PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN TEORI PEMBELAJARAN
A. Pengertian, pengajaran dan pembelajaran
Menurut paham konvensional, pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan ketrampilan. Bila dilihat dari sejarah perkembangan ilmu pendidikan di Indonesia, kita mengenal paedagogiek, didaktik dan metodik. Ketiga istilah tersebut sangat erat hubungannya,paedagogiek = ilmu pendidikan. Bagaimana pendidikan dilakukan disekolah, orang memerlukan didaktik, baik bersifat umum maupun yang bersifat khusus atau disebut metodik. Dengan demikian konsep pembelajaran dan pengajaran adalah tergolong dalam ilmu didaktik biarpun mempunyai orientasi yang berbeda. Paedagogiek, didaktik dan metodik memuat prinsip-prinsip, kaidah-kaidah yang mengikat pendidik/guru dalam memberi bantuan secara normatif maupun teknis kepada anak didik. Tetapi dewasa ini para ahli cenderung tidak membedakan antara arti pendidikan (education) dan pengajaran/pembelajaran (instruction). Bahkan menurut Crow and Crow pendidikan diartikan sebagai proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Disini digambarkan bahwa dalam proses pendidikan itu titik berat terletak pada pihak anak didik yaitu dalam pendidikan akan terjadi proses belajar yang merupakan interaksi dengan pengalaman-pengalamannya.
Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda, kalaupun dicari perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.
B. Hubungan teori belajar dan pembelajaran
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar itu berasal dari teori psikologi dan terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah satu cabang ilmu deskriptif, maka teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana proses belajar terjadi pada si belajar. Karena para pakar psikologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana belajar itu terjadi, maka menimbulkan beberapa teori belajar seperti teori behavioristik, kognitif, humanistik, sibernetik dan sebagianya.
Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi, tetapi lebih merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran. Oleh karena itu teori pembelajaran selalu akan mempersoalkan bagaimana prosedur pembelajaran yang efektif, maka bersifat preskriptif dan normatif. Teori pembelajaran akan menjelaskan bagaimana menimbulkan pengalaman belajar dan bagaimana pula menilai dan memperbaiki metode dan teknik yang tepat. Teori pembelajaran yang demikian itu memungkinkan guru untuk :
(1) Mengusahakan lingkungan yang optimal untuk belajar
(2) Menyusun bahan ajar dan megurutkannya
(3) Memilih strategi mengajar yang optimal dan apa alasannya
(4) Membedakan antara jenis alat AVA yang sifatnya pilihan dan AVA lain yang sifatnya esensial untuk membelajarkan para siswa.
Demikian halnya teori belajar yang bersifat deskriptif itu, akan mampu menjelaskan, memprediksi dan mengontrol peristiwa belajar. Sehingga prinsip-prinsip dan hukum belajar akan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Maka teori belajar tertentu dengan sendirinya akan berimplikasi pada pembelajaran tertentu pula atau tergantung dari sudut pandang mana proses belajar itu terjadi. Dengan demikian jelaslah bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara teori belajar dengan teori pembelajaran.
C. Pengertian dan prinsip-prinsip pembelajaran
Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif atau sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ketentuan dasar dengan sasaran utama adalah perilaku guru. Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku guru yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut:
(1) Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar. (Behavioristik)
(2) Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari. (Kognitif)
(3) Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Humanistik)
Sumber prinsip-prinsip pembelajaran :
1. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik
Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar dengan baik bila:
a. Si belajar berpartisipasi secara aktif
b. Materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan logis
c. Tiap respon si belajar diberi balikan dan disertai penguatan (Hartley&Davies, 1978)
2. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif
Reilley & Lewis (1983) menjelaskan 8 prinsip pembelajaran yang digali dari teori kognitif Brunner dan Ausuble, pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning) apabila:
a. Menekankan akan makna dan pemahaman
b. Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan tetapi perlu disertai proses transfer.
c. Menekankan adanya pola hubungan
d. Menekankan pembelejaran prinsip dan konsep
e. Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif
f. Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris.
g. Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pemikiran dan komunikasi
h. Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna.
3. Prinsip pembelajaran dari teori humanisme
Belajar adalah bertujuan memanusiakan manusia. Anak yang berhasil dalam belajar, jika ia dapat mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan maka pengalaman dan aktivitas belajar merupakan prinsip penting dalam pembelajaran humanistik.
4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan
a. Prinsip pengaturan kegiatan kognitif
Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien.
b. Prinsip pengaturan kegiatan Afektif
Pembelajaran pengaturan kegiatan afektif perlu memperhatikan dan mengaplikasikan 3 pengaturan kegiatan afektif, yaitu faktor ”conditioning”, behavior modification dan human model.
c. Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik
Pembelajaran pengaturan kegiatan psikomotorik mementingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik dan prosedur koordinasi anggota badan untuk itu diperlukan pembelajaran fase kognitif.
5. Prinsip pembelajaran konstruktivisme (Teori kontemporer)
Belajar adalah proses aktif si belajar dalam mengonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip yang nampak dalam pembelajaran konstruktivisme adalah:
a. Pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa adalah penting
b. Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi para siswa
c. Guru lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi siswa dalam proses belajar-mengajar.
d. Program pembelajaran dibuat bersama si belajar agar mereka benar-benar terlibat dan bertanggung jawab (konstrak pembelajaran)
e. Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, koperatif dan kolaboratif.
6. Prinsip pembelajaran bersumber dari azas mengajar (Didaktik)
Azas-azas mengajar yang dikemukakan dua ahli pendidikan yang berasal dari Belanda dan Amerika Serikat yaitu Mandingers dan Mursell.
a. Mandingers
(1) Prinsip aktivitas mental
Belajar adalah aktivitas mental, oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan aktivitas mental. Tidak hanya mendengar, mencamkan dan sebagainya tetapi lebih menyeluruh baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik. Pendekatan CBSA dikatakan sangat sesuai dengan prinsip aktivitas mental.
(2) Prinsip menarik perhatian
Bila dalam belajar mengajar para siswa penuh perhatian kepada bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan perhatian, ada konsentrasi, pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih berhasil dan tidak lekas lupa.
(3) Prinsip penyesuaian perkembangan anak
Anak akan lebih tertarik perhatiannya bila bahan pelajaran disesuaikan dengan perkembangan subyek belajar, prinsip ini juga sudah dikemukakan oleh John Amos Comenius.
(4) Prinsip Appersepsi
Prinsip ini memberikan petunjuk bahwa kalau mengajar guru hendaknya mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui. Dengan cara tersebut subyek belajar akan lebih tertarik sehingga bahan pelajaran mudah diserap.
(5) Prinsip peragaan
Prinsip peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya digunakan alat peraga. Dengan alat peraga proses belajar mengajar tidak verbalistis.
(6) Prinsip aktivitas motoris
Mengajar hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik pada subyek belajar. Belajar yang dapat menimbulkan aktivitas motorik seperti, menulis, menggambar, melakukan percobaan, mengerjakan tugas latihan, akan menimbulkan kesan dan hasil belajar yang lebih mendalam.
(7) Prinsip motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar makin optimal dalam melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain intensitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh motivasi. Dalam mengimplikasikan prinsip ini guru dapat melakukan:
a. Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak
b. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman anak
c. Memilih berbagai metode mengajar yang tepat.
Prinsip-prinsip tersebut diatas dalam pelaksanaannya hendaknya dilakukan secara integral. Hal itu dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak dalam melakukan belajar berlangsung secara intensif dan optimal sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanent.
b. Menurut JL Marsell
(1) Prinsip Konteks
Guru menciptakan bermacam-macam hubungan dengan bahan pelajaran. Caranya dengan mengaitkan materi bahan pelajaran dengan konteksnya dalam arti hubungan sesama konsep, hubungan konsep dengan fakta, konsep dengan guna/fungsi dan sebagainya.
(2) Prinsip Fokus
Guru dalam membahas dan menjelaskan materi suatu pokok bahasan tertentu perlu ada materi poko bahasan sebagai pusat pembahasan.
(3) Prinsip Sekuens
Materi pengajaran hendaknya disusun secara urut sistematis dan logis sehingga mudah dipelajari. Urutan bahan pelajaran itu sendiri hendaknya memberikan kemudahan siswa dalam kegiatan belajar.
(4) Prinsip Evaluasi
Prinsip evaluasi menekankan guru dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan terintegrasi dalam pelajaran. Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi efektivitas belajar, karena dapat mendorong siswa belajar dan memungkinkan guru untuk memperbaiki cara mengajarnya. Evaluasi itu dapat dilakukan secara tertulis, lisan maupun dalam bentuk “assessment”.
(5) Prinsip Individualisasi
Guru dalam mengajar memperhatikan adanya perbedaan individu para siswa. Siswa sebagai individu adalah berbeda-beda dilihat dari segi mental, seperti intelegensi, bakat, minat dan sebagainya. Berbeda dengan kecenderungan misalnya ada siswa cenderung lebih baik pada bidang estetika tetapi mungkin kurang baik pada matematika dan sebagainya. Perbedaan individu tersebut berimplikasi dalam pemberian pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas dan sebagainya.
(6) Prinsip Sosialisasi
Prinsip sosialisasi menekankan guru dalam mengajar hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerja sama antar siswa, kerja sama dalam mengatasi masalah belajar, seperti menyelesaikan tugas, belajar kelompok dan sebagainya. Cara belajar seperti ini akan memperoleh dua keuntungan, yaitu:
a. Dapat membina dan mengembangkan kepribadian terutama sikap demokrasi
b. Pengetahuan anak akan bertambah kokoh sebab dalam proses belajar akan terjadi saling menerima dan memberi.
D. Perkembangan teori pembelajaran
Keberadaan pembelajaran dalam arti pengajaran sebenarnya bersamaan dengan keberadaan profesi guru, yaitu sejak kedua konsep tersebut diakui keberadaannya oleh masyarakat. Pada waktu itu ilmu pendidikan masih bernaung dalam ilmu filsafat. Pada waktu itu yang dikembangkan oleh para filosof adalah pengetahuan tentang peranan guru, fungsi pikiran dan hakekat pengetahuan. Pengembangan yang mereka lakukan dengan mengajukan pertanyaan, apa pengetahuan itu, bagaimana adal mulanya? Jawaban pertanyaan itu akan menggiring secara sistematis mengenai pengetahuan belajar. Salah satu pandangan tentang belajar dikemukakan oleh Plato (427-327 SM), ia (faham idealisme) melukiskan bahwa pikiran dan jiwa sebagai hal yang sifatnya dasar bagi segala sesuatu yang ada. Maka belajar dilukiskan sebagai pengembangan oleh pikiran berupa idea yang bersifat keturunan. Dari pandangan itu Plato mengenalkan konsep pembelajaran: “disiplin mental” melalui studi matematika dan bahasa.
Bagaimana perilaku guru dalam melakuakan pembelajaran, pada waktu itu belum mendapat dukungan psikologi empiris, tetapi lebih dukungan dari pemikiran filsafat. Filosof Sokrates, mengenalkan teori pembelajaran metode “mencari tahu” dengan tanya jawab.
Seiring dengan perkembangan filsafat empirisme (realisme), yang mendewakan pengalaman, mempengaruhi munculnya psikologi empirisme. Psikologi empirisme menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan indera bukan dari berpikir seperti yang dinyatakan oleh kaum rasionalisme. Tokoh filsafat empirisme ini antara lain Francis Bacon, John Locke dan sebagainya. Karena pengaruh kaum empirisme, John Amos Comenius (1592-1671), mengembangkan prinsip pembelajarn berupa. Pembelajaran berupa merupakan reaksi dari pembelajaran verbalisme. Prinsip pembelajaran berupa akhirnya melahirnya azas-azas didaktik yang pada tahun 60-an, di Indonesia sangat terkenal dengan azas keperagaan.
Dengan psikologi empiris memunculkan teori psikologi unsur, teori daya, teori gestald dan sebagainya. Seiring dengan berkembangnya aliran empirisme para pengikut psikologi empirisme aktif melakukan eksperimen guna menguji dan mempertahankan teori-teorinya. Akhirnya teori-teori tersebut juga diterapkan dalam pendidikan sebagai prinsip pembelajaran. Sebagai contoh Herbart (1776-1841) berpendapat bahwa perasaan, keinginan, keputusan kemauan adalah keadaan istimewa yang terjadi karena bertemunya tanggapan sebagai unsur terkecil dari jiwa (kesadaran) seseorang. Bertemunya tanggapan-tanggapan menurut hukum-hukum asosiasi. Maka untuk membentuk kemauan susila (kepribadian) perlu mengingat tanggapan-tanggapan dan menghubungkannya melalui hukum asosiasi. Teori pembelajaran yang demikian itu disebut pendidikan intelektalisme Herbart. Dalam pengembangan psikologi modern khususnya dibidang psikologi belajar muncul teori belajar behavioristik dengan tokoh Thorndike, Watson, Guthrie, Skinner dan lain-lain. Teori belajar behavioristik (Skinner) menimbulkan teori pembelajaran Pengajaran berprogram, Mastery learning. Pengembangan psikologi Gestald melahirkan teori belajar kognitif dengan tokoh Piaget, Brunner, Ausable dan lain-lain. Teori kognitif pun, menimbulkan teori pembelajaran seperti Pembelajaran konsep, Advance Organizer dan sebagainya. Perkembangan teori belajar pada abad 21, ditandai munculnya teori konstrukivisme, yang menimbulkan teori pembelajaran baru seperti pembelajaran strategi kognitif, konstruktivisme dan belajar mandiri. Secara garis besar kejadian dibidang perkembangan teori belajar menunjukkan bahwa perkembangan teori pembelajaran berkaitan dengan perkembangan teori belajar.
sumber : anandasatriamawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar